Tuesday, April 22, 2008

Tsunami Wave


Kalau tinggi gelombang tsunami setinggi ini .... bisa bayangin nggak Pacitan bakal jadi apaan, jadi ... peduli dong

Ini foto yang diambil saat terjadi gelombang tsunami, jadi bukan rekayasa. Hentakan pertama bisa setinggi 45 meter, lalu menghempas daratan dan mulai berkurang hingga bisa mencapai 5km ke arah darat, atau sejarak masjid Baiturrahman di Banda Aceh jika diukur dari bibir pantai.

Berarti planner lokasi masjid sudah punya pengalaman tersendiri tentang jangkauan gelombang tsunami di Aceh, lalu bagaimana dengan pantai selatan. Ada yang punya data histories gelombang tsunami di sana? kalau ada, bagi dong ... buat ngelengkapi data riset nih. Thanks sebelumnya, dan semua untuk kita

Tuesday, April 15, 2008

Salam untuk Perindu Cinta

Wahai pencari cinta sejati
Yang dengannya engkau menjadi kokoh dan tidak rapuh

Tuhanku begitu mencintai kesedihan hati
Yang dilantunkan seorang hamba
Dalam sunyi hanya untuk-Nya
Hanya antara DIA dan hamba-Nya
Yang diiringi tetes air mata
Pertanda penghambaan diri pada tuannya

RABBI ...
Jika ENGKAU rasukkan cinta di hatinya
Berikan dia yang terbaik
Pertemukan mereka dalam bahagia
Jadikan mereka pasangan sempurna
Di sini (dunia) hingga di hari penantian (akherat)

RABBI ...
Jika di hatinya ENGKAU goreskan sebaris nama
Sempurnakan penghambaan mereka berdua
Penuhi hatinya dengan tawajuh hanya pada-Mu
Hingga diraih ...
Begitu manisnya berjuang dan terkorban dijalan-Mu

RABBI ...
Dia telah menitipkan cintanya pada-Mu
Sampaikan pula salamku padanya
Hingga kerinduan itupun mekar, merekah
Karena, sungguh kecintaanku hari ini
Hanya dalam syahid di jalan-Mu

Wednesday, April 9, 2008

April MOP

Tiap tanggal 1 April, ada saja orang—terutama anak-anak muda—yang merayakan hari tersebut dengan membuat aneka kejutan atau sesuatu keisengan. April Fools Day, demikian orang Barat menyebut hari tanggal 1 April atau lebih popular disebut sebagai ‘April Mop’. Namun tahukah Anda jika perayaan tersebut sesungguhnya berasal dari sejarah pembantaian tentara Salib terhadap Muslim Spanyol yang memang didahului dengan upaya penipuan? Inilah sejarahnya yang disalin kembali sebagiannya dari buku “Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Halloween: So What?” (Rizki Ridyasmara, Pustaka Alkautsar, 2005)

SEJARAH APRIL MOP
Perayaan April Mop yang selalu diakhiri dengan kegembiraan dan kepuasan itu sesungguhnya berawal dari satu tragedi besar yang sangat menyedihkan dan memilukan. April Mop atau The April’s Fool Day berawal dari satu episode sejarah Muslim Spanyol di tahun 1487 atau bertepatan dengan 892 H. Sebelum sampai pada tragedi tersebut, ada baiknya menengok sejarah Spanyol dahulu ketika masih di bawah kekuasaan Islam.

Sejak dibebaskan Islam pada abad ke-8 M oleh Panglima Thariq bin Ziyad, Spanyol berangsur-angsur tumbuh menjadi satu negeri yang makmur. Pasukan Islam tidak saja berhenti di Spanyol, namun terus melakukan pembebasan di negeri-negeri sekitar menuju Perancis. Perancis Selatan dengan mudah bisa dibebaskan. Kota Carcassone, Nimes, Bordeaux, Lyon, Poitou, Tours>, dan sebagainya jatuh. Walau sangat kuat, pasukan Islam masih memberikan toleransi kepada suku Goth dan Navaro di daerah sebelah Barat yang berupa pegunungan.
Islam telah menerangi Spanyol. Karena sikap para penguasa Islam begitu baik dan rendah hati, maka banyak orang-orang Spanyol yang kemudian dengan tulus dan ikhlas memeluk Islam. Muslim Spanyol bukan hanya beragama Islam, namun mereka sungguh-sungguh mempraktekkan kehidupan secara Islami. Mereka tidak hanya membaca Al-Qur'an tapi juga bertingkah laku berdasarkan Al-Qur'an. Mereka selalu berkata tidak untuk musik, bir, pergaulan bebas, dan segala hal yang dilarang Islam. Keadaan tenteram seperti itu berlangsung hampir enam abad lamanya.

Selama itu pula kaum kafir yang masih ada di sekeliling Spanyol tanpa kenal lelah terus berupaya membersihkan Islam dari Spanyol, namun mereka selalu gagal. Telah beberapa kali dicoba tapi selalu tidak berhasil. Dikirimlah sejumlah mata-mata untuk mempelajari kelemahan umat Islam di Spanyol. Akhirnya mata-mata itu menemukan cara untuk menaklukkan Islam di Spanyol, yakni pertama-tama harus melemahkan iman mereka dulu dengan jalan serangan pemikiran dan budaya.

Maka mulailah secara diam-diam mereka mengirim alkohol dan rokok secara gratis ke dalam wilayah Spanyol. Musik diperdengarkan untuk membujuk kaum mudanya agar lebih suka bernyanyi dan menari ketimbang baca Qur’an. Mereka juga mengirim sejumlah ulama palsu yang kerjanya meniup-niupkan perpecahan di dalam tubuh umat Islam Spanyol. Lama-kelamaan upaya ini membuahkan hasil.

Akhirnya Spanyol jatuh dan bisa dikuasai pasukan Salib. Penyerangan oleh pasukan Salib benar-benar dilakukan dengan kejam tanpa mengenal peri kemanusiaan. Tidak hanya pasukan Islam yang idbantai, juga penduduk sipil, wanita, anak-anak kecil, orang-orang tua, semuanya dihabisi dengan sadis.

Satu persatu daerah di Spanyol jatuh, Granada adalah daerah terakhir yang ditaklukkan. Penduduk-penduduk Islam di Spanyol (juga disebut orang Moor) terpaksa berlindung di dalam rumah untuk menyelamatkan diri. Tentara-tentara Kristen terus mengejar mereka.
Ketika jalan-jalan sudah sepi, tinggal menyisakan ribuan mayat yang bergelimpangan bermandikan genangan darah, tentara Salib mengetahui bahwa banyak Muslim Granada yang masih bersembunyi di rumah-rumah. Dengan lantang tentara Salib itu meneriakkan pengumuman, bahwa para Muslim Granada bisa keluar dari rumah dengan aman dan diperbolehkan berlayar keluar dari Spanyol dengan membawa barang-barang keperluan mereka. “Kapal-kapal yang akan membawa kalian keluar dari Spanyol sudah kami persiapkan di pelabuhan. Kami menjamin keselamatan kalian jika ingin keluar dari Spanyol, setelah ini maka kami tidak lagi memberikan jaminan!” demikian bujuk tentara Salib.

Orang-orang Islam masih curiga dengan tawaran ini. Beberapa dari orang Islam diperbolehkan melihat sendiri kapal-kapal penumpang yang sudah dipersiapkan di pelabuhan. Setelah benar-benar melihat ada kapal yang sudah dipersiapkan, maka mereka segera bersiap untuk meninggalkan Granada bersama-sama menuju ke kapal-kapal tersebut. Mereka pun bersiap untuk berlayar.

Keesokan harinya, ribuan penduduk Muslim Granada yang keluar dari rumah-rumahnya dengan membawa seluruh barang-barang keperluannya beriringan jalan menuju pelabuhan. Beberapa orang Islam yang tidak mempercayai tentara Salib bertahan dan terus bersembunyi di rumah-rumahnya. Setelah ribuan umat Islam Spanyol berkumpul di pelabuhan, dengan cepat tentara Salib menggeledah rumah-rumah yang telah itinggalkan penghuninya. Lidah api terlihat menjilat-jilat angkasa ketika para tentara Salib itu membakari rumah-rumah tersebut bersama orang-orang Islam yang masih bertahan di dalamnya.

Sedang ribuan umat Islam yang tertahan di pelabuhan hanya bisa terpana ketika tentara Salib juga membakari kapal-kapal yang dikatakan akan mengangkut mereka keluar dari Spanyol. Kapal-kapal itu dengan cepat tenggelam. Ribuan umat Islam tidak bisa berbuat apa-apa karena sama sekali tidak bersenjata. Mereka juga kebanyakan terdiri dari para perempuan dan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Sedang tentara Salib itu telah mengepung mereka dengan pedang terhunus.

Dengan satu teriakan dari pemimpinnya, ribuan tentara Salib itu segera membantai dan menghabisi umat Islam Spanyol tanpa perasaan belas kasihan. Jerit tangis dan takbir membahana. Dengan buas tentara Salib terus membunuhi warga sipil yang sama sekali tidak berdaya.

Seluruh Muslim Spanyol di pelabuhan itu habis dibunuh dengan kejam. Darah menggenang di mana-mana. Laut yang biru telah berubah menjadi merah kehitam-hitaman. Tragedi ini bertepatan dengan tanggal 1 April. Inilah yang kemudian diperingati oleh dunia Kristen setiap tanggal 1 April sebagai April Mop (The Aprils Fool Day).

Bagi umat Islam April Mop tentu merupakan tragedi yang sangat menyedihkan. Hari di mana ribuan saudara-saudaranya seiman disembelih dan dibantai oleh tentara Salib di Granada, Spanyol. Sebab itu, adalah sangat tidak pantas jika ada orang Islam yang ikut-ikutan merayakan tradisi ini. Sebab dengan ikut merayakan April Mop, sesungguhnya orang-orang Islam itu ikut bergembira dan tertawa atas tragedi tersebut. Siapa pun orang Islam yang turut merayakan April Mop, maka ia sesungguhnya tengah merayakan ulang tahun pembunuhan massal ribuan saudara-saudaranya di Granada, Spanyol, beberapa abad silam
( Diambil dari: www.eramuslim.com)

Tuesday, April 8, 2008

Tsunami

Garis merah di samping tunjukin daerah rawan gelombang tsunami di Indonesia. Hiii... serem kan, makanya saya tertarik buat riset untuk melakukan penataan kota dan kawasan sepanjang laut Jawa Selatan. Ya iya lah, biar kita bisa prepare, jangan sampe kejadian lagi seperti di Aceh, pokoknya variabel risetnya semua, dari penduduk, kawasan aman bencana, zona rawan bencana, jalur evakuasi, bahkan sampe pendekatan partisipatif untuk kegiatan sosialisasi ke masyarakatnya segala ... Nih yang sedeng mau akan jalan (hi..hi...) di Kecamatan Kota Pacitan, do'anya ya bro ... sekalian buat proposal PhD nih ...

Monokurobo

Yang namanya monokurobo itu adalah laptop di samping ini, belinya murah tapi lumayan lucu. Toshiba jenis libretto dengen layar 9 inch doang.

Sekarang hak guna pakainya sudah berpindah tangan, jadi punya CC, makanya dalem cerita Senandung Rindu ada penggalan kata browsing Monokurobo, maksudnya ya laptop ini ...

Disebut monokurobo, karena ada stiker monokurobo di bagian depannya, jadi kalo laptop sedeng dibuka maka kelihatan

Mr Cecep

Nama sebenernya Achmad Khudori, gak tau juga koq bisa di panggil Cecep, abisnya performa wajahnya itu lho nggak ada Jawa Barat-nya sama sekali ... tapi nggak tau juga sih.

Di Pondok jadi koordinator program Madrasah Bertaraf Internasional (MBI), jadi hari-harinya berkutat di Jubel, Mojokerto saja, walaupun terkadang datang juga ke Siwalankerto, Surbaya untuk rapat koordinasi dengen fungsionaris lainnya.

Mr Bashong

Anak-anak putri panggil si guru dadakan ini Pak Bashong, ada juga yang pangil Pak Ganteng, ada yang pernah panggil Kak, Ustadz, Mas Abah, dll ... tapi dia suka dipanggil Pak saja.

Profesi utamanya hanya sebagai Umat Nabi Muhammad SAW, kebetulan di dunia didaulat jadi arsitek, dosen, researcher, dan kadang-kadang jadi guru math. Anak-anak sering curhat juga, walaupun kadang curhatnya hal-hal yang gak penting gitu lho, tapi dibikin enjoy aja bro ...

Walaupun sudah nggak jadi guru math lagi, tapi kadang-kadang masih sering dateng ke pondok walau hanya sekedar koordinir dan liatin proses cut and fill, gali titik pondasi, tentuin model kusen, dan sebagainya.

Swiming Pool


Saturday, April 5, 2008

Senandung Rindu (CurhatQ)

Sore itu rasanya jutek banget, lalu iseng-iseng berhadiah browsing monokorobo ah .... after that liat folder my soul ... hmmmm bikin penasaran aja nih, and than ... ta da ... nemuin yang beginian ...

Cinta sejati adalah cinta yang membuatku kokoh, bukan rapuh

RABBI ...
Jika cintaku ENGKAU ciptakan untuk dia
Tabahkan hatinya
Teguhkan imannya
Sucikan cintanya
Lembutkan rindunya

RABBI ...
Jika hatiku ENGKAU ciptakan untuk dia
Penuhi hatinya dengan kasih-Mu
Terangi langkahnya dengan nur-Mu
Bisikkan kedamaian dalam kegalauan
Temani dia dalam sepi harinya

RABBI ...
Kutitipkan cintaku pada-Mu untuknya
Resapkan rinduku pada rindunya
Mekarkan cintaku bersama cintanya dalam cinta-Mu
Sebab, sungguh akupun mencintainya karena-Mu

Modified, 21 Jan 2008
......

Hemm, diem sejenak coba untuk fahami dengan kesungguhan hati setiap baris yang tertera, lalu senyum-senyum sendiri dengen tata bahasa yang ada pada bait-bait kerinduan, lalu akhirnya ketawa sendiri ... (mas, kesambet yah ...? abisnya ketawa ketiwi sendiri ...)

Lalu ting, ada ide cemerlang, di-upload dan di-posting di blog-ku aja ah (bloq ntuh digital diary yang ada di internet, kalu aku sih punya tiga blog, tapi yang sering dipake ntuh yang under google, alamatnya ada di google bahasa indonesia, yaitu di http://www.fadlypwk.blogspot.com/, kalo sempet mampir yah brooo)

Karena sedeng di depan komputer, connect to internet and than ... posting deh, syairnya gak di ubah sama sekali ... eh nggak ding, ada sedikit perbaikan di sana-sini, lalu diberi catatan kaki ... disadur dari folder mysoul, lalu diberi judul (bukan curhatQ seperti nama file aslinya), judulnya Cinta, antara ENGKAU, Aku dan Dia ... not bad kan ...

Setelah dua hari berlalu kepikiran untuk buat balesan syairnya ... emmm, kira-kira begini ....

Wahai pencari cinta sejati
Yang dengannya engkau menjadi kokoh dan tidak rapuh

Tuhanku begitu mencintai kesedihan hati
Yang dilantunkan seorang hamba
Dalam sunyi hanya untuk-Nya
Hanya antara DIA dan hamba-Nya
Yang diiringi tetes air mata
Pertanda penghambaan diri pada tuannya

RABBI ...
Jika ENGKAU rasukkan cinta di hatinya
Berikan dia yang terbaik
Pertemukan mereka dalam bahagia
Jadikan mereka pasangan sempurna
Di sini (dunia) hingga di hari penantian (akherat)

RABBI ...
Jika di hatinya ENGKAU goreskan sebaris nama
Sempurnakan penghambaan mereka berdua
Penuhi hatinya dengan tawajuh hanya pada-Mu
Hingga diraih ...
Begitu manisnya berjuang dan terkorban dijalan-Mu

RABBI ...
Dia telah menitipkan cintanya pada-Mu
Sampaikan pula salamku padanya
Hingga kerinduan itupun mekar, merekah
Karena, sungguh kecintaanku hari ini
Hanya dalam syahid di jalan-Mu

Ahhh, sedikit lega, tapi ada juga ganjalan ... koq syairku no title juga ya, mmm, beri judul apaan yah. Oh iya ini aja, keren sih kedengerannya, Salam untuk perindu cinta ... ciyeee, keren dikit deh pokoknya ...

Dunia ntuh ya, cepet banget berputar ... subuh tau-tau sudah balik lagi subuh, senin eh sudah senin lagi, trus kapan abisnya nih, mungkin kalo sudah tiba waktunya, ughh bahagianya melebihi semua bahagia yang pernah dikecap, hingga tak ada rasa sakit saat Bang Iil (Izroil) sentakkan ruhku sambil palingkan wajahnya, karena enggan melihat perih diraut wajahku ...

Di syairku koq berani-beraninya aku tulis Rabbi (Tuhanku), eh ahal, ada makhluk ngaku-ngaku hamba coy, padahal DIA tidak akan membiarkan seorangpun katakan iman sebelum diuji olehnya, diuji layaknya orang-orang terdahulu ...

Malam itu, cerita padaNya, nangis sesegukkan, seperti telah ditunjukkan padaku siksa kubur, dan aku dipaksa untuk melihatnya ... Wahai Rabb seluruh makhluk, maafkan kelancanganku, karena telah memanggilMu RABBI, padahal Engkau belum menguji aku ... dan akupun takkan pernah sanggup memikul ujian itu, kecuali dengan keidzinan dariMua saja ... Ya Rabb, ampunkan seluruh dosa Ummat Baginda Rasulullah SAW, bantu urusan mereka, selesaikan masalah mereka dengan caraMu ... Ya Rabb, faghfirlii

Wait a momment plaese ... Pasti pada mau tanyain kenapa saya sempat cengar cengir saat baca penggalan lantun syair senandung rindu, kita bahas dalam beberapa segmen dan baris kalimat yah ...

[1] Cinta sejati adalah cinta yang membuatku kokoh, bukan rapuh

Di sini, yang saya jumpai adalah pernyataan, semua tentang pernyataan. Experience penulis tentang baris kalimat itu tentang cinta yang sejati hanya apabila bisa menguatkan, mengkukuhkan, dan bukan membuat rapuh.

Padahal menurut aku nih yah, iman tuh up and down, jadi saat sedeng naik, ghoiroh agama lagi sempurna, jangankan desing peluru, hulu ledak nuklir di hadapan mah gak takut. Tapi kalo saat iman lagi down, ah cape deh, masih bisa ingetin ALLAH, alhamdulillah.

[2] RABBI ...

Untuk kata ke 2, 8, dan 14 penjelasannya sama. Kenapa dulu orang-orang Arab menolak saat ditawarkan La Ilaha ilallah ... sebab kata ilah ntuh yah artinya dalem banget, semua bisa kalau untuk ilah kita. Jika sesuatu yang dengannya hatimu merasa senang, itu juga ilahmu. Atau bila berjauhan dengannya akan membuatmu menderita, itu juga ilahmu. Extremnya, semua bisa dikurbankan untuk ilah kita. Tapi kenapa bukan La Rabb ilallah? Pasti makna Rabb tingkatnya lebih rendah dari ilah (ini kira-kira, karena saya bukan ahli bahasa arab). Tapi, Rabb, bisa lebih global maknanya, bisa raja, penguasa, yang menguasai, berkehendak. Tapi kalo ilah lebih detail, dan Rabb juga bagian dari ilah.

[3] Jika cintaku ENGKAU ciptakan untuk dia

Di sini, dia mengklaim tentang cintai makhluk (tentu saja selain ALLAH, karena dia mintanya pada RABBI). Hanya saja dia mengawalinya dengan kata IF, berarti opsi, jika ... kalau bukan, maka opsi yang dia sampaikan itu menjadi batal. Misalnya dalam bahasa program ada statement IF X>81=Lulus, Tidak Lulus. Maksud dari bahasa program di atas adalah, jika X (kita anggap sebaqgai nilai) nilainya lebih besar dari 81, maka dia lulus, tapi jika nilai X tidak sampai 81 bahkan hanya sama dengan 81, maka opsi yang tertinggal hanya Tidak Lulus. Begitu juga dengan syair sendandung rindu di atas, Jika cintaku Engkau ciptakan untuk dia, maka opsi 4, 5, 6, dan 7 menjadi untuk dia. Jika bukan, maka semua opsi di atas menjadi batal. Atau diberi imbuhan secara otomatic oleh bahasa program dengan Jangan, seperti Jangan Tabahkan hatinya, Jangan Teguhkan Imannya, dan sebagainya.

[4] Tabahkan hatinya
[5] Teguhkan imannya
[6] Sucikan cintanya
[7] Lembutkan rindunya

Statemen 4, 5, 6, dan 7, merupakan permohonan, hanya apabila permohonan pada baris ke 3 terpenuhi. Tapi untuk baris ke 7, dia menganggap bahwa si Dia sedang merindu, sehingga jika baris ke 3 ditunaikan, maka kerinduannya harus dilembutkan. Penulis juga mengklaim bahwa dia sedang merindu layaknya seperti dia ... benarkah?


[8] RABBI ...
[9] Jika hatiku ENGKAU ciptakan untuk dia

Sebenernya syair aslinya itu tertulis Jika hatiku ENGKAU ciptakan dia, saat itu jantungku rasanya copot, karena maknanya jadi dalem banget, akhirnya saya bubuhi kata untuk antara ciptakan dan dia. Bayangin aja kalau masih Jika hatiku ENGKAU ciptakan dia, berarti hatinya adalah dia dan dia adalah hatinya. Makna extremnya jadi begini, terciptanya hatiku karena terciptanya dia, ughh dalem banget, tapi mendekati syirik atau bahkan sudah ...

[10] Penuhi hatinya dengan kasih-Mu
[11] Terangi langkahnya dengan nur-Mu
[12] Bisikkan kedamaian dalam kegalauan
[13] Temani dia dalam sepi harinya

Baris 10, 11, 12, dan 13 ... sama kasusnya dengen sebelumnya. Semua itu dapat terpenuhi jika IF pada baris 9 terpenuhi. Tapi semuanya formatnya adalah permohonan, dan do’a seorang hamba. Tapi di baris 12, penulis juga mengklaim kondisi si dia yang sedang galau, sehingga harus di’tolong’, dan pada baris ke 13, penulis juga menuduh bahwa dia sedang sepi, sehingga butuh teman, dan hanya dengan ditemani olehNya saja, sepinya dapat sirna ...

[14] RABBI ...
[15] Kutitipkan cintaku pada-Mu untuknya

Di sini, penulis menyatakan cintanya. Mungkin dia belum pernah menyatakan hal itu sebelumnya pada dia, sehingga dengan sangat terpaksa harus dititipkan melalui RABBI.

[16] Resapkan rinduku pada rindunya

Di sinilah saya tertawa terpingkal-pingkal, karena pernah tertuang syair tentang perindu kekasih, isinya seperti ini ...

Kalaku merindu
Kupandangi kerling bintang gemintang
Karena kuyakin
Dia berada dalm naungan bintang yang sama ...

Di sini, saya kan jadi ke-GR-an, apakah maksud dari syair CurhatQ itu ada hubungannya dengan syair perindu kekasih ... meneketehe

[17] Mekarkan cintaku bersama cintanya dalam cinta-Mu

Di sini, dia menggunakan kata yang cukup unik tapi menjebak. Unik karena dia mengumpamakan cintanya bak sekuntum bunga yang bisa mekar dan merekah, hanya saja mungkin dia nggak sadar, kala bunga yang telah merekah sempurna, maka beberapa saat kemudian semua kelopaknya akan gugur dan bungapun menjadi layu ... ah, sayang sekali

[18] Sebab, sungguh akupun mencintainya karena-Mu

Di baris ini, kembali dia menegaskan tentang cintanya ... ups, berarti si dia pernah menyatakan rasa cintanya pada penulis ... hemm, ceritanya begitu yah. Tapi dia menitipkan rasa cintanya itu pada RABBI, dan pasti nyampenya dong ...

Hemmm, gitu deh ceritanya, BTW ... penjelasanku betul nggak kira-kira...? Pembaca bisa tanyain ke penulis syair aslinya ... udahan dulu yah, sibuk dengen yang lain dulu ah ... and, sampaikan salam dan maafku kalau penjabaranku terlalu berlebihan. OK
And so sorry, karena tidak ada pembahasan detail tentang syair balasannya, karena yang ngebuat kan aku dhewe, jadi, saya sudah ngerti banget maksudnya. Tapi, loe loe pade boleh aja buat penafsiran sendiri tentang tulisanku ... sumpe, nggak apa-apa ...

Rahasia hati kami

Sudah terkuak, sudah tidak ada rahasia lagi...

Friday, April 4, 2008

Perpisahan (AMG)

Pertengahan Januari 2007, Perpisahan
Hari itu terasa sedikit berbeda, beberapa santri menyodorkan loose leaf untuk diisi biodata serta pesan dan kesan kepada Pak Doel. Tetapi hari itu Rara sembunyi mengurung diri, Pak Doel sempat mencari-cari batang hidungnya, koq gak ada yah, apa sakit ..? tanya Pak Doel dalam hati.

Setelah kelas bubar, Rara datang menghapiri dengan secarik kertas loose leaf yang dilipat empat, Pak Doel tidak berani memandang wajahnya, terasa sekali kesedihan di dada Rara, kanapa juga harus sedih, mungkin jawabannya ada dalam secarik kertas yang dia sodorkan. Pak Doel menerima kertas pemberian Rara dan memberikan senyum kecil pada Rara, “makasih ya …”, walau hanya sekelebat, Pak Doel melihat mata Rara yang berkaca-kaca dan tetes air mata jatuh membasahi lantai, Rara menangis? Untuk apa dia menangis, untuk diriku yang tampan inikah, hua… ha… ha… Pak Doel ke-GR-an.

Hey Pak
Duh seneng nih bisa bebas dari anak-anak MBI. Pak, U koq tega sama Q, jangan pergi dong Pak … pliiiis . Pak, besok kalau sudah nggak ngajar di sini lagi masih mau maen ke sini kan? Pak, Q pasti kangen sama Bapak, knapa sih pak Pake ke Jepang segala. Trus knapa dulu Qt pernah kenal … Huh Q sebel ama Bapak … tw g’ Pak, U tuh guru yang bisa buat aku nangis (maksudnya Q tu gak pernah nangis karena guru, aku kan bandel). Pak, kalo sudah di Jepang jangan lupa ma Q yaw … tetep sms kami biar ttp contact … Kapan-kapan kita lunch lagi yuk … enak lagi, makan gratis trus TAXI dibayarin juga seperti kemarin, he3 …
Bye2 Pak …


Ingin rasanya ikut haru biru, tapi ternyata beneran, Pak Doel itu seperi orang yang gak punya hati, ukurannya rasionalitas saja … jadi kalau gak suka sama orang, langsung to the point nyamperin orangnya biar hilang beban, luruskan jika memang ada perbedaan, dan begitu seterusnya.

Tapi untuk menenangkan dan menyenangkan Rara, tulisan Rara langsung dibalas dengan syair yang jiplak dari orang lain … hi… hi… pasti tau deh syairnya siapa

Waktu telah tiba, aku kan meninggalkan … tinggalkan kamu, tuk sementara … kau sayang aku dan bilang jangan pergi, tapi ku hanya dapat berkata … aku hanya pergi tuk sementara, bukan tuk meninggalkanmu selama, ku pasti kan kembali pada dirimu, tapi kau jangan nakal, aku pasti kembali … (Ratu)

Terbayang dalam benaknya bilamana Rara dan Merry membaca sms darinya, mereka akan membaca pesan perpisahan sambil menangis. Pak Doel berkata dalam hatinya, “maaf, aku pergi untuk ummat, untuk tegakkan agama dipuncak tertinggi kejayaan, kemuliaan yang telah dijanjikan olehNya untuk kita … tidak semua orang harus mendapat gelar doktor di ilmu sains, tapi harus ada orang yang merasa bertanggung jawab dari ummat ini, semoga aku menjadi bagian dari padanya… maaf, sekali lagi maaf”, ini bukan akhir, tetapi awal perjalanan panjang kehidupan menuju keredhoan ALLAH dalam kemuliaan agama yang sempurna.

Pak Doel mengirim sms rahasia untuk Rara, “Rara tadi nangis ya … knapa nangis, nangisin aku yah … ugh jadi gemes deh sama Rara, pengen cubit pipinya sampe ampun-ampun trus nangis lagi karena kesakitan … jangan sedih ya, salam buat Rois … bye2 jelek”. Canda sms seperti tadi mungkin akan begitu dirindukan Rara … bahkan oleh semua yang sering menerima sms iseng dari Babashong, arsitek yang mendadak guru

Pengumuman penting (AMG)

November 2006, Pengumuman Penting
Pak Doel membuka kelas dengan memberi pengumuman pada anak-anak di kelas matematika, “Perhatian semua, saya mau beri tau, bahwa saya hanya mampu mengajar kalian hingga akhir semester ini saja, kantor tempat saya bekerja akan mengirim saya ke Jepang untuk melanjutkan studi”. “lho, koq gitu sih pak”, Rara merasa kurang puas dengan pengumuman sepenggal dari Pak Doel, sedangkan Sari akhirnya juga ikut bicara, “katanya sampai kelas dua, koq hanya sampai semester dua sih …?”

Kabar tentang rencana keberangkatan Pak Doel untuk melanjutkan studi ke luar negeri tersebar sangat cepat ke seluruh pondok pesantren, termasuk pondok pesantren yang berlokasi di Surabaya. Saat berpapasan jalan dengan Ni Iroh anak Pak Kyai, sambil senyam senyum dia menyapa, “waa, yang mau ke Jepang koq masih di Surabaya … kehabisan tiket ya, atau ketangkep di imigrasi karena berwajah teroris … makanya wajahnya jangan jelek-jelek amat akhirnya dicurigai kan”, “enak aja, saya itu sedang melarikan diri untuk sementara, di bandara tuh sedeng ada razia orang ganteng, makanya saya tunda keberangkatan dari pada ketangkep”, Pak Doel dan Ni Iroh ketawa bareng, selain karena sudah kenal lama, Pak Doel juga pernah ‘dijerumuskan’ oleh Pak Kyai untuk mengajar di pondok Surabaya dan ternyata di kelas Ni Iroh, jadi memang Ni Iroh statusnya adalah sebagai murid Pak Doel juga. Kalau sedang singgah ke ruma Pak Kyai, Ni Iroh langsung ready siapin minum, dan ada makanannya lagi, kalau yang nyiapain minum orang lain, boro-boro deh.

Pernah suatu hari, yang beri suguhan untuk tamu tidak faham kalau Pak Doel tidak suka kopi, akhirnya kopi yang dihidangkan tidak disentuh sama sekali … adzan berkumandang, Pak Doel pamit untuk sholat berjama’ah di masjid, dan prang … gelas berisi kopi tumpah ke lantai, “aduh koq begini … bisa telat ke masjid nih”, fikirnya dalam hati, tetapi ternyata Pak Kyai sedang berbaik hati, Pak Doel yang sudah mau ambil kain pel di dapur dicegah Pak Kyai untuk melanjutkan aksi ‘superheronya’, “sudah mas Doel, biar orang rumah saja yang bersihkan”, senyum gembira tergambar di wajahnya, yes … yes … dan no, ternyata Pak Kyai panggil Bu Dillah untuk ngepel bersihkan lantai, wah gawat … Pak Doel bergegas menuju masjid. Pulang dari masjid mau ambil tas di ruang tamu, ternyata Bu Dillah masih sibuk dengan kain pel bersihkan lantai, Pak Doel pura-pura nggak liat, tetapi sudut matanya melihat Bu Dillah sedang bersihkan lantai sambil melotot ke arahnya, hiiii … tatut, sudah keluar taringnya belom yah. Setelah ‘aman’, Pak Doel berinisiatif ambil tas lalu pamit ke Pak Kyai untuk segera pulang, he … he … kalau pamit ke Bu Nyai nanti aja, di jamak qoshor … besok deh kalau sedang mampir ke sini lagi.

Kembali ke Pondok Jubel, kelas matematik hari itu menjadi garing dan tidak bersemangat, mungkin karena pengumuman diawal pembukaan kelas. “Ah, biarin aja … kalo gak diumumkan sekarang, besok-besok juga pasti mereka tau, jadi lebih baik diumumkan sekarang saja”, begitu pendapat Pak Doel.

Sebagai arsitek yang mendadak guru, setiap datang ke pondok untuk mengajar, juga disempatkan untuk melihat progress pembangunan di lokasi proyek. Gedung kantor, gedung sekolah, dan sebagainya. Mau beramal pakai apa lagi, sudah terlanjut jadi tukang insinyur, kalau harus ceramah agama, gak bisa … bukan keahliannya, ntar salah begaimana, jadinya begini … ada rencana pembangunan pondok, pembuatan master plan pesantren, dan sebagainya, Pak Doel selalu siap untuk hadir, kapanpun …

Gedung akselerasi



Super aneh

Sebenernya cowok itu seaneh apa sih di mata cewek, dan juga sebaliknya, cewek itu seaneh apa sih di mata cowok?

Perindu kekasih

Kalaku merindu
Kupandang kerling bintang gemintang
Karena ku yakin
kau ada di bawah naungan bintang yang sama

CurhatQ

Cinta sejati, adalah cinta yang membuatmu kokoh,Dan bukan membuatmu rapuh ...

RABBI ...
Jika cintaku ENGKAU ciptakan untuk dia
tabahkan hatinya
teguhkan imannya
sucikan cintanya
lembutkan rindunya

RABBI ...
Jika hatiku ENGKAU ciptakan dia
penuhi hatinya dengan kasih-MU
terangi langkahnya dengan nur-MU
bisikkan kedamaian dalam kegalauan hatinya
temani dia dalam tiap sepi harinya

RABBI ...
Kutitipkan cintaku pada-MU untuknya
resapkan rinduku pada rindunya
mekarkan cintaku bersama cintanya dalam cinta-MU
Sebab, sungguh akupun mencintainya karena-MU

Disadur dari ... folder mysoul
Kembang Belor, 21 Jan 2008
Created By SS (JK)

Wajah model, body bantal

Ahad pagi, semua santri putra sibuk dengan urusannya masing-masing, Kamal ... he … he …, sudah bisa ditebak dia lagi ngapain, Fuad lagi wiridan (tumben banget …), Zulfan lagi belajar … maklum lah, mempertahankan harga diri, jangan sampe rangkingnya kesalip (akhi9rnya kesalip juga kan ..!), Fahmi sedang susah hati, biasalah … pulsanya abis, jadinya wafat deh handphonenya, susah hati karena gak bisa “say hello to soulmate” (cape deh), Kaisar hari itu bangun sejenak lalu membaca do’a “bismaka allahuma ahya wa bismaka amutzzz zzzz zzz zzz”, dia melanjutkan tidurnya (hi3, seperti anak putri aja deh), sedangkan yang lain … lari turun gunung karena mau main bola, rame deh include Mr Cecep, Mr Rozi, Mr Kholis, Mr Basong ikutan juga turun gunung, bahkan Mas Andi sampe lupa dengen pos jaga, ikutan main bola di bawah.

Pertandingan bola seru banget, Pak Kholis menguasai bola, melewati Saychu dengan aman, karea Saychu sedeng hinggap kesadarannya, sehingga rasa sungkan pada Pak Ustadz menyelubungi hatinya, tapi saat ingin melewati Agus … brak, kaki beradu kaki, “amit Ustadz …” begitu seru Agus sebelum merebut bola dari kaki Ustadz Kholis. Saychu hanya bisa melotot melihat tingkah Agus, sedangkan Pak Kholish hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah santri “durhaka” …

Pertandinganpun usai, leyeh-leyeh sambil menghirup udara pegunungan yang tidak segar lagi, he … he … karena bercampur bau keringat dan ketiak masing-masing. Pak Basong dan Mr Cecep bergegas kembali ke pucuk gunung karena takut ketularan, ...

Saat antri kamar mandi, sebagian besar menunggu di depan kantor sekolah, ada juga yang gangguin Kamal luluran, nongkrong di warung bawah, dan ada juga rebahan rata tanah di depan teras. Pak Basong melotot melihat mereka mengotori teras kantor dengan keringgat, ”hoey, maksud elo ...? pindah, ngaleh2, bau keringet tiduran di teras kantor, emangnya kamarmu apa? ...” karena diusir, akhirnya mereka geser ke depan kantor, depan kolam, bawah pohon, dan sebagainya.
Terjadi diskusi garing di antara mereka, he ... he ... kali ini rada tumben sih, ngegosipin anak-anak putri, emmm, pencetusnya karena ada koran teronggok di teras kantor, lalu beberapa mata melihat model iklan operator telpon seluler Rp 1/detik. Mata Agus memandang tanpa berkedip, Mustain ... air liur sampe netes-netes karenanya, Miftah hanya bisa istighfar sembari curi-curi pandang, kemudian datanglah Pak Rozi yang celingukan cariin koran dua hari yang lalu, ”hey, siapa yang ambil koran di atas meja saya, saya belum baca semua, ada kolom kontak jodohnya tau”, anak-anak yang sedang setangah sadar saling pandang, lalu melipat rapi koran dan mengembalikan koran ke meja Pak Rozi ... fuiiih, nyaris ...

Pandangan sebagian anak putra masih kosong, karena hati mereka penuh terisi dengan wajah cantik model iklan operator seluler ... Agus mulai berkomentar, ”andai iya milikku, kan kujaga selalu, hingga nyamuk sekalipun tak bisa menyentuhnya”, Romdhon menyahuti kalimat serius Agus, ”wahai Agus, gak mungkin banget dia suka padamu, Agus ... cobalah engkau sadar diri ...”, ucapan Romdhon di sambut amiin oleh para ahli majelis, ”amiiiii, betul sekali, kasihan banget kalo cewek secantik itu bisa terperosok dalam lembah kenistaan karena mendapatkan Agus, Ya Tuhan yang Maha Baik, lindungilah dia dan orang-orang yang seperti dia dari cengkraman Agus ....”. Agus hanya bisa menahan marah dalam dadanya, ”Grrrrrrrr...”.

Mustain mulai membuka diskusi, ”eh, tau nggak, sebenernya anak-anak putri angkatan kita itu banyak juga lho yang pantes jadi model”, sebagian anak putra saling pandang penuh keheranan, tapi ada juga yang spontan cekikikan, ”hua ha ... ha ... matamu picek, mana ada anak putri yang secantik model tadi, ...” begitu Romdhon menyahut. Lalu Mustain memberi penjelasan, ”eh, siapa bilang tentang wajah, ini tentang model iklan lah, misalnya Nina ... cocok tuh jadi model iklah lem tikus, kan ada produk lem tikus .... em, apa yah mereknya, buy go on apa yah, yang gambarnya queen size coba lepasin kakinya yang lengket di lembaran lem tikus, cocok kan ... apa lagi kalo ditambah Alien, Hablana, Imey, dll ... iya nggak”. ”Oh maksudnya yang begitu, saya pikir lebih cocok jadi model iklan produk penambah berat badan, atau obat penambah lingkar perut ...” begitu Adi menimpali. Anak-anak putra mulai cekikikan, ternyata mereka jago juga ngegosip.

Kemudian Pak Basong nimbrung, ”Eh, bagaimana kalo setiap anak putri kita scoring, kita beri nilai ...”, Romdhon kurang faham, lalu bertanya, ”maksudnya bagaimana Pak?”, lalu, ”maksudnya begini, kita beri nilai menurut beberapa variabel, tapi saya batasi hanya pada aspek fisik saja, jadi aspek yang terlihat dengan mata saja, seperti alis, mata, hidung, bibir, proporsi tubuh, termasuk dandanannya juga”, anak-anak cowok mulai antusias, Agus mengeluarkan kertas dan pensil, ”coba beri contoh Pak, ntar kami yang ngelanjutin...”, ”ok, saya beri contoh, nih kertas kosong saya garis vertikal dan horizontal sehingga seperti matriks atau tabel, penilaian kita batasi 5 skala, 1-5 dengan 1 untuk nilai sangat buruk sedangkan 5 untuk nilai sangat baik, ok setuju semua”, audience kompak berseru, ”seeetuuujuuuuuuu”, .... Pak Basong melanjutkan, ”sedangkan untuk aspek terlihat yang kita pilih adalah, mata, hidung, bibir, alis, bentuk wajah, proporsi tubuh, dan juga dandanan, semua tadi kita sebut sebagai variabel penilai, dan kita tuangkan dalam kode tertentu dalam kertas”, sebagian mulai bingung, tapi Zulfan protes, ”tapi Pak, cewek itu kan bukan hanya tampilan luar saja, inner beauty bagaimana?”, Pak Basong melotot, ”makanya dengerin, saya hanya membatasi pada aspek fisik saja, biar nggak ribet”. Agus bertanya, ”tapi Pak, kalo kita meberi nilai kepada mereka, apa tolok ukurnya, harus ada yang perfect dong ... ”, Pak Basong terperanjat dengan tanya Agus, ”tumben kamu pinter Gus, tadi kepalamu kena bola yah? By the way, bener banget, dan yang kita jadiin gadis sempurna itu adalah si model iklan operator seluler, bagaimana, setuju”. Adi menyahut, ”lho, Bapak liat juga ya sewaktu kami melototin koran tadi”, senyum kecil mengawali jawaban, ”ya iya lah, koran sampe lecek begitu, trus halaman yang ada gambarnya ntuh kan sampe kucel karena kena tangan kalian ...”.

Wah, seru nih ... jadi penasaran ..., Babasong melanjutkan penjelasannya, ”sebelum saya lanjutin, semua ambil jarak dulu, jangan terlalu deket”. Agus protes, ”lho emang kenapa Pak?”, Saychu menimpali, ”Iya Pak, kami kan pengen deket-deket kalo Bapak sedeng explain sesuatu ...”. Pak Basong melotot, ”grrrr, kalo dibilang ambil jarak, mundur sana, kalian tuh abis olah raga, jadi bau keringet tauuuu”. Anak cowok hanya cengengesan lalu mundur dua langkah serentak.

Kemudian, ”Sebenernya bisa juga pake aspek tidak terlihat, misalnya sifatnya ...”, Zulafan bertanya, ”emang bisa tau Pak”. Lalu, ”emmm, more and less bisa sih, mau bukti ... hi... hi... hi..., tapi jangan sewot yah … ada diantara kalian yang nggak Pake underwear, betul kan …”. Semua terdiam, lalu mereka serentak tertawa lebar, ”hua ha ha, bener banget Pak ...”, tapi sebelum mereka sebut nama seseorang, langsung dicegah, ”stop, jangan dilanjutin, jangan sebut nama atau tunjuk orangnya, ntar anaknya malu ... lalu ada diantara kalian yang naksir berat sama ... (tiiit sensor), bener kan”. Semua saling pandang, dan ... ”iya Pak, bener banget, hayo ngaku yang sedeng fall in love ... hua ha ha, sampe semua buku catetannya tuh ada namanya, yeek bikin malu aja, merendahkan martabat anak cowok ...”.

Adi penasaran, ”koq bisa tau sih Pak ...”, Pak Basong melanjutkan ceritanya, ”semua itu ada pintunya, mata, telinga, hidung dan mulut semua itu adalah pintu, sedangkan muaranya ada di hati ...”. Kalo kamu sering sebut satu nama, maka akan berbekas bahkan mengakar di hati, misalnya Agus sering menyebut nama Mak Yati, maka sebagian sifatnya akan kamu miliki dan namanya akan tertancap di dalam hatimu” .... ”waaaaa, Mak Yati booooo”, anak-anak semua tertawa, sedangkan Agus hanya melotot menahan marah, ”stop, ini hanya misal saja ... jadi, alangkah baiknya kalo kita itu tiap detik bisa dzikir mengingati NamaNya, bersholawat atas Nabi SAW, itu jauh lebih bermanfaat dari pada mengingati nama cewek ...”. Semua serentak hening, dan ... ”ok, saya lanjutkan dengan metode scoring, in this case memang kita ambil satu contoh cewek sempurnanya adalah gadis model operator seluler, kita singkat aja menjadi GEMES, and semua variabel yang ada pada GEMES kita beri nilai sempurna, yaitu 5 ...”

... (bersambung)

Cantik, pinter dan sexy

Majelis after Dzuhur, sebagian besar anak putra masih haha hihi di depan musholah, Agus, Romdhon, Raki, Yusuf, Fuad, Kamal, Saychu, Miftah, Mustain, Ahmad, dan Adi. Cerita kesana kemari, Agus masih juga dengan performa standarnya, kadang memandang jauh hingga ke langit, lalu dibikin kaget Saychu, ”hayo, lagi mikirin Mak Yati yah ...”, Agus kaget sejenak, lalu tersenyum kecil ...

Romdhon memulai pembicaraan, ”eh, heran yah, kita koq bisa-bisanya suka sama cewek yah, padahal mereka itu nyebelin, sok manja dan ugh pokoknya bikin sebel deh...”, lalu Ahmad menimpali, ”yah betul, kenapa harus suka sama cewek, sama cowok aja kenapa sih ...”, ahli majelispun protes serentak, ”wuuuuu, hoey jeruk bali, kalo orientasi sex mu nggak jelas, jangan ngajak-ngajak dong ...”, Ahmad berkelit, ”lho, katanya tadi cewek ntuh nyebelin, by the way, aku nih normal, kalaupun besok aku harus menikah, aku akan menikah karena menjalankan perintah ALLAH, dan mengikuti sunah baginda Nabi SAW, nggak mungkin banget Ahmad yang tampan rupawan ini menjomblo ....”.

Raki melanjutkan diskusi, ”sebenernya, kita para lelaki kalau harus memilih makhluk yang namanya cewek ntuh harus pilih yang seperti apa yah kira-kira”, Lalu Kamal nimbrung, ”tentu saja yang cantik dan berkulit putih bersih”, lalu, ”hua ha ha ha ha, Kamal mau perbaiki keturunan, makanya cari yang kulitnya putih, sama tente kunti aja, kulitnya putih”, begitu Mustain berkomentar, lalu Kamal coba meluruskan, ”ya iya lah, harus ada upaya untuk memperbaiki keturunan dengan silang genetik ...”. Yusuf nimbrung, ”bener lho, kita harus realistis, dan juga harus selektif, yang milih kan kita, sedangkan mereka itu yang dipilih, jadi gitu deh ... tapi menurutku, paling nggak istriku nanti cantik dan sexy ...”, Yusuf berkomentar sambil melekuk tangannya mengikuti lekuk gitar spanyol.

Fuad nggak mau kalah, ”sekedar cantik dan sexy doang, berarti o’on dong, saya mana mau kalo istriku o’on, emang sih aku nggak pinter-pinter banget, standar lah, tapi istriku nanti harus cerdas dan pinter ...”
Rame deh pokoknya, lau dua makhluk berkerudung lewat di depan mereka, semua langsung hening dan diam seribu bahasa, hingga kedua makhluk itu hilang dari pandangan. Kemudian, ”em, kalo yang baru lewat tadi bagaimana? Masuk ketiga kategori tadi nggak; cantik, pinter dan sexy?”, Yusuf memecah keheningan, kemudian dijawab oleh Romdhon, ”hua... ha... ha... mana ada bantal guling berjalan seperti itu disebut sexy, sana turun gunung trus beli kacamat”, ”waaaaa” semua anak-anak putra tertawa lepas karenanya.

Zulfan ikut berkomentar, ”emm, menurut saya nih, pasti sulit menemukan tiga perkara tadi pada satu orang, cantik, pinter dan sexy ... duh, siapa juga mau, aku juga mau...”. Lalu Pak Basong datang menghampiri, ”jika kamu ingin memilih, maka pilihlah agamanya ...”. Semua pandangan mata tertuju pada Pak Basong, semua diam dan mulai prepare untuk bertanya ... Yusuf memulai, ”tapi Pak, kategori yang kita sampaikan itu standar internasional, semua orang sejagad raya nih setuju dengen kategori itu”. Pak Basong menghela nafas, lalu ... ”hhmmmmm, betul, tapi yang Nabis SAW ajarkan ke kita sebagai umatnya itu adalah karena cantiknya, hartanya, keturunannya, dan agamanya, tapi juga harus diinget, wanita yang baik untuk lelaki yang baik, jadi gak mungkin banget anak mesjid suka sama cewek yang biasa nongkrong di diskotik, walaupun cantik, pinter dan sexy ... ya nggak”.

Arsitek mendadak guru (AMG)

Di pondok pesantren kami yang damai, semua selalu berjalan tertib dan sesuai jadwal. Mulai bangun tidur sampai tidur kembali selalu dilalui dengan mengikuti aturan yang ada, semua dilaksanakan dengan penuh ketaatan oleh semua santri. Memang sih, terkadang juga dijumpai santri yang tidak bangun pagi sehingga dapat dipastikan … nggak ikut sholat malam, sudah terbayang deh, dihukum … dan hukumannya beraneka ragam, tergantung ilham yang melekat di dalam benak Pak Cecep selaku penanggung jawab madrasah internasional, bisa disuruh hafalin 30 kosa kata Arab dan Inggris, dzikir di tengah lapangan sampai 2000 hitungan, bayar denda, atau berbagai jenis hukuman yang sifatnya mendidik.

Pertengahan Agustus 2006, Perkenalan
Kami mendapat guru baru, tepatnya guru matematika yang baru, tapi sepertinya pernah liat deh … em, di mana yah. Rupanya orang yang sering diajak Pak Kyai kalau malem hari ke sini, eh sumpah demi ALLAH, saya kira itu tukang pijat pribadi Pak Kyai, rupanya arsiteknya pondok ini ya… trus sekarang koq alih profesi jadi guru?

Hari jum’at, pertemuan pertama … perkenalan, terlihat di wajahnya kalau masih ragu untuk memulai kelas, kemudian dia meraih buku absensi dan memperhatikan setiap nama satu per satu dan mulai memanggil nama demi nama. Setelah selesai, para santri balik bertanya, “namanya siapa, Pak?”, Kiki memulai, Anya nimbrung, “Pak, sebutkan lima kelebihan yang ada pada diri Bapak?”. “Nama saya Abdullah, lengkapnya …”, Pak Doel menulis sederet nama lengkap dengan alamat email dan url, alamat situs pribadinya. “Kalau 5 kelebihan yang saya miliki apa yah, eeemmm, mungkin kelebihan berat badan”, waaaa, anak-anak pada ketawa bareng. Imey ikut bertanya, “koq bisa ngajar di sini Pak, rasanya kita pernah lihat Bapak di Pondok Surabaya deh?, Pak Kyai pernah ceritain tentang Bapak sewaktu upacara … beneran Pak, itu Bapak ya? Kenal Pak Kyai sudah lama ya Pak?” Pak Doel tersenyum kecil, “sebenernya saya hanya diminta sama Pak Kyai untuk mengajar di kelas matematika sampai guru matematika kalian ada, jadi sifatnya sementara”. Kemudian Dina juga ikutan bertanya, “tanya Pak, dulu ibunya Pak Doel ngidam apa?”. Pak Doel mengerutkankan dahinya, lalu Dina menyambung pertanyaannya, “sepertinya Bapak orangnya pinter, beneran mau ke luar negeri untuk beasiswa di Eropa?”.

Waduh ketauan deh, Pak Doel berguman dalam hatinya, kemudian mulai menjawab pertanyaan Dina, “kalau urusan ngidam, saya nggak tau dulu mama ngidam apa, tapi mengenai beasiswa … saya memang pernah menjadi kandidat untuk beasiswa dari Eropa tepatnya dari Austria, khusus untuk negara-negara di Asia Tenggara, tetapi peraturan tertentu memaksa saya untuk tidak bisa ikut, masalah kuota perguruan tinggi, sedangkan saya saat itu bukan staf pengajar di perguruan tinggi manapun”.

Kelas matematika akhiranya di mulai, beberapa siswa memanggil Pak Doel dengan panggilan Babashong, atau juga Pak Basong, mungkin karena wajahnya yang oriental seperti artis mandarin (Andy Lau, yah tepatnya seperti Andy Lau … red). Berbeda dengan Sari, dia lebih suka memanggil nama Pak Doel dengan sebutan Pak Ganteng, Pak Doel tertawa kecil sambil berkomentar, “saya dipanggil apa saja terserah anda sekalian, asalkan itu membuat kalian senang, itu juga yang akan membuat saya senang”. Walhasil, sebagian kelas memanggil Pak Doel dengan Pak Basong, Babashong, tetapi ada juga yang masih memanggil dengan nama Pak Doel atau sekedar Pak. Kalau ditanya sebenarnya lebih suka dipanggil siapa sih? emm panggil Pak saja, lebih terasa tua dan tahu diri.

BAB pertama adalah tentang bilangan akar, pangkat dan logaritma, metode pengajaran sedikit aneh dan tidak biasa, yaitu problem solving … tanpa penjelasan sebelumnya, dan langsung membahas soal. Sebagian anak-anak protes dengan metode seperti itu, Nina angkat bicara, “Pak, koq gak ada penjelasan sama sekali sih, trus langsung masuk ke pembahasan soal, kami kan bingung”. Untuk menjawabnya, Pak Doel bercerita tentang cara cepat belajar berenang, “kalian bisa renang? Tau cara cepat belajar berenang? Langsung nyemplung ke kolam renang, maka langsung berusaha untuk bisa … tapi kalau memulai dari teori cara berenang, apa ada manfaatnya?”, anak-anak merasa kurang faham dengan contoh kasus belajar berenang, kemudian “ini saya ceritakan teori berenang, angkat tangan kanan kemudian tendangkan kaki kiri angkat tangan kiri kemudian tendang kaki kanan dan seterusnya berulang-ulang … kalau teori renang seperti tadi apa bisa dipakai praktek berenang? Yang ada juga tendang-tendang air di kolam renang, bikin basah ibu-ibu yang jagain anaknya berenang … Makanya sekarang saya ingin short cut, memulai dari soal, kita bahas bersama, dan kalau ada masalah baru kita pelajari teorinya, tetapi tentu saja kita sudah lihat jenis permasalahan dan tingkat kesulitan soal”.

Hari demi hari berjalan begitu cepat, berbagai kisah dilalui, juga bergerak linier dengan kecepatan waktu. Agustus, September, Oktober, hingga akhirnya kisah tentang arsitek mendadak guru berakhir dengan tanpa ending yang jelas (pasti bingung karenanya)

Katakan cinta (AMG)

September 2006, Katakan Cinta
Cinta memang buta, dia bisa datang dan pergi tanpa kompromi, juga tanpa permisi. Pak Doel yang katanya gak punya hati, akhirnya punya hati juga tahun ini … mulanya ragu untuk menyatakkan, karena track record sebagai playboy kampus tetap menghantui. Pak Doel takut menyakiti hatinya, sehingga skenario disusun sedemikian rupa sejak awal bulan september.

Alien dijadikan sebagai pemain di belakang panggung, sebagai mata-mata, sebagai mak comblang dan sebagai penagih hutang juga (he… he… yang terakhir nggak ikutan). “Alien, titip salam ya buat hafidzah”, begitu bunyi sms untuk Alien, “oc boss, tapi nyawa dibayar nyawa, titip salam dibalas pulsa, hi3, becanda koq, tapi kalo serius, seneng banget”, jawaban standar dari Alien.

“Alien, tanyain ke dia, boleh nggak sholat sunnah sambil bawa mushaf, tanyain ya … pliiiis”, beberapa saat kemudian sms balasan terpampang di layar dopod, Alien menjawab, “katanya gak apa, tetapi tinggal mengatur gerakan yang sesuai, karena kan sedang memegang mushaf, pandangan ke arah mushaf, dan bersedekap dengan tangan kiri”.

Minggu ke 2 bulan September utusan untuk mengikuti jambore nasional telah disusun, termasuk di dalamnya tertulis nama Syifa, oh Tuhan … lindungi dia, khawatir banget kalau terjadi sesuatu yang buruk dan ternyata benar, saat latihan bersama Syifa pingsan … kedinginan katanya, mulailah Pak Doel berdo’a dengan suara lirih, lembut dan pelan, … “Ya Rabb, Engkau sebaik-baik penjaga, Demi KemuliaanMu, bukankah aku ini hambaMu, apa saja yang Engkau perintahkan akan aku kerjakan, Ya Rabb yang ditanganMu tergenggam segala urusan, aku tidak pernah meminta padaMu perkara yang kecil-kecil, tapi Ya Rabb untuk kali ini, jagalah dia … jaga dia untuk menenangkan hatiku, maafkan aku dan ampunkan aku … Ya Rabb, aku khawatir terjadi sesuatu yang buruk padanya, karena itu jagalah dia untukku …”

Akhirnya rombongan jambore pulang juga ke Pondok, ah lega … semua baik-baik saja. Tapi di akhir bulan september ini juga, Pak Doel menceritakan gundah gulana yang menyelimuti hatinya … Pak Doel berkirim surat, surat untuk Syifa … kali ini tanpa perantara, diserahkan langsung dan tanpa perantara … (waaw, gentle … men)


Assalamu’alaikum wr wb

Kalau bukan karena kecintaan ALLAH pada Agama yang ada di hatiku, maka apalah diri ini. Tulisan ini hanya sekedar tulisan biasa, semoga hatiku lapang karenanya dan karena rasa itu telah merasuk begitu dalam, maka rasa ini harus dicabut dari akarnya dengan paksa sekarang juga (secepatnya akan aku lakukan).

Terima kasih atas beberapa nasihat yang pernah saya terima, semoga ada keberkahan di dalamnya. Semoga setelah itu Syifa juga mendapat bagian dari keberkahan amalanku yang sedikit dan tanpa ilmu ini.

Mau mulai dari mana yah. Emm, suatu hari saya setor gambar rencana gedung baru buat pondok ke P Kyai Asep, lalu beliau cerita tentang ini dan itu dan sebagainya, seperti biasa walaupun bosenin aku harus tetap tawajuh dengerin cerita beliau sampai habis. Tapi hari itu, beliau cerita tentang program MBI (Madrasah Bertaraf Internasional), dengan semangat cerita tentang anak-anak pilihan yang ada di kelas khusus tadi. Lalu P Kyai cerita tentang anak yang (menurut beliau sih) terbaik dan lebih baik dari anak-anaknya, hatinya ada Qur’an, dan lain sebagainya. Aku langsung suka dan jatuh cinta pada sosok yang baru aku dengar ceritanya walau belum pernah lihat wujudnya.

Aku pernah titip salam ke mamanya Syifa, mau aku tambahin kalimatnya tapi sepertinya gak pantes, saya tulis di sini ya, “Salam buat mama, bilang dari orang yang suka banget dengen anaknya, bahkan namanya sudah terpatri di dalam hati sebelum dia jumpa anaknya”. Hi2 …, geli banget rasanya.

Tapi beberapa hari lalu, seperti biasa laporan ke ALLAH tentang aku, ummat ini, dan sebagainya, lalu aku do’a dengan kalimat yang tidak biasanya, “Ya ALLAH, apalah aku, kalau bukan karena Agama yang ada di dalam hatiku, maka apalah aku. Sungguh aku mencintaiMu, jika aku punya seribu nyawa semua akan aku korbankan untukMu. Tapi apalah aku, tak pantas aku menyebut namaMu, lidah ini penuh dosa, tak pantas aku mengingatMu, hati ini penuh maksiat. Ya ALLAH sungguh aku tak pantas untuk suka pada orang yang Engkau cintai, apalah aku, karenanya maafkan aku”.

Di kelas, pandanganku tidak pernah lepas memperhatikan Syifa, setiap gerakan, setiap hembusan nafas, bahkan setiap ucapan yang keluar dari bibirmu dan kalo sudah begitu biasanya langsung sebut namaNya, Istighfar yang banyak.

Terima Kasih karena telah membaca tulisan ini hingga kalimat terakhir, dan sejumlah maaf disampaikan sebagai bingkisan terbaik dan semoga diterima dengan ikhlas. Sebelum aku akhiri sekali lagi, maaf jika aku pernah suka pada Syifa, akan aku cabut rasa ini dengan paksa dari hatiku. Tulisan ini tidak untuk dijawab, tapi jika dijawab juga gak apa, pasti seneng banget terima tulisan dari Syifa. Hati ini telah tercipta untuk selalu condong padaNya dan apa-apa yang dicintaiNya, maaf jika aku pernah ada rasa yang seharusnya untuk ALLAH saja.

Wassalamu’alaikum wr wb
Abdullah


Syifa menjadi ragu, apa yang sebenarnya sedang terjadi, dia menghela nafas … secarik kertas yang menggugah, dan menyentuh hati, tapi apa yang harus dia lakukan, haruskah membalas tulisan Pak Doel, guru dan murid …

Hari berlalu, belum ada tanda-tanda akan dijawab. Pak Doel coba berfikir, dengan jernih … “siapa aku, siapa dia, kenapa aku, kenapa dia … apakah karena, ah sudalah … anggap saja ini tidak pernah terjadi, lagi pula aku ini seharusnya tetap sebagai makhluk yang nggak punya hati, nggak bisa jatuh cinta, tolok ukur selalu rasionalitas, jadi kalau tidak rasional, so what getho …”, Pak Doel menyimpan hasrat itu dalam-dalam, tapi bukan di dalam hatinya, tetapi dalam lembar masa lalunya … masa lalu yang sempat diisi dengan cinta, cintai makhluk terindah …

Lunch with Rara (AMG)

Akhir Oktober 2006, Lunch
Pak Doel ngajakin Rara Lunch, sebenernya ide itu muncul karena Rara sedang dirundung ‘suka’, hi… hi… Rara lagi suka sama cowok. Lho, apa hubungannya dengan Pak Doel, si arsitek yang mendadak guru … Rara mau curhat tapi masih malu, ntar diketawain …

“Ya enggak la, nggak mungkin saya tega ngetawain Rara … ok, kita makan di mana, tapi ajakin temen ya, jangan sendirian, ntar dikira nge-date lagi, waaa gawat, apa lagi kalau ada wartawan infotainment, bisa disebar luaskan ke seantero pondok, gawat”, Pak Doel mengajak Rara Lunch, itupun supaya Rara nggak canggung kalau mau curhat.

Rara sudah stand by di supermarket jalan Pemuda, janjiannya adalah makan masakan Italia, tapi yang biasa aja, pizza dan pasta, itupun Pak Doel yang menentukan tempatnya.

“Pak, sudah di mana, saya sudah nyampe nih …”, Rara menelfon, padahal saat itu Pak Doel baru selesai sholat ashar di masjid dekat kantornya, “Iya, ini juga lagi on the way, 15 menit deh tungguin”, setelah sampai di lokasi, kini Pak Doel yang bingung cariin restoran yang di maksud, lalu telpon balik ke Rara, “hi… hi… eh, restorannya di sebelah mana?”, “deket pintu barat, atau kita ketemuan dulu aja di pintu barat”, sambil berlari kecil menuju pintu barat, dari kejauhan terlihat dua sosok kucel berjilbab norak, wah pasti ini dia … mereka yang jalannya zig zag nih pasti Rara, tapi sama siapa, katanya sama Merry … lalu Pak Doel datang menghampiri, “lho, koq sudah di sini, kirain masih jauh, makanya kita jalannya pelan-pelan”, Rara membuka pembicaraan, eh rupanya bareng Kiki, “emm, restorannya sebelah mana?”, Pak Doel bertanya pada dua makhluk kucel di depannya, kemudian Kiki memimpin di depan, mungkin sudah terbiasa keliling di supermarket ini, halah paling sekedar jalan, mau belanja pake daun pisang, nyadar … SPP tuh dilunasin dulu.

Setelah memilih tempat duduk, pelayan datang menawarkan menu utama, kemudian … “Eh, pilihnya terserah, tenang ada boss yang bayarin”, Pak Doel menawarkan ‘jasa’ tumbennya sambil memandangi mereka bergantian, duh koq pilih menu aja pake lama, “lama banget sih, pilih yang paket aja biar cepet …”, “iya, setuju … kalo begitu paket yang untuk berempat, pizzanya empat, trus Pak Doel mau yang pake spaghetti …?”, Kiki sebagai ‘petugas’ pilih menu bertanya pada Pak Doel, “Iya, saya suka banget spaghetti di restoran seperti ini, enak dan biasanya pake potongan daging” … Rara dan Kiki saling pandang, dan menyamakan fikiran, “makanya jadi gendut …”, “eh, ngomong apa barusan, kurang ajar …, murid durhaka gak bisa pinter matematika, itu judul film sinetron hidayah minggu depan”, Pak Doel mendengar bisik-bisik kecil kedua murid-muridnya, “alah, gitu aja diambil hati, kitakan bicara fakta dan tidak direkayasa”, …

“Rara, katanya mau curhat, ayo cerita di sini aja …”, Pak Doel mulai bertanya pada Rara, “em, malu Pak, ada Kiki sih …”, “lho mana Kiki, anggap aja gak kelihatan …”, “ya nggak bisa lah Pak, walaupun dianggap gak keliatan, tapi masih tercium baunya …”, Kiki melotot sambil melayangkan tinjunya ke arah lengan kanan Rara.

“Ya sudah, kalau gak jadi curhat, kita sekarang acaranya makan-makan saja, curhatnya lain kali saja kalau sudah siap hatinya, dan juga kalau sudah siap aku ketawain…”, “lho, koq gitu sih, katanya nggak diketawain …”, Rara sewot, tapi tetep aja pake cengar cengir dan haha hihi, “becanda, kalo gak bisa curhat sekarang, nanti aja via telpon saja, OK Rara … Rara apa Rois?”, “lho, koq tau sih, tau dari mana Pak?”, trus Pak Doel jawab enteng, “ada deh, pokoknya tau aja …”.

Malemnya, Pak Doel telpon Rara …, “Rara, di mana? Di rumah ya?”, “iya, lagi di rumah nih, begini Pak, langsung aja yah, saya tuh lagi bingung, dia itu sering banget telpon saya, trus kemarin dia tanya … sudah punya soul mate belom, dan saya jawab … sudah, eh telponnya langsung dimatiin, sayakan jadi bingung banget, kira-kira dia tersinggung gak ya”, lalu Pak Doel coba menjawab dengan bijak, “suka sama cowok itu normal, tapi sebenarnya untuk kasus seperti kamu sekarang ini, belum saatnya, kamu itu sedang sekolah … tapi by the way, saya sebut dia dengan nama asli atau Rois saja”, “waaaa, jangan buat saya malu dong Pak, nama samaran aja .. iya, sebut aja Rois …”. Lalu Rara kembali berkicau, “sebenernya sewaktu saya bilang sudah itu mau bilang kalau sudah ada calon kuatnya, yaitu dia … eh, telponnya keburu ditutup, ugh sebel campur sedih deh … saya telpon balik gak bisa …”. “Begini aja, pake strategy lempar bola”, “maksudnya bagaimana?”, lalu Pak Doel menjelaskan strategy yang dimaksud, “coba bertanya dengan kalimat-kalimat yang menjebak, misalnya, eh kamu suka cewek yang seperti apa sih … nanti dia akan jawab, ini itu dan sebagainya, apapun jawabannya kalau masih mirip-mirip dengan kamu, ntar kamu bisa bilang aja, lho cewek idealmu koq saya banget ya, kalau dia tertawa, pura-pura nggak suka atau bilang gak mungkin, maka berarti iya, tapi kalau dia diam saja, maka bersiaplah untuk menjadi teman saja, atau kalau dia berkata tidak sampai lebih dari tiga kali, berarti tidak beneran, dia sungguh-sungguh gak suka …, tapi bagi saya … hanya orang bodoh dan goblok yang nggak suka sama cewek sebaik dan semanis Rara”, dari seberang sana Rara tertawa kencang, “hua… ha… ha… Pak Doel bisa aja, saya sampe terbang dibuatnya, wah wah … bisa kepentok langit-langit rumah nih kalau begini, sudah ya Pak, makasih banget jawaban dan pencerahannya …”.

Begini kalau punya ‘pekerjaan’ rangkap banyak, bisa jadi arsitek, guru, paranormal, dan psikolog remaja. Semoga sukses aja deh kalian semua, dan yang harus digaris bawahi adalah, pacaran tuh gak penting banget, yang diajarkan dalam agama Islam sudah lengkap, maka jangan pernah memilih jalan alternatif, kalau mau perkenalan ada jalan dan caranya yaitu ta’aruf, ada muhrim yang menemani, ada orang tuanya, dan sebagainya. Tapi harus diinget baik-baik, sudah siap nikah belum … kalau belum, tau diri dong

Ibu Kepala Suku

Kelas matematika di mulai dengan membagikan lembar jawaban, “santri bertanya-tanya … kertas apaan nih, baru sekali masuk sudah ada ulangan?”. Ternyata kertas yang dibagikan berisi sederet angka di dalam tabel baris dan kolom sebanyak 30 nomor. “Pak, buat apaan nih?”, Imey bertanya kebingungan”, “Itu kertas akan saya pakai mengukur kecepatan anda melihat angka dan memahaminya, biasanya hasil yang diperoleh selaras dengan kemampuan anda memahami matematika”. “tapi bukan ulangan dan gak gak ada nilai kan?”, Alien bertanya dengan wajah cemas. “ya tidak, saya hanya ingin tau kemampuan kelas ini, apakah kemampuan kelas ini rata atau bisa jadi ditemukan perbedaan kemampuan yang mencolok”.

Pak Doel duduk di kursi guru dan menjelaskan teknis pengisian, “setiap lembar berisi 30 baris dan 20 kolom, satu baris di atas ada sederet angka-angka sederhana dan bagian itu jangan di isi atau dicoret-coret, tetapi bagian kosong di bawahnya untuk diisi jawaban, waktu setiap baris adalah 10 detik, dan bila saya bilang PINDAH, maka anda harus segera pindah ke nomer di bawahnya … faham”, karena no comment, Pak Doel menganggap mereka semua faham. “Ok, kita mulai …. Siap, mulai”, sepuluh detik berlalu, “pindah …”, semua sibuk beralih mengisi baris ke dua, lalu 10 detik kemudian, “pindah”, serentak mereka pindah ke baris nomer 3, dan seterusnya.

Wuiih cape deh, akhirnya selesai juga 30 nomer … wajah mereka terlihat kelelahan, ada yang masih memandang langit-langit kelas karena bingung, ada yang bengong melihat hasil pekerjaannya di’renggut’ dari atas meja oleh Pak Doel, dan akhirnya Pak Doel mulai sibuk dengan memperhatikan hasil test kemampuan angka.

Heemmm, Pak Doel menghela nafas … “Nur Affidatun yang mana?”, dari arah belakang Fida mengacungkan jari dengan senyum terlebarnya, “saya Pak … ada apa Pak?”, “nggak, gak ada apa-apa”. Fida memiliki kemampuan 2 tingkat di atas teman-teman sekelas, ah … mudah-mudahan tidak menjadi pemicu lemahnya kelas karena dia terlalu dominan.
Setelah ditemukan perbedaan kemampuan yang sangat mencolok, dan tentu saja jika kelas ini tetap dilanjutkan maka akibatnya bisa sangat vatal, golongan ‘chetta’ akan mengerti setiap penjelasan dengan sangat cepat, sedangkan golongan ‘siput’ akan merayap kebingungan, dan untuk golongan ‘tengah’, mereka tidak terlalu cepat dan juga tidak siput-siput banget, mereka juga akan kelabakan untuk mengikuti kecepatan lari golongan ‘chetta’.

Saat kelas dimulai, para chetta selalu menjawab pertanyaan sebelum diperintah untuk menjawab, akhirnya siput-siput masuk ke ‘kandang’ mereka masing-maasing, ada yang tidur, ada yang memilih keluar kelas, dan ada juga yang tetap bertahan tetapi nggak berani bertanya karena nggak faham. Chetta terlalu dominan, sehingga ‘mengacau’ stabilitas nasional di kelas, harus dicarikan solusinya.

Kondisi ini sungguh meresahkan, kefahaman anak-anak sangat tidak merata, “duh, bagaimana nih … pusing, pusing, pusing, …”, kepala Pak Doel cekot-cekot memikirkan strategi terbaik untuk mengajar siswa … 5 menit lagi bel sekolah segera dibunyikan, sebelum keduluan Mila si ‘petugas’ pencet bel sekolah, Pak Doel memberikan pengumuman, “perhatian, saya akan membagi kelas ke dalam 2 bagian, nama yang saya sebut berikut harap ke luar kelas, dan yang tidak disebut tolong bergeser ke depan”. Labibah, Fida, Syifa, Sari, Icha, Dyah, Rara, Maryani, Anisah, Sulis, harap keluar … mereka keluar dengan kebingungan, sedangkan yang di dalam …, “semua yang ada di dalam, harap merapat ke depan”, duh pusing pangkat 17, kalah deh puyer bintang 7, karena masih kurang 10 bintang untuk hilangkan pusing Pak Doel (17 – 7 = 10), diminta pindah ke depan ternyata benar-benar sampai ke depan … mereka duduk berhimpit-himpitan di depan papan tulis. “Hoeeey, maksudnya itu ke kursi depan, bukan ndelosor di depan papan tulis, saya mau explain bagaimana, gak bisa lewat tau …”, akhirnya merekapun menata diri di kursi-kursi depan, tetapi tetap saja ada yang memilih untuk duduk di lantai lebih depan dari kursi terdepan. Memang sih, di kelas semua sepatu harus dilepas di depan, sehingga lantai ‘tampak’ selalu bersih, dan karena itulah ada yang sengaja membawa bantal dan guling dari kamar masing-masing untuk membuat kaveling tidur siang di pojok belakang kelas, “oh Tuhan, kuatkan hati ini bilamana mataku terlihat dengan tingkah mereka yang sangat tidak nyantri”.

“Semua yang ada di sini harap memilih ketua kelompok, karena kelas ini akan selalu seperti ini jika saya bilang kelas khusus … ok sekarang siapa yang akan jadi koordinator kelas khusus ini”, semua saling pandang, tidak ada yang bersedia, “duh kelamaan, Dina … kamu saja yang jadi koordinator kelas khusus”, “lho koq saya sih Pak?”, Dina kebingungan dengan pengangkatannya sebagai kepala suku kelas khusus, “dari pada kelamaan, tenang saja … tugasnya hanya mencatat kehadiran anak buahmu selama hadir di kelas khusus… kapan kelas khusus akan dimulai, jawabannya adalah sekarang, besok, dan bila saya minta diadakan kelas khusus walaupun bukan jam sekolah maka anda sekalian harus siap”, Dina menyahut, “oooo, kalu gitu doang sih nggak apa-apa”.

Dina mendapat ‘jabatan’ baru, selain sebagai gadis berkacamata yang tampak cerdas dan ternyata STD (standar getho lo ..), sekarang Dina menjadi Ibu Kepala Suku. “ughh aku koq dipanggil kepala suku sih, sebel deh, apa lagi untuk golongan IQ merayap … sebel, sebel, sebel, tapi gak apa deh, IQ merayap kan gue banget”.

Disebut kelas khusus karena mereka yang ada di dalamnya adalah orang-orang khusus, tapi mereka yang berada di dalamnya ternyata menyebut kelas khusus sebagai kelas IQ merayap, … bukan saya lho yang bilang, kalau saya nyebutnya dengan istilah Otak Dengkul. “eh, ntar kalo keluar naik sepeda motor tolong helmnya dipasang di dengkul, itu aset kalian semua”, “lho koq di dengkul sih Pak”, anak-anak kebingungan, ah dasar kelas khusus, diberi joke yang rada tinggi malah balik tanya dan kebingungan, “iya, karena otaknya kan ada di dengkul”, He.. he… he… sebagian mereka tertawa karena merasa “bener banget …”, tapi yang agak sadar memasang muka cemberut dengan hati dongkol, “awas, aku harus segera lolos dari kelas khusus ini … tunggu saja tanggal mainnya”, begitu gerutu Dina dalam hatinya, tapi kapan Dina, kapan hal itu akan terjadi … ?

Pelajaran di kelas khusus memang dengan cara yang khusus pula, pelan-pelan dan jika satu soal selesai dibahas lalu diberikan kesempatan bertanya sepuasnya, ya seperti restoran yang bisa makan sepuasnya itu.

Progress tidak begitu menggembirakan, “duh, mau gimana lagi yah. Aha, pakai strategi saling tanggung jawab saja, ini strategi Nabi SAW kalau mengajarkan hadist pada para sahabat r.a.”. Pak Doel membuka kelas dengan cerita masa kecilnya yang penuh angka, “sejak kecil saya sudah mengajarkan matematika ke teman-teman sekelas, mulai SD saya didaulat oleh Bu Guru matematika mengajarkan rumus-rumus bentuk dasar seperti persegi panjang, lingkaran dan turunan rumusnya, ternyata apa yang Nabi SAW sampaikan benar, bilamana kita mengajarkan satu ilmu maka ALLAH akan limpahkan kepada kita ilmu yang belum pernah kita fahami sebelumnya”. “apa hubungannya dengan kami?”, Imey bertanya … kemudian, “mulai sekarang, setiap anda bertanggung jawab untuk saling mengajarkan … misalnya Hablana faham nomer berapa, ajarkan ke teman di sebelahnya, Lia mengerti nomer berapa maka ajarkan pada teman di sebelahnya, dan seterusnya, tapi ingat … belajar dengan metode ini harus saling pengertian, walaupun teman di sebelahnya sudah faham dan mengerti tentang soal yang diajarkan, maka pura-puralah tidak mengerti.

Di India, metode ini dipakai untuk mengajarkan bacaan Qur’an lagi tartil pada setiap santri, santri senior akan mengajarkan makhroj, panjang pendek bacaan, sedangkan santri junior memperhatikan dan coba mengulangi hal yang sama, dan hebatnya … dengan metode ini, seorang anak SD kelas 2 bisa menghafal 10 juz Qur’an hanya karena saling mengajarkan, tentu saja masih dalam bimbingan ustadz-ustadz mereka.

Untuk memberikan pengertian pada anak-anak agar tidak bandel, Pak Doel bercerita tentang kerajaan iblis, “Raja Iblis memiliki singgahsana megah dengan pelataran yang terhampar begitu luas, seluas mata memandang. Setiap pagi dia akan berkata, “pergilah wahai para pasukanku, jerumuskan manusia”, lalu pada sore hari mereka melaporkan hasil pekerjaan mereka, Raja iblis berkata, “apa yang engkau perbuat hari ini”, maka si iblis berkata, “aku menghampiri sepasang anak muda mudi, lalu aku hasut mereka, aku hembuskan racun-racun maksiat sehingga mereka akhirnya berzina”, Raja Iblis berkata, “kerja yang bagus”, lalu kamu, apa yang kamu perbuat, “aku telah membuat pasangan suami istri bercerai”, Raja Iblis bangga dengan jawaban anak buahnya, “dan kamu … apa yang telah kamu perbuat”, iblis yang lain menjawab dengan tidak bersemangat, “saya hanya menggoda anak kecil, tadi dia berangkat sekolah lalu saya belokkan niatnya, saya hasut untuk bermain, mengulur-ulur waktu hingga akhirnya dia tidak sekolah”, mendengar jawaban tersebut, Raja Iblis gembira bersorak dan menggendong si Iblis di pundaknya, “wahai kalian para pasukanku, ini adalah tentaraku yang terbaik, jika anak manusia meninggalkan belajar maka mereka akan berakhlak buruk, mereka akan jadi pezina, mereka akan dengan mudah menceraikan istri mereka, dan semua perkara buruk lainnya dimulai dari kebodohan”.
Kelas khusus berlangsung hingga akhir semester, dan semua berjalan dengan sesuai rencana, mereka saling mengajarkan, bahkan golongan chetta sekalipun tidak ingin ketinggalan untuk ikut aktif berperan serta menolong para siput untuk dapat berlari lebih kencang. Ketahuilah wahai murid-muridku yang badung, setiap kata untuk kebaikan akan diberi ganjaran satu tahun ibadah olehNya, maka teruslah untuk saling mengajarkan diantara kalian. Dina, kamu juga Dina …!

Seragammu seragamku juga

Hari ini, Rara lagi bandel … bagaimana tidak, dia tertidur di kelas matematika, tetapi dibiarkan saja sampai akhirnya satu jam sebelum kelas berakhir Rara terbangun juga, “heeeh, bangun juga si TT (tukang tidur), hampir aja saya tinggal sendirian di kelas terus dikunci aja dari luar, biar jera …” begitu ide ‘brilliant’ Pak Doel ketika menyaksikan tingkah Rara yang tidur di kelas.

Dipandangi dari kejauhan membuat Rara salah tingkah, dia maju ke hadapan dan minta soal, karena saat itu memang sedang sesi pembahasan soal. “Pak, saya beri soal dong, sembarang deh nomer mana saja”, lalu Pak Doel dengan sedikit acuh dan tidak menggubris sumber bunyi mengatakan, “kamu kerjakan nomer 42”, Rara sibuk mencari nomer 42, padahal jumlah soal hanya 40, “lho, nggak ada nomer 42-nya, marah ya sama Rara, maafin Rara deh”.

Akhirnya Rara duduk dihadapan Pak Doel dan tidak mau bergeser sambil menunggu tanggung jawab soal untuk dikerjakan di papan tulis, Pak Doel melihat si badung dengan mata dipicingkan, biar deh … mata sudah sipit trus dipicingkan pula, ilang dong matanya. Pak Doel melihat nama yang tertulis di baju seragam pramuka Rara bertuliskan Niatul … lho, ini orang pake baju seragamnya siapa, atau tuker-tukeran property pribadi termasuk kebiasaan mereka di sini, wah gawat dan tidak boleh dilestarikan nih, bisa-bisa jadi judul film … berbagi suami, kalo sekarang berbagi seragam. Heemmmm, Pak Doel menghela nafas sampai panjang, oh ummat … apa yang sedang terjadi, jika ummat ini meninggalkan tanggung jawab sebagai orang Islam untuk saling mengingatkan maka akan dicabut daripadanya keberkahan wahyu. Pak Doel coba bertahan dan tidak menangis di dalam hatinya.

Tiga perkara saja yang bisa membuat Pak Doel tersentuh dan menangis di hatinya, (1) jika ummat Islam tinggalkan sholat berjama’ah, (2) jika ummat Islam tinggalkan dakwah, dan saling mengingatkan diantara mereka, (3) jika ummat Islam saling bertengkar untuk perkara kecil.

“Pernahkan Nabi SAW meninggalkan sholat berjama’ah? jika tidak maka pasti ada apa-apanya, terdapat sesuatu yang penting di dalamnya. Bahkan di akhir kehidupan Beliau, walaupun sakit tetapi tetap beliau di berdirikan dalam shaf berjama’ah”. Menyebut Nama Baginda Rasulullah SAW membuat penjelasan terhenti, menahan tangis yang hampir tumpah dari bendung kelopak matanya. “ALLAH sangat suka dengan jama’ah, dan lebih suka pada jama’ah yang besar, walaupun di dalam jama’ah, ditemui sholat yang tidak tertib tetapi hanya dengan melihat jama’ah sholat dapat membuka pintu kerohimanNya sehingga sholat tetap akan naik ke langit dan diterima”.

“Jika ummat Islam tinggalkan dakwah dan tidak saling mengingatkan, maka kehancuran akan tiba sedikit demi sedikit, walau pelan tapi pasti. Jika orang berzina di hadapan umum, tidak ada yang mengingatkan, maka perzinahan akan merajalela, jika seorang gadis membuka aurat di muka umum dan tidak ada yang mengingatkan, maka orang-orang akan bersepakat bahwa membuka aurat tidak apa-apa, dan inilah kerusakan yang dilakukan bersama, semua ummat Islam bertanggung jawab untuk perbaiki kerusakan ummat ini”.

“Bila kalian melihat kemungkaran maka cegahlah dengan tanganmu, jika tidak maka cegah dengan lisanmu, jika tidak maka merasa bencilah dengan kemungkaran di dalam hatimu, dan ini merupakan selemah-lemah iman”.

“Tahukah kalian apa yang akan terjadi di akherat, semua perkara yang besar, hiruk pikuk dan kebingungan yang dahsyat luar biasa, dan hanya ALLAH saja sebagai tempat berlindung. Yang paling berharga hanyalah iman dan amal sholeh, semua harta menjadi percum tak bergun (percuma dan tidak berguna). Tapi hari ini, karena harta warisan kakak adik berkelahi, karena sengketa tanah, tentara menembakkan bedilnya ke arah rakyat kecil, karena perut kosong, seorang ayah akan membunuh untuk mendapatkan uang yang sedikit”.

“Ini kelas koq berubah jadi kultum, yah sudah … coba lain kali pakai seragammu sendiri, punya alasan yang kuat sehingga kamu pinjem seragamnya Anya? basah, belum dicuci, atau apapun alasannya, itu tanggung jawab pribadi masing-masing, besok-besok jangan diulangi lagi, OK Rara”, Pak Doel mengakhiri ‘ceramah’ singkatnya di kelas matematika.

Dalam cengkrama siang di depan teras kantor, Rara dan beberapa santri putri lainnya kembali menanyakan mengapa begitu marah dengan aksi saling pinjam seragam. Rara bertanya, “sepertinya tadi marah sekali, memangnya kenapa Pak?”. Pak Doel hanya menghela nafas, “hemmm, suatu saat kalian semua akan menjadi ibu, ibu dari anak-anak kalian, istri dari suami kalian, jika hari ini kalian tidak bisa bertanggung jawab atas property masing-masing, maka bagaimana nanti bisa disiplin”. Pak Doel menggeser duduknya, dan melanjutkan ‘petuahnya’, “ingin belajar disiplin, di sini tempatnya, selama masih dalam proses belajar, menjadi ibu itu bukan perkara kecil, tapi perkara besar, bahkan sangat besar … sampai-sampai Nabi SAW sendiri bersabda kalau sorga itu di bawah telapak kaki ibu, memangnya ibu seperti apa yang bisa jadi penentu sorga kita, pasti ibu yang sangat luar biasa … bukan hanya sekedar melahirkan anak lalu sudah, tetapi ibu yang memiliki peran yang luar biasa …, tapi yang jelas, mulai sekarang cobalah untuk bertanggung jawab atas semua barang pribadi milik kalian sendiri, jangan sampai lalai dengan urusan pribadi, bagaimana mau urusin anak kalau diri sendiri saja gak keurus”.

Dalam diary digital-nya, Pak Doel menulis dan bercerita tentang begitu hiruk pikuknya kehidupan di padang mahsyar, lalu dia menuliskan sederet do’a untuk mama, “ya Rabb, benarkah di padang mahsyar nanti semua manusia menjadi egois? semua memikirkan dirinya sendiri-sendiri, nafsi-nafsi !! Jika demikian, jangan biarkan hal itu terjadi padaku, Ya Rabb aku memohon dengan sangat hanya padaMu, dan bilamana mama menghampiriku kemudian meminta sedikit ganjaran amalanku maka sungguh akan aku serahkan semua untuk mama, apalah diri ini … kalaupun aku yang pendosa ini ingin menebus kebaikan mama walaupun untuk seteguk air susu yang telah dia berikan kepadaku dengan penuh kasih, maka tak akan mampu aku menebusnya, bahkan jika tubuhku dicincang hingga lumat, dihidupkan kembali, dihancurkan lagi, dihidupkan kembali, berulang-ulang hingga 70 kali maka kebaikan mama sungguh tak berbalas, karenanya Ya Rabb, selamatkan kami di hari itu, hari yang pasti akan datang menghapiri kami … ya Rabb kabulkan do’aku”

'Nyawaku' disita Pak Nuruddin

“... Kamu kan tau, peraturan di pondok kita ini, semua santri di larang bawa handphone … kamu ini bandel yah, kenapa masih bawa handphone segala …”, Pak Nuruddin sedang marah-marah di ruang kantor setelah memergoki Rara menyimpan handphone. Rara selaku tertuduh hanya bisa tertunduk dengan sembari sesegukan karena menangis. Pak Nuruddin melanjutkan marahnya, “ayo, nangis yang kenceng, nanti saya beri tahu orang tuamu kalau kamu bawa HP …”, Rara yang sedari tadi menangis langsung tersentak, “jangan Pak, jangan dibilangin ke abi, bisa malu saya … jangan ya Pak, iya deh nggak apa-apa handpone saya disita, janji bulan depan nggak saya bawa lagi”. Ternyata Pak Nuruddin benar-benar marah, “siapa bilang handpone ini disita sampai akhir bulan? Akan saya sita sampai kamu lulus dari madrasah ini …”. Bagai disambar petir, jgeeer … Rara semakin menangis kencang dengan skenario yang ditetapkan oleh Pak Nuruddin atas handphonenya.

21.00, 5 hari sebelum Interogasi
“Pak, lagi ngapain neh ... Pak, TP aku dong, mau telpon abi, aku bosen di pondok, bolak-balik dimarahin sama ustadz-ustadz, aku mau sekolah di surabaya aja, pliiis ya Pak”, begitu sms Rara untuk ‘pajakin’ Pak Doel, sebenernya kebiasaan buruk, tetapi selalu dibiarkan oleh Pak Doel, dan selalu dikirimin pulsa dengan menggunakan layanan operator ‘setengah’ nasional (karena sebagian sahamnya adalah milik asing, tapi gak usah disebut ya nama negaranya, karena bikin sakit hati, luas negaranya lebih kurang hanya sebesar kota Surabaya, tapi bisa kuasai telekomunikasi nasional ...), kebetulan operator ini yang dipakai oleh sebagian besar anak pondok kami karena memiliki layanan untuk kirimin pulsa yaitu TP (transfer pulsa), walau terkadang disindir juga dengan bahasa kiasan, tapi ternyata ... belum sadar-sadar juga, biarin deh.

Yang sedih seperti Rara sebenarnya bukan satu atau dua orang santri, mungkin juga karena takut untuk laporan pada orang tua mereka, kondisi pondok yang minim fasilitas, makan dengan menu di bawah standar 4 sehat 5 sempurna, dan banyak lagi masalah. Tapi mau bagaimana lagi, SPP sengaja di-setting murah, tujuannya agar sekolah internasional yang dibuat oleh Pak Kyai benar-benar bisa dijangkau oleh masyarakat luas, hak untuk berkelas internasional bukan hanya untuk orang kaya dan berkantong tebal, tapi mereka yang memiliki isi kantong terbatas juga banyak yang cerdas dan harus segera di-create untuk go internasional, tapi kondisi minimalis pasti akan ditemui.

Kalau sedeng kampanye sih janji mereka adalah pendidikan murah, pendidikan gratis, jaminan kesehatan, obat murah, harga barang pokok terjangkau dan sebagainya, tapi mana nyatanya, mana buktinya? Setelah jadi orang yang di atas, kami dilupakan, sedih deh. Tapi, kami juga tidak bisa berharap terlalu banyak, uang memang selalu menggoda, manis banget rasanya, semoga kami bisa bertahan dengan hidup bersahaja (sah-sah saja), hidup dengan kesederhanaan, dan secukupnya.

Kesusahan Rara menjadi alasan paling mendasar sehingga dia ‘terpaksa’ membawa handphone ke pondok pesantren, tentu tujuannya adalah untuk memudahkan komunikasi, the other side, kadang juga dimanfaatkan untuk keperluan yang nggak penting seperti, kirimin sms iseng ke Pak Doel, ngaku-ngaku pengen kenalan, apalah macem-macem, tapi Pak Doel sih punya handphone yang full teknologi jadi tau banget kalo sumber sms berasal dari puncak gunung.
“pinjem HP-mu dong, aku mau telpon ke rumah, lagi BT pengen ngobrol dengen orang rumah ...”, kalimat seperti ini juga sering terdengar, karena rerata mereka hanya pegang simcard-nya doang, sedangkan HP-nya sedang disita, akhirnya berbagi HP juga merupakan budaya di pondok, khususnya di asrama putri. Padahal Pak Cecep sudah warning, “siapa yang tidak mengikuti aturan pondok, maka tidak ada keberkahan ilmu yang dia dapatkan di sini”, tapi alasan anak-anak pondok ada saja, “ini kasusnya darurat, kita gak bisa komunikasi, kalau ada yang pegang HP di asrama, maka akan menjadi perkara yang sangat penting khususnya bagi kelangsungan hidup kita”.

Terkadang HP juga dimanfaatkan untuk say hello pada pujaan hati, “apa kabar, lagi ngapain ...”, he ... he ... sms standar untuk memulai percakapan lebih panjang. Semoga ALLAH selalu menjaga kita semua dan senantiasa dalam ketaatan yang sempurna padaNya.

05.00, 4 hari sebelum Interogasi
Hari itu, dada Rara sakit sekali (penyakit bengeknya kumat), rasanya susah sekali menarik nafas, kalau sudah begini, pasti jadi kangen rumah, kangen abi, kangen umi, pokoknya semua yang ada di rumah jadi bikin kangen. Ditambah lagi kalau sedang sakit begini, lalu dibilang tidak sakit oleh para penanggung jawab pesantren, dibilang pura-pura, dibilang mengada-ada, rasanya mau nangis aja, tapi pasti kalau nangis sekalipun dianggap pura-pura ... haruskah nyawaku hilang dulu, baru mereka percaya kalau aku benar-benar sakit?

“Pak, mereka nggak percaya kalau aku sakit, aku pengen nangis aja”, begitu Rara saat bicara sambil sesegukan di telpon, tapi ditanggaapi dengan sekenanya oleh Pak Doel, “Rara sih bandel, jadinya begini ... Rara ngomong apa aja, sulit dipercaya, keseringan bandel sih”, di seberang sana, Rara semakin keras tangisnya, “koq ikut-ikutan nggak percaya sih kalo aku sakit, semua jahat”, ”Rara, dengerin ... untuk sementara coba sabar, jangan emosi dong, saya percaya banget kalo Rara sedeng sakit, kalau bisa semua itu dibicarakan biar semua temen-temenmu juga tau, tapi maksudnya bukan untuk cari pendukung, tapi supaya semua merasa lega, gak ada yang punya prasangka macem-macem, sabar ya cantik ...”.

Hari itu juga Rara izin gak masuk sekolah, dia hanya mengurung diri di dalam kamar asrama, tiduran, gak ngapa-ngapain, hanya istirahat saja (lagi bengek sih). Dalam susah hatinya, Rois telah datang untuk memberikan perhatian lebih, “Nya, Rara katanya sakit, sakit apaan?”, Rois tanyain keadaan Rara, lalu dijawab santai oleh Anya, “Iya, lagi sakit, trus mau apa, gitu doang, beliin apa, makanan, atau apa lah?”, Anya koq sempet-sempetnya mengambil peluang, lalu Rois membuatkan satu poci teh hangat untuk Rara, “Nya, kasih teh ini ke Rara, trus bilangin cepet sembuh Rara, bilangin dari aku ya ...”.

Anya bergegas menuju kamar sambil membawa satu poci teh hangat untuk Rara (pasti sudah diambil satu gelas), “Rara, ini teh anget dari Rois, salamnya cepet sembuh”, Rara sumringah, tapi mengingati wajah Rois, dada rasanya lebih sesak lagi, jadi pengen nagis aja. Tapi kali ini rasanya beda ... beda banget, ada rasa rindu yang beda, rindu yang lebih hangat, lebih mententramkan ... inikah rasa itu?

... sampai akhirnya, hari yang telah diatur olehNya terjadi juga, skenario untuk menata dan mempertegas aturan di pondok pesantren, khususnya tentang peraturan dilarang membawa handphone di pondok pesantren.

06.20, 3 hari sebelum Interogasi
Pak Nuruddin sedang sweeping, mendatangi kamar asrama satu per satu, persiapan upacara pagi. Saat itu kamar Rara lagi apes, pintu kamar sedang terbuka lebar, handphone teronggok di atas kasur ... tak bertuan. Pandangan Pak Nuruddin tertuju pada handphone tersebut, milik siapakah? Begitu yang terlintas di dalam benaknya, “dasar anak-anak bandel, dibilangin jangan bawa handphone eh masih ada juga yang umpetin handphone”. Kemudian Pak Nuruddin mengambil handphone tersebut dan menyimpannya dalam brankas penyimpanan barang sitaan.

Selesai upacara, Rara kebingungan ... “lho, handphoneku ke mana, tadi diletakkan di mana, koq ilang, handphoneku koq gak ada”, jungkir balik Rara nyariin handphone yang raib entah ke mana, kemudian Pak Nuruddin datang sambil berkata, “kamu cariin handphonemu, bener?”, Rara kebingungan, “em, anu Pak, eeemmm”, “Apaaa, bener itu handphonemu, sudah tau kan dilarang bawa handphone di pesantren kita, karena kamu bandel jadi sekarang handphonemu saya sita ...”, Rara kebingungan, “tapi Pak, maafin saya Pak, ...”, Pak Nuruddin mengabaikan semua kalimat yang meluncur dari mulut Rara dan nyelonong pergi menjauhi TKP penemuan ‘barang’ terlarang.

Kejadian pagi itu sungguh menyusahkan Rara, terbayang hari-hari sepi tanpa sms darinya, tanpa sms iseng ke Pak Basong, tanpa ‘bujuk rayu’ minta TP, dan oh ... koq bisa seceroboh ini ya ...

Hari itu Rara mbolos sekolah, Rara sedang ingin menangis di kamar, dadanya kembali sesak, mau telpon sudah gak bisa lagi, tangis Rara begitu menyesakkan, lama sekali dia mengurung diri di dalam kamarnya.

14.45, 2 hari sebelum Interogasi
Sabtu itu jadwal pulang kampung, saat pulang dan telah di dalam bison, Rara melihat Rois nggak ikut pulang ke Surabaya, kesedihan Rara bertambah, tumpuk-tumpuk seperti sandwich, big burger, atau apalah ... Merry coba tenangkan, “sudah jangan sedih masih banyak Rois lain di luar sana”, canda Merry membuat Rara bertambah kencang tangisnya, “duh, becanda aja lho ... sudah ah, jangan nangis lagi yah, cup ... cup ... cup, ajinomoto”. Rara masih sesegukan dalam dekapan manja Merry hingga bison injakkan ‘kakinya’ ke Surabaya

Malamnya, Rara telpon ke Pak Basong, “Pak, handphoneku disita, tadi ketahuan sama Pak Nuruddin”, sudah bisa ditebak apa jawaban dari Pak Doel, “sukurin, rasain ... bandel sih”, “trus Pak, Rois nggak pulang ke Surabaya, aku jadi sedih”, Pak Doel sedang merangkai kata yang paling sempurna untuk ngerjain murid badungnya yang satu ini, “Rara, kamu jangan ke-GR-an, memangnya Rois itu suka sama kamu, cewek cakep itu banyak, ngapain juga dia suka sama kamu”, sudah terbayang wajah sedih Rara yang sedang dikerjain Pak Basong, “Pak, koq jahat sih, aku kan lagi sedih, koq dikerjain bolak balik”, he ... he ... Rara sewot, memang itu tujuannya. “Pak, koq nggak mampir ke Pondok sih, lupa yah sama murid-muridnya”, Pak Doel ingin sekali mengubur semua kenangan jadi Pak guru, tapi harus mulai dari mana, “Rara, saya sibuk banget, gak ada waktu, lagian guru pengganti kalian kan sudah ada, jadi ngapain juga pake mampir ke Pondok segala, kalau urusan rancana gambar buat pondok, saya nyetornya ke rumah Pak Kyai aja ...jadi nggak perlu ke puncak gunung segala”. Rara langsung menutup telponnya, mungkin kecewa dengan jawaban yang alakadarnya dari Pak Doel.


09.15, 1 hari sebelum Interogasi
Rasanya cepat sekali liburan, beberapa jam lagi sudah harus balik lagi ke Pacet. Rara masih memendam rasa sedih di dalam dadanya, ingin rasanya nggak balik lagi ke madrasah, berbagai argumentasi dilontarkan kepada kedua orang tuanya, tapi jawabannya tetap tidak.

Sudah dicuekin masih aja ngotot telpon Pak Basong, “Pak, aku sudah nggak pengen lagi sekolah, paling juga dimarah-marahin sama ustadz-ustadz di sana”, Pak Doel jadi ikutan sebel, “Rara, kalo kamu nggak sekolah, kamu lebih mengecewakan lagi, sudah punya wajah standar, bodoh pula karena gak mau sekolah, siapa yang suka”, Rara hanya terdiam, lalu Pak Doel melanjutkan ceritanya, “trus kalo kamu nggak sekolah di pondok, emangnya abimu setuju kamu pindah sekolah, pasti nggak setuju ... Rara, saya ingetin yah, di sekolah lain kamu nggak bisa nemuin cowok guoblok seperti Rois yang nekat suka sama kamu, di luar sana siapa juga mau sama cewek standar seperti kamu”, Rara mulai terbakar emosinya, “enak aja bilangin aku standar, aku kan di bawah standar”, ha... ha... merekapun tertawa bersama, mantan guru dan mantan muridnya.

14.50, hari Interogasi
Pak Nuruddin memanggil Rara, Rara langsung dag dig dug, di dalam ruang kantor, Rara hanya bisa tertunduk, terbayang sudah amuk amarah Pak Nur padanya karena kepergo bawa benda terlarang.

Setelah interogasi selesai, tiada henti-hentinya Rara menangis, menangis dan menangis ... uggh, kenapa kemaren bisa ceroboh begitu, sekarang mau bagaimana lagi, handphone jelekku ... bye bye, selamat ketemu lagi saat kelulusanku, semoga saat itu kamu masih sehat wal afiat, dan basi bisa fungsi seperti sekarang.

Pak Doel bercerita tentang percakapan Rasulullah SAW dan para sahabat tentang perumpamaan mangkuk yang cantik, cerita ini begitu menggugah, menyentuh hati dan hanya sedikit dari ummat ini yang peduli dengan perkara yang akan diceritakan dalam kisah ini, bahkan anak jebolan pesantren sekalipun mungkin juga tidak peduli, berikut kisahnya ...

Rasulullah SAW, dengan sahabat-sahabatnya Abakar r.a., Umar r.a., Utsman r.a., dan 'Ali r.a., bertamu ke rumah Ali r.a. Di rumah Ali r.a. istrinya Sayidatina Fathimah r.ha. putri Rasulullah SAW menghidangkan untuk mereka madu yang diletakkan di dalam sebuah mangkuk yang cantik, dan ketika semangkuk madu itu dihidangkan sehelai rambut terikut di dalam mangkuk itu. Baginda Rasulullah SAW kemudian meminta kesemua sahabatnya untuk membuat suatu perbandingan terhadap ketiga benda tersebut (Mangkuk yang cantik, madu, dan sehelai rambut).

Abubakar r.a. berkata, "iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambut".

Umar r.a. berkata, "kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, seorang raja itu lebih manis dari madu, dan memerintah dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Utsman r.a. berkata, "ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan ber'amal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

'Ali r.a. berkata, "tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang sampai kembali pulang ke rumanya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Fatimah r.ha.berkata, "seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, wanita yang ber-purdah itu lebih manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yang tak pernah dilihat orang lain kecuali muhrimnya lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Rasulullah SAW berkata, "seorang yang mendapat taufiq untuk ber'amal adalah lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, ber'amal dengan 'amal yang baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat 'amal dengan ikhlas adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Malaikat Jibril AS berkata, "menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, menyerahkan diri; harta; dan waktu untuk usaha agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan usaha agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Allah SWT berfirman, " Sorga-Ku itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu, nikmat sorga-Ku itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju sorga-Ku adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Hidup mulia di dunia ini memang sulit, karena standar kita biasanya adalah harta benda dan kekayaan, bahkan orang Islam sekalipun. Kalau kita lihat ada seseorang yang masih muda, punya rumah, kendaraan mewah, dan kemewahan lainnya telah dimiliki, maka mereka para orang tua bersepakat bahwa anaknya telah sukses, dan hal tersebut juga disepakati oleh para tetangga mereka. Tapi jika anak mereka tinggalkan sholat 5 waktu, lupa tunaikan zakat, lalai dalam dzikir, maka mereka tidak pernah peduli, karena itulah iman, yakin dengan yang ghoib, sedangkan semua perkara dzohir selalu menipu.

Jika memang harta benda ini meninggikan derajat, dan menambah kemuliaan, maka seharusnya seluruh para Nabi merupakan orang-orang kaya, tetapi yang kita temui, hampir seluruh Nabi hidup dengan sederhana dan bersahaja, tidak dalam tumpukan harta benda. Harta boleh saja ada di dalam genggaman tapi tidak di dalam hati.