Thursday, December 31, 2009

URL Beasiswa DIKTI

Alamat URL dan semua yang terkait dengan DIKTI dan Beasiswa Ditjen DIKTI, alamatnya pindah ke URL berikut http://ditnaga.dikti.go.id/ditnaga/index.php jangan sampai ketinggalan teman...

Ada beasiswa dari Jerman, India, Belanda dan tentu saja beasiswa untuk staf pengajar di Indonesia raya melalui Dirjen Pendidikan Tinggi...

Wednesday, December 30, 2009

Sebaran penonton blog 2

Arsitekbersastra visitors, current country totals from 10 Jul 2009 to 26 Dec 2009: 1,238 visits shown above
Indonesia (ID) 931, United States (US) 232, Malaysia (MY) 33, Norway (NO) 9, Europe (EU) 5, Singapore (SG) 4, Australia (AU) 2, Germany (DE) 2, Asia/Pacific Region (AP) 2, Qatar (QA) 2, Russian Federation (RU) 2, Brunei Darussalam (BN) 2, Egypt (EG) 2, Austria (AT) 1, France (FR) 1, Netherlands (NL) 1, Morocco (MA) 1, Taiwan (TW) 1, Angola (AO) 1, Japan (JP) 1, Turkey (TR) 1, Italy (IT) 1, dan Bulgaria (BG) 1

Tuesday, December 29, 2009

Indonesia telah bubar!!!

Wahhh, pelecehan... siapa sih yang buat peta begini? Saya tersinggung berat, Aceh, sebagian Sumatra Utara, dan Sumatra Barat jadi negara orang lain, Kalimantan Selatan dan sekitarnya juga menggantikan Papua Timur. Yang paling menyebalkan adalah... Emmmm, Bali di mana sih? Yang bikin peta harus tanggung jawab nih, untung orientasiku tidak hanya darat, lautnya salah semua tuh... nggak ikutin daratan

Sakitnya teramat sakit

Aku sedang berpikir keras
Tentang kalimat yang tepat
Kalimat yang sesuai untuk hatiku
Hatiku yang sedang lara

Apakah bisa disembukan?
Aku tidak tahu
Apakah bisa pulih kembali?
Aku juga tidak tahu

Aku terbiasa sakit seperti ini
Tapi kali ini...
Sakitnya teramat sakit
Luka perih mendalam

Aku sudah bersiap untuk kata TIDAK
Tapi sungguh tidak menyangka
Ternyata dia memutar balik lidahnya
Sehingga dia juga berkata TIDAK

Kalau memang TIDAK
Coba katakan sejak dulu
Jangan pernah bilang bersedia
Sekali-kali jangan pernah bilang bersedia

Mau ditaruh di mana wajah ini
Setelah berhadap-hadapan
Ternyata begitu mudah kau menafikkannya
Yang dengannya ragaku berasa tak bertulang

Seringan itukah lidahmu membalik kata
Semudah itukah kalammu bisa berkhianat
Jika kata tidak bisa lagi dipegang
Maka manusia tak ada harga

Segeralah bertobat
Atas semua tingkah di dunia
Bertobat pada sang pencipta
Juga maaf pada pemilik hati yang terluka

Note: aku belum mendapat kata apapun darinya

Bila bumi diguncangkan

Bila bumi diguncangkan, seluruh isinya dimuntahkan. Pekik tangis manusia, gerangan apa yang terjadi. Seluruh manusia bagaikan, kupu-kupu berterbangan... Akan tiba hari dimana diri tidak pantas lagi untuk sombong, apa yang akan kau bawa teman???

Bumi saat malam 2

Saat semua manusia terlelap, ALLAH masih pilih kelompok yang lainnya untuk berdiri, duduk, sujud sambil mengagungkan namaNya karena takut akan hari dimana semua orang tidak bisa sombong dan angkuh, karena hanya ALLAH saja yang berhak untuk sombong

Monday, December 28, 2009

Al-Anfal 25-29

25. dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya.
26. dan ingatlah (hai Para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, Maka Allah memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur.
27. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.
28. dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.
29. Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. dan Kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa) mu. dan Allah mempunyai karunia yang besar.

Bumi saat malam

Bumi saat malam hari, kamu sedang apa?

Sunday, December 27, 2009

Cover sering menipu, hati-hati teman

Kadang, cover memang menipu... tapi emphasis (penekanan) memang selalu pada tampang depan, pada cover. Kalau mau beli buku, yang dilihat pasti cover-nya duluan, lalu lembar belakang, baru buka-buka isinya dari daftar isi sampai baca sebagian buku yang dibuka acak.

Tampilan cover memang selalu menipu... "huffff, untung nggak sempat beli", bagi yang kecewa ternyata isi buku tidak sesuai harapan, atau "aduuuhh, koq gini doang sih", bagi yang terperosok membeli buka karena tertipu cover.

Baik luar dan juga dalam, cobalah untuk selalu mempesona. Pesona diri hanya untuk senangkan ALLAH, dan jangan pernah berkhianat pada ALLAH dan rasulNya. Tapi bila hati telah terhijab dengan dunia, seorang murid dari Nabi Isa as sekalipun berkhianat pada gurunya.

Jika memilih istri, jangan lupa istikhara... karena hanya ALLAH yang tahu luar dan dalam seorang wanita, tampang bisa saja terlihat alim, tapi isi... siapa yang bisa menduga, ALLAH saja Dzat yang Maha Tahu. Huffff, 'untung nggak jadi beli'... ahak, paragraf terakhir sudah pernah rilis di NC jilid 1, mungkin ada yang masih inget.. byuuhhh, sudah 3 tahun lalu aku melihatnya tapi sungguh takdir tidak bisa diubah kecuali dengan keidzinanNya. Allahu Akbar...

Salam dari bintang yang selalu tersenyum

Saturday, December 26, 2009

Aib...

Sore hari menjelang maghrib, kami sedang berkumpul di masjid sambil bercengkrama. Seorang diantara kami bercerita tentang tema menutup aib...

"Eh, you know nggak... hari gini, banyak sekali orang suka membuka aib?" ujarnya membuka diskusi

"iya, dan sepertinya sudah biasa banget!" sahutku

Kemudian, Jack nimbrung... secara Jack anak jebolan pondok yang penuh dalil dalam bercakap, Jack bercerita lebih rinci, "tahukah kamu, sesiapa saja membuka aib saudara muslim maka akan dibuka aibnya di dunia sampai akherat, dan sesiapa saja yang menutupi aib saudara muslim maka akan ditutupi aibnya di dunia sampai akherat selama-lamanya".

Kamipun terlihat mantuk-mantuk.. ahak, sebenernya omongannya selalu mbosenin sih, nih mantuk-mantuk bukan pertanda mengerti tapi karena ngantuk saja.

Lalu aku mengeluarkan kalimat yang membuat mereka semua berpikir tentang inti kalimat dan juga... what's wrong brother? mereka seakan bertanya, 'kamu ada masalah apa teman?'

"emmm, jika mempermalukan seorang iman, apa yang akan ALLAH timpakan pada orang tersebut?" tanyaku lugu

Samsul mengeluarkan sumpah serapahnya, "celakalah dia, laknatullah alaih... laknat ALLAH atas orang itu, karena ALLAH akan mempermalukannya sebelum dia mati". Woooow, serem banget kalimatnya

Jack coba berkata bijak, "iman... karenanya para rasul di turunkan, karena perkara iman. Ka'bah ditinggikan oleh tangan seorang Nabi Ibrahim as, tetapi bila ada yang hendak menghancurkan ka'bah maka cukup ALLAH hantar burung ababil dengan sebutir kerikil dari neraka untuk menghancurkan seluruh pasukan gajah. Sedangkan hati, ALLAH menciptanya dengan tanganNya sendiri. Maka kecelakaan apa yang akan ditimpakan pada orang yang mempermalukan orang iman? sungguh kesusahan, kesengsaraan, malapetaka yang tidak bisa dipikirkan oleh akal manusia, tidak pernah terlintas dalam benak manusia, karena sejak saat itu... cukup ALLAH yang akan putuskan apa saja yang akan ditimpakan pada orang tersebut karena memperlakukan orang iman".

Samsul bingung, Agus apalagi, sedangkan aku hanya bisa diam dengan dada bergemuruh. Samsul melirikku, "hey pren, lu ada masalah ya? Tahukah kamu, bila dua orang iman berdo'a, salah satu mengucapkan do'a dan seorang yang lain berkata 'amin' maka sungguh do'anya tidak akan ditolak, bila ada yang melukaimu, ada yang menyakitimu, kami semua akan ucapkan 'amin' untuk do'amu".

Aku hanya tersenyum dengan tawarannya, lalu aku mulai mengangkat tangan dan saudara-saudaraku yang lain duduk merapat hendak mengaminkan do'aku, "Ya Rabb, aku punya hati yang sedang terluka, wajahku telah dipermalukan, dan jasadku serasa tak bertulang... saat mereka mempermalukan aku, maka cukup Engkau saja yang memutuskan apa saja caraMu untuk membalasnya, Ya Rabb... dengan kesusahan hatiku ini, aku ingin do'aku Kau terima tanpa hisab, tanpa perhitungan... Ya Rabb, hapus semua siksa kubur, hapus semua siksa neraka, hapus neraka dari sederet makhluk-makhluk yang pernah Engkau ciptakan... Ya Rabb, sungguh aku takut salah berucap do'a... aku hanya menginginkan kebaikan atas seluruh manusia, aku hanya menginginkan agar semua manusia berkumpul bersama rasulullah saw dalam naungan yang sama, nanti di dalam surgaMu".

Semua teman hanya berkata amin dengan lirih, seseorang diantara mereka memegang pundakku, sepertinya hendak membaca hatiku, sepertinya dia ingin ikut terlibat dengan mengetahui masalahku saat ini. Tapi pegangan tangannya aku tepis, ini masalahku sendiri dan hanya antara aku dengan ALLAH, Rabb hatiku...

Cukup ALLAH yang putuskan mau diapakan dia, cukup ALLAH saja, cukup ALLAH

Thursday, December 24, 2009

Kenalan dong!!!

Hari itu lagi nongkrong depan gang, tempat biasa pemuda kampung kongkow. Lagi santai-santai nongkrong lalu turun dari angkot seorang pemuda berwajah tampan dan body macho, keren lah pokoknya. Aku melihatnya sekilat, ternyata dia melihat aku lebih lama.

Dilihat lebih lama seperti itu membuatku panas, "nih orang natangin amat sih" begitu pikirku. Akupun membalas pandangan matanya, kami saling melotot, aku melihat matanya tajam dan dia melihat aku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ughhhhh, minta dihajar nih orang.

Secara postur tubuh, aku memang sedikit berperut (baca: berlemak.. hi3x, asal bukan bergajih saja dah), sedangkan dia... uiihhh, body ateletis, tangan kekar, dada bidang, perut datar, pasti rajin ke Gym nih buat body build.

Karena kesal, akupun menghampirinya... dengan tangan terkepal, jaga-jaga kalau ternyata dia mau pukul aku duluan, lalu setelah berhadapan akupun bertanya padanya, "ada apa ya? apa kamu ada masalah dengan aku?". Dia diam sejenak, lalu mengulurkan tangannya sambil berucap, "kenalan dong, aku Andre.. kamu siapa?". Aku yang tadi marah langsung nggak bisa ngomong... speechless, lhaaaa... ini orang ternyata berhati gadis remaja walau berbadan kekar. Ampun deh, gubraaaaakkkk... kabuuurr ajaaaaa

Thursday, December 17, 2009

Aku tidak begitu

2 hari yang lalu
Kau berujar panjang lebar tentang kondisi kesehatanmu, "Tensiku drop, hanya 80/60 saja. Dokter yang periksa aku sampai bingung dan heran, bagaimana mungkin aku masih kuat berdiri".

Aku hanya bisa menghela nafas dan berkata, "banyakin do'a, semoga selalu dalam perlindungan ALLAH".

1 Bulan yang lalu
Aku susah dengan masalahku saat ini lalu coba melegakan sedikit hatiku dengan bercerita pada ALLAH dan juga padanya...

"aku ada masalah, ayah dari temanku berhutang hingga puluhan juta rupiah dan aku sedang tidak punya cukup uang untuk membayarnya... hmmfff, padahal ayah dari temanku itu datang menemuiku, bukankah hal itu menunjukkan bahwa ALLAH memilih aku untuk menyelesaikan masalahnya".

Lalu dia mengucapkan kalimat yang membuat aku terperangah, "aku bisa membantumu, aku akan melunasi hutang ayah temanmu itu, tetapi dengan satu syarat... nikahi aku, jadikan aku istrimu dan aku akan tunaikan hak dan kewajibanku sebagai istri".

Aku terperanjat, lalu meluncur begitu saja sebaris kalimat balasan untuknya, "aku tidak bisa, aku tidak bisa karena hatiku tidak pernah condong padamu".

1 hari lalu
Aku belum lagi menjawab tawarannya untuk menjadikannya sebagai istriku, aku hanya bisa terenyuh melihat kondisinya yang kian paraha. Di seberang sana, dia kembali bertanya dengan suara lirih...

"Bagaimana, jadilah imam bagi diriku yang lemah ini, walau hanya sekejab".

"maaf, aku tidak bisa" begitu jawabku singkat

Lalu kalimat yang tertahan di dadanya tumpah ruah, walau masih dengan tutur kata halus dan diatur hirarkis, dia mulai berkata-kata, "aku bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan hatimu, kau bahkan tidak perlu menikahiku asalkan kau melupakannya, kau melupakan temanmu yang ingin kau bantu ayahnya".

Aku hanya diam, diam yang lama tanpa menjawabnya...

Hari ini...
Aku masih diam, tidak mampu menjawab tanya darinya. Hanya bisa mengucapkan kalimat yang sama dengan kemarin, "maaf, aku tidak bisa, hatiku tidak bisa dipaksa untuk condong padamu".

Sempat terbersit dalam benakku bagaimana jika Sarahku melihat kondisiku saat ini, ahhh... apakah hanya gadis sekarat saja yang mau mencintaiku apa adanya, bagaimana jika kalimat itu aku lontarkan pada Sarah...

Malamnya
Aku berjumpa dengan Sarahku, lalu dia memelukku dari belakang. Sarah memelukku dengan erat, bahkan sangat erat. Aku merasakan punggunggu hangat, punggungku basah karena air matanya mulai keluar dan dia tumpahkan dipunggungku sembari memelukku erat.

Sarah mulai berkata-kata, "tidak John, aku tidak begitu.. aku mencintaimu sebelum aku berjumpa denganmu, walau aku tidak sekarat, sungguh aku bersumpah.. demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggamanNya, aku akan tetap mencintaimu... karena memang aku sungguh mencintaimu dari dasar hatiku.. tolong jangan pernah kau ragukan aku, jangan pernah pula kau samakan aku dengan mereka, karena aku selalu akan mencintaimu".

Aku ikut menangis dalam mimpiku, "Sarah, maafkan aku... maafkan aku sayang, maafkan aku"...

*Maaf ini untuk Sarah

www.photofunia.com (error rejing)



Thursday, December 10, 2009

Selamat Tinggal Surabaya

Aku masih duduk di ruang tunggu keberangkatan, pandanganku sesekali mengarah pada toko roti yang berada tepat di depan ruang tunggu. Aku jadi teringat saat dimana Dave meminta pada gadis penjaga kasir untuk melakukan scoring pada diriku, ahhhh ... aku hanya bisa tersenyum kecil, padahal aku suka sekali dengan roti itu tapi pagi ini aku enggan untuk singgah dan duduk di dalam toko roti tersebut, aku ingin melupakan semuanya.

Di dalam ruang tunggu, aku menghidupkan laptop Sarah sambil mengakses internet dengan menggunakan wifi. Sesekali aku tersenyum bila aku singgah ke situs dan blog yang menyimpan beberapa kenanganku dengan Sarah. Tanpa aku sadari, seorang Ibu dan anak gadisnya sedang memperhatikan aku, kemudian mataku tertuju pada tas punggung yang di bawa oleh anaknya, tertulis Sarah Amalia ...

Inikah Cinta? Apa saja yang berhubungan dengan yang aku cintai, akan selalu bisa menggetarkan hatiku, walau hanya sebaris nama dari kecintaanku. Tapi membaca baris nama yang tertulis pada tas punggung tersebut bukan membuat aku bahagia, aku jadi teringat Sarahku ... Kemudian mataku bertemu dengan mata gadis itu, manis ... bahkan cantik. Matanya indah sama seperti ibunya, senyumnya renyah, lalu aku coba mengajak mereka berbicara walau hanya sekedar basa-basi ...

"Mau ke Jakarta Bu?" tanyaku

"Eh, iya sebenarnya mau pulang ke Jakarta ... adik sendiri mau ke Jakarta juga?" seraya balik bertanya padaku

"Iya, ada keperluan di Jakarta ... Hanya berdua saja?" tanyaku lagi

"Iya, hanya sama anak saya ini saja. Ke Jakarta pulang kampung atau urusan bisnis?"

"Ada wawancara kerja, jadwalnya nanti sore..." ujarku

"Wah, berani sekali berangkatnya di hari yang sama... maskapai kita kan sering telat dan delay bolak-balik, kenapa tidak berangkat sejak kemarin saja..." anjurnya

"Saya baru tahu panggilan interviewnya tadi pagi, pemberitahuannya via email. Em, anak Ibu sekolah di Surabaya?" tanyaku lagi

"Ah tidak, anak Ibu ke Surabaya untuk berobat..." jelasnya

"Berobat? Memangnya di Jakarta tidak bisa? Di Jakarta kan lebih lengkap peralatan medisnya..."

"Penyakitnya khusus, ini juga rekomendasi dari teman kantor papanya..." jawabnya meluruskan

"Kalau boleh tahu, memangnya sakit apa Bu?" tanyaku penasaran

Ibu tersebut menghentikan obrolannya, memandang anaknya seperti minta persetujuan dari gadis yang duduk manis di sebelahnya tanpa banyak bicara ... kemudian melanjutkan obrolannya ...

"Anak Ibu pecandu obat, dan dia juga depresi ... ah, ini semua salah Ibu karena kurang memberikan kasih sayang padanya. Ibu terlalu sibuk bekerja, padahal anak jauh lebih berharga dari pada uang" jelasnya sambil menghela nafas

"Emmm, nama anak Ibu ... Sarah?" tebakku

"Iya, koq kamu tahu?" jawabnya keheranan

"Saya baca tulisan yang ada di tas punggungnya. Nama itu sama dengan nama istri saya..."

"Oh, adik sudah menikah! Nama istrinya Sarah juga ya... Tapi kalau Sarah lebih akrab dipanggil Amel, nama belakangnya…"

Aku melihat raut wajah gadis tersebut berubah, seperti ingin menampakkan keceriaan walau terpendam. Aku juga sedikit bingung, apa yang kurang dari Ibu ini ... sepertinya baik dan perhatian. Tutur katanya lembut, kenapa bisa anaknya terjerumus hingga menjadi pecandu obat...

John: "Setelah berobat, bagaimana keadaannya Bu"
Ny: "Mudah-mudahan lebih baik, harapan Ibu ... Sarah bisa sembuh"
John: "Mudah-mudahan Bu, kita hanya bisa berusaha dan juga berdo’a, karena kesembuhan hanya milik ALLAH saja ..."

Aku coba memandang Amel dan mencoba untuk berbicara dengannya ... ah, apa yang sedang aku lakukan? Aku hanya ingin melepas rinduku dengan berbincang dengan Sarah Amalia dan bukan Sarah Al-Bisri ...

John: "Saya boleh bicara dengan anak Ibu ...?"
Ny: "Oh boleh sekali, Mel ... itu, ada yang mau ajakin ngobrol..."
John: "Hai, aku John ... Kamu Amel ya..."
Amel: (hanya mengangguk kecil dengan bibir sedikit tersenyum)

John: "Gimana Surabaya, rame ya? Tapi Jakarta lebih rame lagi … Di Surabaya biasa nongkrong di mana saja?"

Mulanya Amel hanya bisa tersenyum saja, karena aku berondong dengan banyak pertanyaan, akhirnya Amel buka mulut juga ...

Amel: "Mmmm, aku suka jalan-jalan ke Tunjungan Plaza ..."
John: "Waw, shoping ya?"
Amel: "Ah, nggak juga ... abisnya Mama sekarang pelit, kartu kreditku diambil, jadinya aku nggak bisa belanja, hanya nonton orang belanja ..."

Ah, aku benar-benar rindu Sarah, aku melihat wajah cemberut Amel seakan aku sedang menganggu Sarah sampe manyun dan siap untuk menangis ...

John: "Emang, sepertinya begitu koq, aku bisa lihat kalau Ibumu itu pelit ... lihat aja badan Ibumu, langsing singset, untuk diri sendiri saja Ibumu males makan ..."
Amel: "Ha... ha... ha... aku sekarang punya sekutu, nggak ada yang berani bilang kalau mamaku itu pelit, kamu orang pertama yang berani bilang ... ha.. ha.. ha.."
Ny: (hanya melotot saja karena kami jadikan bahan gosip)

Tiba-tiba terdengar pengumuman bahwa pesawat kami segera akan berangkat. Aku mengemas barang-barangku dan berpamitan kepada Amel dan Ibunya ...

John: "Sepertinya pesawat kita sudah mau berangkat ... senang mengenal Ibu dan juga Amel ... Amel, kamu cepat sembuh ya..."
Amel: "Hi.. hi.. saya juga senang bisa ketemu kakak, bahagia sekali istrinya kakak karena punya suami yang bisa membuatnya selalu tertawa ... hi.. hi.."
Ny: "Iya, saya juga senang bisa kenal sama adik ... sejak lama Amel tidak pernah seceria ini, eh ... kita belum berkenalan, nama saya Sri Lestari ... , punya kartu nama?"
John: "Hmmm, punya ... kartu nama dari kantor saya yang lama ... tapi nama dan nomer telponnya betul koq ..."
Ny: "Terima kasih, ini kartu nama Ibu ... kalau selama kamu di Jakarta butuh apa-apa, jangan sungkan untuk menghubungi kami ya ..."
John: "Iya Bu, terima kasih tawarannya ..."

Aku membiarkan Amel dan Ibunya berjalan mendahuluiku, karena aku ingin melangkah dengan bersantai sambil membiarkan penumpang lain untuk masuk ke dalam pesawat. Di dalam pesawat, aku sedang sibuk mencari tempat dudukku, 15D ... di tengah dan waw ... aku duduk tepat di seberang Amel dengan nomer seat 15C. Aku hanya bisa tersenyum saat Amel sepertinya begitu girang mengetahui aku duduk di sebelahnya, hanya dipisahkan oleh koridor di dalam pesawat saja ...

John: "Eh, ketemu lagi..."
Amel: "Kakak bohong ya, katanya namanya John ... di kartu nama kok namanya Joko?"
John: "Hi.. hi.. iya, John hanya nama panggilan saja, temen-temen di kantor suka panggil aku John, jadinya kalau kenalan sama orang pasti pake nama John ..."

Amel: "Gak pantes tau, kalau namanya John mestinya orangnya itu keren, macho, cool ... bukan lecek dan kucel seperti kakak …"
John: "Ha.. ha.. kamu bisa aja. Eh, Amel sekolah apa kuliah?"
Amel: "Seharusnya sudah kuliah, tapi Amel harus jalanin terapi obat sudah hampir satu tahun... jadinya gitu deh, sudah lulus SMU tapi belum kuliah"
John: "Oh begitu ya! Kalau kuliah mau masuk jurusan apa?"
Amel: "Amel suka gambar, lukis dan seni ... kalau tidak disain produk, mungkin mau jadi arsitek. Tapi nggak mau seperti mama, mama perancang busana ..."
John: "Kenapa nggak mau seperti mama, kan bisa tajir dan banyak duit?"
Amel: "Ogah ah, ntar anak-anakku terlantar juga seperti aku..."
John: "Eh jangan gitu sama orang tua, ayo minta maaf sama mamamu ..."
Amel: "Enak aja, mama seharusnya yang minta maaf ke aku"

Diluar dugaanku, Ibu Amel memeluk anaknya dan menangis sesegukan. Ups, apa yang sudah aku perbuat? Ahhh, jadi ikut haru deh...

John: "Iya nak, mama minta maaf... maafkan mama ya, mama janji akan selalu ada untuk kamu, tapi kamu cepat sembuh ya..."
Amel: "Iya ma, Amel juga minta maaf... sebenarnya Amel yang bandel"

Aku hanya bisa diam menyaksikan mereka menumpahkan tangisnya. Aku sandarkan punggungku lebih santai di kursi pesawat, aku pejamkan mataku perlahan. Aku sedang menahan tangis yang hampir tumpah di ujung mataku, aku kembali teringat Sarah ... Sarah bila sedang menangis, wajah meweknya bisa membuat aku tersenyum ...

Akhirnya lepas landas juga. Untuk terakhir kali aku memandang Surabaya dari atas, tanpa sadar aku melambaikan tanganku ke arah jendela, tingkahku hanya mengundang tawa Amel dan hal itu juga yang telah sadarkan lambaianku...

Amel: "Hei, ngapain pake dada dada segala?"
John: "Hi.. hi.. gak tau ya, hanya pengen dada doang"
Amel: "Memangnya gak akan balik ke Surabaya lagi?"
John: "Nggak tau juga sih, lihat nanti saja deh..."
Amel: "Memangnya tinggal di mana sih? Istrinya tinggal di mana?"
John: "Asli Jakarta, istri tinggal di Surabaya..."
Amel: "Berarti pasti balik lagi dong ke Surabaya..."
John: "Sebenarnya istri kakak sudah meninggal, dimakamkan di Surabaya ..."

Amel sejenak menghentikan obrolannya, kedua tangannya dipakai untuk menutupi mulutnya, matanya menjadi sedikit terbelalak ...

Amel: "Maaf, saya nggak tahu ... I'm sorry"
John: "Ah, nggak apa ... biasa saja cantik, kakak tidak apa-apa"

Ups, aku menyebut Amel dengan sebutan cantik. Aduh, koq bisa keceplosan begini sih ... aku memandang Amel hanya untuk melihat reaksinya ... Amel hanya diam membisu, aku coba menyapanya ...

John: "Hei, koq bengong sih?"
Amel: "Eh, anu … kaget saja, kamu panggil aku cantik …"
John: "Halah, GR lu … kamu itu cantik kalau semua stok cewek di muka bumi ini habis, baru kamu bisa dipanggil cantik …"
Amel: "Enak aja, aku kan memang cantik beneran … iya kan ma" (sambil meminta dukungan mamanya)
Ny: "Iya cantik, tapi nomer dua … mama nomer satu" (sambil tersenyum dan kerlingkan mata)
Amel: "Hu .. uh, mama koq sekongkol sama Kak John, sebel deh ..."
John: "Iya hanya becanda, iya kamu cantik beneran ... tapi seperti kata mamamu, nomer dua, dua juta sembilan ratus ribu lima belas ... hua ha ha ..."

Obrolan kami sedikit banyak membikin gaduh suasana di dalam pesawat. Sesekali pramugari menghampiri kami dan mengingatkan supaya tidak terlalu ramai kalau berbicara, tapi tetap saja kami ngobrol kesana kemari tidak tentu arah ...

John: "Tuh, diomelin sama pramugarinya ... kalau pramugari tadi cantiknya nomer berapa ya? Nomer tiga deh, tiga ratus lima belas ribu ... lebih tinggi dari rangkingmu"
Amel: "Ugh, awas ya ... ntar aku cubit pipi Kak John"

Di luar dugaanku, Amel berdiri dari tempat duduknya dan menghampiriku lalu benar-benar mencubit pipiku, aduh ... sakit banget

John: "Amel, apa-apaan sih, nggak boleh ... bukan muhrimnya ..."
Amel: "Eh, maaf Kak ... abisnya aku gemes sama kakak..."
John: "Ya sudah, tuh lihat ... pramugarinya melotot ke kita, ntar kamu turun rangking lagi baru tahu rasa ..."
Amel: "Hi.. hi.." (tersenyum lebar, karena dipelototin pramugari dengan rangking tiga ratus lima belas ribu ...)

Akhirnya pesawat kami mendarat di bandara Soekarno Hatta, aku mulai berkemas dan berjalan menuju pintu keluar. Aku berpisah dengan Amel, sepertinya Amel enggan berpisah dariku ...

John: "Amel, kita berpisah di sini ya ..."
Amel: "Kak, kalau ada waktu mampir ke rumah ya..."
Ny: "Iya lho nak John, jangan sungkan ..."
John: "Iya bu, nanti kalau urusan di Jakarta sudah selesai, insya ALLAH saya mampir ke rumah Ibu. Amel, kalau aku datang, siapin makanan yang enak yah ..."
Amel: "Hi.. hi.. tenang saja Kak John, pokoknya beres ..."

Kamipun berpisah, dan sebelum benar-benar berpisah, Amel menubrukku dan memelukku. Aku sungguh kaget dibuatnya, tapi aku harus bagaimana?

John: "Amel, sudah ya ... malu dilihat orang-orang"
Amel: "Kak John, aku baru kenal Kakak, tapi aku baru kali ini kenal orang yang tulus, nggak seperti temen-temen Amel yang lain, berteman karena ingin uangnya Amel, bahkan tubuhnya Amel ..."
John: "ya sudah, lain kali hati-hati cari teman ya ... sudah yah, ditungguin mamamu tuh"

Amel hanya bisa tersenyum renyah dan mengangguk sungguh-sungguh, akupun membalas senyumnya dan kami berpisah di depan area parkiran. Aku hanya bisa melambaikan tangan saat mobil jemputan mereka menjemput, sedang aku bergegas menuju stop area bus damri.

Wednesday, December 9, 2009

Mengenang Senyummu

Akhirnya aku tiba di rumahku di bilangan Tebet, hmmm … seperti biasa, rumah selalu sepi karena penghuninya sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing, hanya Mbok Sum yang menyambut kedatanganku, dan setelah berbasa-basi aku segera menuju ke kamarku.

Merebahkan punggungku di kasur berpegas, memandangi langit-langit kamar dan sekali lagi senyum manis Sarah terlintas di benakku. Dengan imajinasiku, ku lukis wajahnya di langit-langit kamarku, membelai rambutnya yang indah, meraba pipinya yang merah merona, memandangi wajahnya yang selalu menyejukkan pandanganku. Sarah, aku begitu merindukanmu.

Di rumah ini lah masa kecilku dibangun, dibangun dengan penuh kasih belaian ibu, dengan jadwal padat ala militer dari bapak, dengan pola bandel bentukan aku dan adik-adikku yang terkadang jenuh dengan cara ayah membentuk kami, hi ... hi ... hi ... Bapakku kalau sudah marah, melihat diamnya saja kami semua langsung ketakutan, apalagi kalau sampai keluar sabuknya untuk menakut-nakuti kami yang telat pergi ke masjid setelah adzan subuh ...

Jadi teringat saat Sarah bercerita tentang masa kecilnya, kehidupan yang ceria tanpa pernah tahu bahwa dirinya mengidap penyakit kanker darah.

... ... ... ... ...

Sarah: "waktu kecil, aku suka sekali kalau diajak papa pergi ke taman kota, main kejar-kejaran, main ayunan, beli permen lolipop, seneng banget rasanya ..”
John: "Dave nggak ikutan...?"
Sarah: "kadang-kadang ikut, Dave nggak begitu suka jalan-jalan, sukanya sibuk sendiri di rumah, main musik bareng gank punk nya, brantakin seisi rumah”
John: "Ha.. ha.. ha.. keren dong, nanti kalau kita punya anak lelaki, kira-kira bandel seperti Dave nggak yah"
Sarah: "Aduuuhhhh, amit-amit ... Dave kecil badelnya nggak ketulungan, pernah suatu hari aku pulang belanja sama Ibu bawa kura-kura kecil, lalu aku masukin ke aquarium. Besok paginya aku hanya bisa menangis sedih karena kura-kuraku sudah mati dengan keadaan tubuhnya keluar dari cangkangnya”
John: "Koq bisa begitu?"
Sarah: "Dave bereksperimen dengan kura-kuraku, tubuh kura-kura kecilku dikeluarkan dari cangkangnya pakai obeng, lalu disiram air dingin, katanya Dave biar seger sebab kasihan lihat kura-kuranya dalam jaket batu, sepertinya kepanasan”
John: "Ha.. ha.. ha.. Dave, ada-ada saja, bandel koq sejak lahir ... sampai sekarang Dave kan masih bandel juga"

Sarah memandangku, sepertinya ingin bertanya tentang jenis kenakalan seperti apa yang dilakukan Dave sekarang ...
Sarah: "Dave nakal? Memangnya nakalnya seperti apa? Paling juga usilin kamu doang”
John: "Iya, kalau usilin aku itu sudah menu wajib, tapi kadang pak Robert diusilin juga, misalnya lagi presentasi ada lembaran slide yang menyisipkan gambar Pak Robert bertelanjang dada sedang diapit oleh Luna Maya dan Julie Estle, pokoknya usil yang bikin orang lain ketawa terpingkal-pingkal deh ..."
Sarah: "Memangnya bisa foto Pak Robert diapit oleh artis-artis gitu”
John: "Bisa banget, hari gini ada PhotoShop gitu lho ... aku juga bisa buat foto kita berdua jadi berlima, aku di tengah lalu kamu ada di samping kiri, kanan, dan depan jejer dua, jadi seperti raja minyak yang diapit oleh istri-istrinya"
Sarah: "Oh, gitu yah ... keren dong”
John: "atau begini, dalam frame ada kita berdua, lalu Lindsay Louhan, Jessica Alba, Putri Patricia, Rianti Catwright, dan Carissa Putri, semua dalam satu frame, gimana ... keren abiiiis kan"

Sarah melotot, sepertinya tidak terima kalau dirinya harus dijejer dengan gadis-gadis cantik lainnya, walau hanya dalam bingkai foto ...

Sarah: "John, kamu nggak boleh melakukannya, walau hanya foto, aku pasti akan cemburu jika kamu melakukannya”
John: "Aduh, istrinya Batman belum apa-apa sudah cemburu ... sini, aku kasih peluk ala raja minyak aja deh"

Sarahpun tersenyum dan menyandarkan kepalanya di dadaku, lalu melanjutkan cerita tentang masa kecilnya bersama keluarga di Jerman

Sarah: "Saat aku kecil, cita-citaku ingin menjadi guru”
John: "hi.. hi.. cita-cita yang mulia, koq bisa kepikiran jadi guru"
Sarah: "Abisnya sebel liat Dave, sekolah dasar kelas 4 masih juga belum lancar membaca, dan parahnya lagi kalau untuk urusan hitung menghitung selalu nggak mau kerjain PR, dibantuin terus sama Ibu, dan kadang tanya ke kakak perempuanku ... parah kan”
John: "Dave dulu lelet bin dudul gitu ya ..."
Sarah: "Hmmm, banget deh pokoknya”
John: "Hi... hi... hi..."
Sarah: "Sebenarnya bukan hanya itu, suatu hari aku pulang membawa buku tugas sekolah dengan nilai matematika hanya 20 saja, aduh ... Papa marah banget, tapi setelah diperiksa Papa ternyata yang salah bukan aku tapi Bu Guru di sekolah salah menilai, hanya karena beda cara mengerjakan lalu disalahkan semua”
John: "Nggak komplain ke Bu Guru mu?"
Sarah: "Sudah, Ibu yang menanyakan prihal nilaiku pada Ibu Kepala Sekolah dan jawabnya sungguh bikin aku sebal, kepala sekolahnya bilang, ‘maklumlah Bu, guru-guru kita yang sudah usia lanjut sulit mengerti dengan cara berfikir anak-anak sekarang yang selalu bisa mendapatkan cara dan metode baru dalam berhitung, mohon dimaklumi’, aku tambah sebel saja karena jawaban Ibu Kepala Sekolah, koq gitu sih???”
John: "Ha.. ha.. ada-ada saja, sampai kelas berapa punya cita-cita jadi guru?"
Sarah: "Sampai saat melihat kakakku terbaring berbulan-bulan di rumah sakit, lalu aku ganti cita-citaku, aku ingin menjadi dokter supaya tidak ada lagi orang yang sakit dan menderita seperti kakakku”
John: "cita-cita yang sungguh mulia, seorang musafir telahpun kelelahan lalu beristirahat di bawah rerindang pohon kurma sambil memandangi hamparan padang pasir dihadapannya. Musafir tadi berkata, ‘seandainya padang pasir ini adalah gandum, semuanya akan aku sedekahkan agar tidak ada lagi yang kelaparan’, dan saat dia tertidur dalam istirahatnya terdengar bisikan yang berbunyi, ‘diterima, niatmu telah diterima oleh ALLAH dan kamu mendapatkan pahala seperti orang yang bersedekah gandum sebanyak padang pasir’. Begitulah pahala niat yang diterima ALLAH"
Sarah: "Padahal si musafir kan hanya niat doang, koq bisa yah???”
John: "karena niat diberi pahala satu sedangkan niat yang diamalkan mendapatkan pahala minimal sepuluh kali lipat, atau sekehendak ALLAH"
Sarah: "Sekehendak ALLAH, maksudnya???”
John: "misalnya sholat di masjid mendapatkan pahala 27 derajat daripada sholat di rumah, sholat di masjidil Haram Mekkah akan mendapat pahala 100.000 kali, sholat saat fii sabilillah mendapat pahala 700.000 kali dan seterusnya sekehendak ALLAH"
Sarah: "subhanallah, besarnya karunia ALLAH ... sebagaimana Dia telah mengkaruniakan aku untuk mendapatkan kamu John ... ahlamdulillah”

Sarah merapatkan tubuhnya, kembali merebahkan kepalanya di dadaku dan mulai memelukku penuh mesra. Sesekali dia meraba dadaku, bermain dengan kancing bajuku, dan terakhir selalu ditutup dengan mencubit pipiku ... aduhhhh, sakit banget kalau sudah dicubit sama Sarah

Sarah: "John, kamu tahu nggak kalau Dave nggak bisa renang?”
John: "Denger-denger dari temen sekantor sih begitu, memang beneran Dave nggak bisa renang?"
Sarah: "Iya, pokoknya parah banget deh, anak laki-laki koq nggak bisa renang”
John: "Koq bisa begitu? Memangnya nggak pernah diajakin renang sama Papamu?"
Sarah: "Sering, tapi Dave nggak begitu suka main di kolam renang, lebih suka main gitar listriknya, main video game, dan kumpul sama gank-gank nya”
John: "Waaahhhh, anak-anak kita nanti harus bisa renang semua, ini sunah rasulullah supaya anak-anak diajari untuk bisa berenang"
Sarah: "John, kamu suka punya anak lelaki atau perempuan”
John: "Aku suka anak lelaki dan juga perempuan, aku suka semua"
Sarah: "Kalau punya anak, pengen punya anak berapa”
John: "Hmmm, berapa yah? Emmmm, selusin deh"
Sarah: "Whaaaa, banyak banget ... memangnya aku kucing apa beranak sampe dua belas”
John: "Kan nggak harus dari satu istri"
Sarah: "maksud loe, ughhhhhh .... John, kamu koq bikin sebel aku yahhh”
John: "aduh... aduh... ampun nona manis, ampun ratuku, sakit banget cubitanmu"

Sarah mulai mencubit apa saja bagian tubuhku yang bisa digapainya, aduuuhh sakit banget deh, lalu aku balas dengan menggelitik perutnya yang seksi hingga dia kegelian dan minta ampun. Hi.. hi.. lucu sekali ekspresi wajahnya kalau sudah lemas karena kegelian aku gelitik perutnya, dan selalu aku tutup dengan memeluk dan mencium keningnya ...

... ... ... ... ...

Hmmmm, hanya dengan mengingati kenangan indah bersama Sarah sudah cukup untuk membahagiakan hatiku. Ya ALLAH, bimbinglah aku, kuatkanlah aku karena hari ini aku sedang bimbang dan juga rapuh.

Mataku tertuju pada jam dinding di kamarku, sudah mendekati pukul 12 siang, sebentar lagi masuk waktu dzuhur di Jakarta. Akupun berbenah, membersihkan diri, pergi ke musholah komplek untuk sholat dzuhur dan bergegas ke kantor LSM tempat aku akan interview. Ya ALLAH, kuatkan aku, bimbing aku wahai Tuhan penguasa seluruh semesta alam. Sesekali aku mencium cincin perak pernikahanku, layaknya pemain Manchester United yang girang setelah membobol gawang lawan, tapi aku mencium cincin ini hanya untuk mengobati kerinduanku yang begitu besar pada Sarah. Selepas sholat dzuhur, aku memilih sepeda motor untuk bisa segera sampai di kantor LSM Penanggulangan Bencana. Wawancara dijadwal pukul 15.00 tapi aku ingin segera berada di sana sebelum waktu wawancaraku, syukurlah di rumah masih ada kendaraan yang tersisa, kalau sedang tidak ingin buru-buru mungkin aku akan memilih Baby Benz tua milik bapakku, walau tua tapi mesinnya enak dan juga terawat dengan baik.

Aku pacu sepeda motorku dengan kecepatan sedang, sambil kembali mengingat-ingat ruas jalan di kota super sibuk seperti Jakarta. Memang hidup di Jakarta begitu melelahkan, dengan rutinitas harian seperti macet, kendaraan padat, polusi, dan banyak lagi masalah sosial penyertanya, membuat aku tidak terlalu suka untuk tinggal di Jakarta.

Ruas jalan tempat kantor LSM Penanggulangan Bencana sudah ada di depan trafict light, hanya tinggal belok kiri dan sampailah aku. Hmmm, semoga saja wawancara hari ini berjalan dengan baik, semua sudah aku serahkan padaNya, semoga selalu diberi jalan yang terbaik.