Friday, January 28, 2011

Kangen Nabi saw

Suatu malam, jauh sepeninggal Rasulullah, Bilal bin Rabbah, salah seorang sahabat utama, bermimpi dalam tidurnya. Dalam mimpinya itu, Bilal bertemu dengan Rasulullah.

"Bilal, sudah lama kita berpisah, aku rindu sekali kepadamu," demikian Rasulullah berkata dalam mimpi Bilal.
"Ya, Rasulullah, aku pun sudah teramat rindu ingin bertemu dan mencium harum aroma tubuhmu," kata Bilal masih dalam mimpin-ya. Setelah itu, mimpi tersebut berakhir begitu saja. Dan Bilal bangun dari tidurnya dengan hati yang gulana. Ia dirundung rindu.

Keesokan harinya, ia menceritakan mimpi tersebut pada salah seorang sahabat lainnya. Seperti udara, kisah mimpi Bilal segera memenuhi ruangan kosong di hampir seluruh penjuru kota Madinah. Tak menunggu senja, hampir seluruh penduduk Madinah tahu, semalam Bilal bermimpi ketemu dengan nabi junjungannya.

Hari itu, Madinah benar-benar diselubungi rasa haru. Kenangan semasa Rasulullah masih bersama mereka kembali hadir, seakan baru kemarin saja Rasulullah tiada. Satu persatu dari mereka sibuk sendiri dengan kenangannya bersama manusia mulia itu. Dan Bilal sama seperti mereka, diharu biru oleh kenangan dengan nabi tercinta.

Menjelang senja, penduduk Madinah seolah bersepakat meminta Bilal mengumandangkan adzan Maghrib jika tiba waktunya. Padahal Bilal sudah cukup lama tidak menjadi muadzin sejak Rasulullah tiada. Seolah, penduduk Madinah ingin menggenapkan kenangannya hari itu dengan mendengar adzan yang dikumandangkan Bilal.

Akhirnya, setelah diminta dengan sedikit memaksa, Bilal pun menerima dan bersedia menjadi muadzin kali itu. Senjapun datang mengantar malam, dan Bilal mengumandangkan adzan. Tatkala, suara Bilal terdengar, seketika, Madinah seolah tercekat oleh berjuta memori. Tak terasa hampir semua penduduk Madinah menitiskan air mata. "Marhaban ya Rasulullah," bisik salah seorang dari mereka.

Sebenarnya, ada sebuah kisah yang membuat Bilal menolak untuk mengumandangkan adzan setelah Rasulullah wafat. Waktu itu, beberapa saat setelah malaikat maut menjemput kekasih Allah, Muhammad, Bilal mengumandangkan adzan. Jenazah Rasulullah, belum dimakam-kan. Satu persatu kalimat adzan dikumandangkan sampai pada kalimat, "Asyhadu anna Muhammadarrasulullah." Tangis penduduk Madinah yang mengantar jenazah Rasulullah pecah. Seperti suara guntur yang hendak membelah langit Madinah.

Kemudian setelah, Rasulullah telah dimakamkan, Abu Bakar meminta Bilal untuk adzan. "Adzanlah wahai Bilal," perintah Abu Bakar.

Dan Bilal menjawab perintah itu, "Jika engkau dulu membebaskan demi kepentinganmu, maka aku akan mengumandangkan adzan. Tapi jika demi Allah kau dulu membebaskan aku, maka biarkan aku menentukan pilihanku."
"Hanya demi Allah aku membebaskanmu Bilal," kata Abu Bakar.
"Maka biarkan aku memilih pilihanku," pinta Bilal.
"Sungguh, aku tak ingin adzan untuk seorang pun sepeninggal Rasulullah," lanjut Bilal.
"Kalau demikian, terserah apa kehendakmu," jawab Abu Bakar.

Saturday, January 15, 2011

Khawatir...

Yang saya khawatirkan nanti akan terjadi dimana orang itu seperti usaha agama, namun di hadapan Allah tidak sedang usaha agama. Mengapa bisa begitu? Karena maksud usaha agama adalah bagaimana dalam diri kita ini sifatnya tambah baik, yakinnya tambah kuat, ketaatannya pada Allah Swt meningkat, kecintaannya kepada sunnah semakin bertambah, sholatnya makin khusyu, ilmunya semakin bertambah, inilah maksud usaha agama. Tapi hari ini, orang usaha agama hanya untuk orang lain saja bukan untuk diri sendiri. Inilah yang dimaksud kita di sisi manusia terlihat seperti usaha agama tetapi di hadapan Allah bukan sedang usaha agama... naudzubillah

Wednesday, January 12, 2011

Permintaan terakhir...

Menikah, itulah permintaan terakhir Reece, seorang bocah laki-laki berusia 8 tahun, sebelum meninggal dunia. Merasa aneh mendengarnya? Baca dulu kisahnya...

Reece divonis menderita leukimia sejak 4 tahun lalu dan pada Mei 2008 silam, dokter memperkirakan usianya hanya tinggal beberapa minggu.

Sebelum menemui ajal, Reece mengemukakan permintaan terakhirnya kepada sang bunda, Lorraine . Menikah adalah permohonan utamanya selain naik Ferrari dan Porsche, menghabiskan waktu satu hari di kantor pemadam kebakaran dan membuat pesta dengan tema bajak laut.

Semua permintaan kecuali yang utama sudah dipenuhi, namun di hari terakhir anak laki-laki berdarah Inggris itu berkata pada Lorraine , "Aku belum siap pergi bu."

Reece ingin menikahi teman sedari kecilnya, Elleanor yang sama-sama berusia delapan tahun. Gadis yang baik hati itupun menyetujui keinginan terakhir sahabatnya.

"Pernikahan" digelar dengan ibunda Ellanor, Hannah berperan sebagai pendeta. Kedua "pengantin" kemudian mengucap janji dan bertukar cincin.

Setelah prosesi 'pernikahan' pura-pura itu, Reece berbaring dan berkata, "Ibu, aku rasa sekarang aku bisa pergi." Keesokan harinya, 5 Juli 2008, bocah penuh keberanian itu menutup usia.

Sedih bacanya ... look like Sarah Story

Saturday, January 8, 2011

My Destiny.. (Andai saja..)



Andai saja gadis ini ditakdirkan sebagai muslimah, andai saja takdir juga mengatakan agar suara sebagus ini melantunkan kalimatullah.. Ya ALLAH, aku melihat keindahanMu dibalik suaranya, jadikanlah gadis ini dan keturunannya sebagai muslimah, dengan qudratMu dan dengan caraMu saja..



Juga nemu yang versi Korea.. kyaaaa, conference di Korea tahun ini bulan berapa yak.. ikut aaahhh.... *ehem.. luruskan niat, hanya untuk tegakkan kalimatullah di muka bumi, bukan untuk pelesir.. apa lagi niat-niat sisipan lain.. hi3x.. dagang di Korea boleh kan.. cari klien dari Korea aaahhh*



Lalu liat Kim Yeo Hee nyanyiin First Love Utada Hikaru... OMG, kangen Saraaahh.. hu3x... *lagi nangis, air mata semburat membasahi sanubari..*