Friday, April 24, 2009
Wednesday, April 8, 2009
Tak pernah ada sepenggal senyum untukku darinya
Musholah dekat kampus, waktu dhuha
Pagi itu aku baru selesaikan sholat dhuha di musholah dekat kantorku. Sambil menikmati hilir mudik manusia yang pergi dan atau menjauh dari pasar yang kebetulan berdekatan dengan musholah, kemudian datang menghampiriku dua sosok jelita, lalu seseorang memberanikan diri untuk menyapaku ...
Gadis: "assalamu'alaikum"
Aku: "wa'alaikum salam, ada apa yah?"
Gadis: "Tak ade, kakak saye nak cakap sekejap, adekah abang punya waktu sejenak?"
Aku sedikit tersenyum, oh rupanya orang Malaysia, mungkin sedang menuntut ilmu di indonesia. Tapi mau membicarakan apa yah kira-kira, setau saya di fakultasku tidak ada mahasiswa dari malaysia, apa mahasiswa dari fakultas kedokteran.
Aku: "ok, nak cakap apa?"
Ciyah, aku berlagak melayu pulak .. hi3x .. bakat terpendam, ehem .. serius lagi nih
Gadis: "macem mana kalau kita cakap di perpustakaan sahaje, cakap dekat sini banyak orang"
Aku: "em, kalau boleh tau, kira-kira ini pembicaraan tentang apa yah?"
Gadis: "Kakak saye ada keperluan dengan abang, bise kah?"
Aku: "Ok, di perpustakaan pusat, ruang baca, after dzuhur ..."
Si Gadis melirik ke arah kakak perempuannya dan meminta persetujuan, hanya dijawab dengan anggukan kecil ...
Gadi: "baik la, after dzuhur ..."
Perpustakaan, after dzuhur
Ake sedang membuka helai buku yang aku ambil dari rak buku-buku teknik. Hemmm, aku sangat tertarik dengan metode permodelan menggunakan ArcGIS, sepertinya harus dicoba ... ah, coba tadi bawa laptop, bisa langsung praktek nih ... beberapa saat kemudian, dua gadis jelita yang tadi pagi menghampiriku kembali menyapa ...
Gadis: "assalamu'alaikum"
Aku: "wa'alaikum salam, eh udah datang ... kirain lupa"
Gadis: "tak la, saye dan tengok abang sejak tadi, saye lihat abang serius sangat ..."
Aku: "ah, nggak juga ... tafadhol, duduk .. tapi di seberang sana saja, jadi kita ngobrolnya tetap ada hijab meja ruang baca, gak apa kan"
Gadis: "ok, tak apelah ..."
Aku: "mau ngomong apaan sih, sepertinya penting banget"
Gadis: "em, macam ini .. em, kakak saya yang nak cakap, abang silah tanya ke kakak saya nih"
Aku kembali tersenyum, adiknya rame banget, kakak perempuannya sunyi senyam ... hmmfff, mudah-mudahan nggak bisu .. hi3x .. abisnya dari tadi diem saja
Aku: "assalamu'alaikum"
Jelita: "wa'alikum salam"
Aku: "sapa nama?"
Jelita: "saye .. em, panggil saja Aisyah"
Hi3x .. lu kate piliem Ayat-Ayat Cinta, tapi mungkin namanya memang Aisyah. Mau tertawa sih, tapi keep cool, keep silent, dan lanjutkan perbincangan ...
Aku: "mau bicara apa nih, sepertinya penting banget?"
Jelita: "tak ade, em ... saye hanya nak tanye kabar dia ...!"
Aku: "dia? dia siapa yah?"
Jelita: "dia, orang yang abang suka ..."
Aku: "aku koq bingung yah, dia siapa nih?"
Jelita: "orang yang bersemayam qur'an dalam qalbunya"
Aku sedikit terkejut, bagaimana tidak terkejut ... aku kan sedang terapi untuk sembuh total dan melupakannya, koq ada saja yang kembali mengingatkanku dengannya, hmmmmfff ...
Aku: "ada apa ya? koq bertanya tentang dia?"
Jelita: "tak ade, saya dengar abang tak pernah ada kontek lagi dengan dia"
Aku: "hmmm, sebenernya mau ngomongin apaan sih, koq tiba-tiba ngomongin dia?"
Jelita: "abang jangan marah dulu, saya hanya nak conform saje"
Aku: "kenapa adek merasa perlu untuk tau urusanku yang satu ini"
Dari seberang sana, aku tidak mendengarkan jawaban apapun, sunyi senyap ... aku kembali bertanya padanya tetapi dengan suara yang aku pelankan
Aku: "sebenarnya ada apa sih?"
Jelita: "emm, menikahlah denganku ...."
Aku kaget, sangat kaget, ditembak cewek cakep dan langsung minta kawin, ah dunia ... apa-apaan ini, kenapa isi dunia semakin aneh saja ...
Aku: "sepertinya adek salah orang, saya ini orang biasa, adek bisa dapetin yang jauh lebih baik dari saya, koq tiba-tiba minta dinikahi segala"
Jelita: "aku bahkan hafal separuh dari Al Qur'an"
Aku: "hatta kamu hafal 4 kitab suci yang pernah diturunkan oleh ALLAH, aku tidak peduli"
Diam, senyap ... aku tidak mendengar satupun jawaban darinya, tiba-tiba dia berdiri dari tmpat duduknya sehingga aku bisa melihat wajahnya dengan jelas, dia mengeluarkan semua yang dari tadi disimpannya ...
Jelita: "abang, tahukah kamu, aku lebih baik dari dia, jauh lebih baik ... aku bahkan telah menyiapkan 1000 nyawa untuk mencintaimu"
Aku: "lalu kenapa? kamu cantik, dan sepertinya pintar ... kamu bisa dapatkan yang jauh lebih baik daripada aku"
Gadis jelita itu kembali duduk, aku tidak mendengarkan sepatah katapun dari sebelah sana, aku hanya mendengar seseguk tangis yang coba ditahan ... Tahukah kamu perasaanku sekarang? Aku bingung, merasa aneh, heran, dan juga susah ... apa sih maunya gadis ini, koq nekat minta aku untuk menikahinya ...
Jelita: "Abang, aku hidup di dunia ini hanya sekejab, setelah itu aku akan bersegera berjumpa dengan ALLAH, bila mana aku nak hidup sempurna, maka aku sudah sepatutnya dipimpin oleh suami yang bijak dan cintakan ALLAH, cinta ugama, cintakan berjuang di jalan ALLAH ..."
Kalimatnya terhenti, akupun tidak menimpali kalimatnya ...
Jelita: "jadi abang tak suka saye ...?"
Aku: "adek, kita baru kenal beberapa detik ini saja, kamu sudah minta dinikahi, apa kamu sudah tau semua tentang aku? aku ini tidak sebaik kelihatannya? kamu salah orang, kamu salah alamat"
Jelita: "aku bahkan hafal kitab Shahih Bukhari Muslim"
Aku: "jadi kenapa kalau kamu hafal ... trus aku langsung mau menikahimu, menikah itu bukan perkara kecil, tapi perkara besar yang dengannya kabar pernikahan bisa sampai menembus langit hingga menuju Arsy ALLAH ..."
Jelita: "apa yang abang dapatkan dari dia? sepenggal senyumpun tidak akan pernah abang dapatkan darinya ... kenapa abang masih bersikeras untuk dia"
Aku: "untuk perkara dia, adekpun salah ... aku sedang berusaha melupakannya"
Jelita: "lalu kenapa abang tidak mau menerima aku? kurang apa aku?"
Aku: "karena, kamu terlalu cantik untukku ... aku sudah memiliki kekasih yang jauh lebih cantik daripadamu, kekasihku itu telah memberi aku tiga permata terbaik yang akan menegakkan Agama hingga mencapai puncak kemuliaan"
Jelita: "karena itulah, nikahilah aku ... karena aku ingin menjadi begian dari hidupmu di dunia sampai di akherat selama-lamanya"
Aku: "adek, aku beritahu sekali lagi, aku tidak bisa ... menikah lagi itu bukan perkara sederhana, gadis secantik kamu pasti disukai banyak lelaki"
Jelita: "tapi tidak semua lelaki bisa mencintai ALLAH sebagaimana abang mencintai ALLAH"
Aku: "sudah yah, sepertinya percakapan ini tidak perlu dilanjutkan, assalamu'alaikum"
Gadis di seberang sana belum lagi menjawab salamku, tetapi aku sudah mulai berkemas dan beranjak dari tempat dudukku. Beberapa saat kemudia, langkahku tertahan, gadis itu menarik ujung bajuku ...
Jelita: "beristikharalah untukku, aku mohon ..."
Aku: "maaf, tidak bisa ..."
Jelita: "beristikharalah untukku, karena aku akan beristikhara dan juga bersholat hajat padaNya untuk mendapatkanmu"
Aku melihat ke arah wajahnya, mata kami bertemu, aku temui matanya yang berkaca-kaca, mata itu seperti mata Umair anakku, mata itu seperti mata Umi istriku, mata itu sungguh cantik. Tapi dengan segera aku palingkan wajahku, karena gadis ini bukan siapa-siapa dariku...
Aku: "assalamu'alaikum"
Jelita: "wa'alaikum salam"
Kami berpisah, aku tidak akan pernah beristikhara untuk menanyakan perihalnya pada ALLAH Tuhanku, karena aku tidak ingin sakit hati lagi, tidak ingin ... cukup sampai di sini.
Pagi itu aku baru selesaikan sholat dhuha di musholah dekat kantorku. Sambil menikmati hilir mudik manusia yang pergi dan atau menjauh dari pasar yang kebetulan berdekatan dengan musholah, kemudian datang menghampiriku dua sosok jelita, lalu seseorang memberanikan diri untuk menyapaku ...
Gadis: "assalamu'alaikum"
Aku: "wa'alaikum salam, ada apa yah?"
Gadis: "Tak ade, kakak saye nak cakap sekejap, adekah abang punya waktu sejenak?"
Aku sedikit tersenyum, oh rupanya orang Malaysia, mungkin sedang menuntut ilmu di indonesia. Tapi mau membicarakan apa yah kira-kira, setau saya di fakultasku tidak ada mahasiswa dari malaysia, apa mahasiswa dari fakultas kedokteran.
Aku: "ok, nak cakap apa?"
Ciyah, aku berlagak melayu pulak .. hi3x .. bakat terpendam, ehem .. serius lagi nih
Gadis: "macem mana kalau kita cakap di perpustakaan sahaje, cakap dekat sini banyak orang"
Aku: "em, kalau boleh tau, kira-kira ini pembicaraan tentang apa yah?"
Gadis: "Kakak saye ada keperluan dengan abang, bise kah?"
Aku: "Ok, di perpustakaan pusat, ruang baca, after dzuhur ..."
Si Gadis melirik ke arah kakak perempuannya dan meminta persetujuan, hanya dijawab dengan anggukan kecil ...
Gadi: "baik la, after dzuhur ..."
Perpustakaan, after dzuhur
Ake sedang membuka helai buku yang aku ambil dari rak buku-buku teknik. Hemmm, aku sangat tertarik dengan metode permodelan menggunakan ArcGIS, sepertinya harus dicoba ... ah, coba tadi bawa laptop, bisa langsung praktek nih ... beberapa saat kemudian, dua gadis jelita yang tadi pagi menghampiriku kembali menyapa ...
Gadis: "assalamu'alaikum"
Aku: "wa'alaikum salam, eh udah datang ... kirain lupa"
Gadis: "tak la, saye dan tengok abang sejak tadi, saye lihat abang serius sangat ..."
Aku: "ah, nggak juga ... tafadhol, duduk .. tapi di seberang sana saja, jadi kita ngobrolnya tetap ada hijab meja ruang baca, gak apa kan"
Gadis: "ok, tak apelah ..."
Aku: "mau ngomong apaan sih, sepertinya penting banget"
Gadis: "em, macam ini .. em, kakak saya yang nak cakap, abang silah tanya ke kakak saya nih"
Aku kembali tersenyum, adiknya rame banget, kakak perempuannya sunyi senyam ... hmmfff, mudah-mudahan nggak bisu .. hi3x .. abisnya dari tadi diem saja
Aku: "assalamu'alaikum"
Jelita: "wa'alikum salam"
Aku: "sapa nama?"
Jelita: "saye .. em, panggil saja Aisyah"
Hi3x .. lu kate piliem Ayat-Ayat Cinta, tapi mungkin namanya memang Aisyah. Mau tertawa sih, tapi keep cool, keep silent, dan lanjutkan perbincangan ...
Aku: "mau bicara apa nih, sepertinya penting banget?"
Jelita: "tak ade, em ... saye hanya nak tanye kabar dia ...!"
Aku: "dia? dia siapa yah?"
Jelita: "dia, orang yang abang suka ..."
Aku: "aku koq bingung yah, dia siapa nih?"
Jelita: "orang yang bersemayam qur'an dalam qalbunya"
Aku sedikit terkejut, bagaimana tidak terkejut ... aku kan sedang terapi untuk sembuh total dan melupakannya, koq ada saja yang kembali mengingatkanku dengannya, hmmmmfff ...
Aku: "ada apa ya? koq bertanya tentang dia?"
Jelita: "tak ade, saya dengar abang tak pernah ada kontek lagi dengan dia"
Aku: "hmmm, sebenernya mau ngomongin apaan sih, koq tiba-tiba ngomongin dia?"
Jelita: "abang jangan marah dulu, saya hanya nak conform saje"
Aku: "kenapa adek merasa perlu untuk tau urusanku yang satu ini"
Dari seberang sana, aku tidak mendengarkan jawaban apapun, sunyi senyap ... aku kembali bertanya padanya tetapi dengan suara yang aku pelankan
Aku: "sebenarnya ada apa sih?"
Jelita: "emm, menikahlah denganku ...."
Aku kaget, sangat kaget, ditembak cewek cakep dan langsung minta kawin, ah dunia ... apa-apaan ini, kenapa isi dunia semakin aneh saja ...
Aku: "sepertinya adek salah orang, saya ini orang biasa, adek bisa dapetin yang jauh lebih baik dari saya, koq tiba-tiba minta dinikahi segala"
Jelita: "aku bahkan hafal separuh dari Al Qur'an"
Aku: "hatta kamu hafal 4 kitab suci yang pernah diturunkan oleh ALLAH, aku tidak peduli"
Diam, senyap ... aku tidak mendengar satupun jawaban darinya, tiba-tiba dia berdiri dari tmpat duduknya sehingga aku bisa melihat wajahnya dengan jelas, dia mengeluarkan semua yang dari tadi disimpannya ...
Jelita: "abang, tahukah kamu, aku lebih baik dari dia, jauh lebih baik ... aku bahkan telah menyiapkan 1000 nyawa untuk mencintaimu"
Aku: "lalu kenapa? kamu cantik, dan sepertinya pintar ... kamu bisa dapatkan yang jauh lebih baik daripada aku"
Gadis jelita itu kembali duduk, aku tidak mendengarkan sepatah katapun dari sebelah sana, aku hanya mendengar seseguk tangis yang coba ditahan ... Tahukah kamu perasaanku sekarang? Aku bingung, merasa aneh, heran, dan juga susah ... apa sih maunya gadis ini, koq nekat minta aku untuk menikahinya ...
Jelita: "Abang, aku hidup di dunia ini hanya sekejab, setelah itu aku akan bersegera berjumpa dengan ALLAH, bila mana aku nak hidup sempurna, maka aku sudah sepatutnya dipimpin oleh suami yang bijak dan cintakan ALLAH, cinta ugama, cintakan berjuang di jalan ALLAH ..."
Kalimatnya terhenti, akupun tidak menimpali kalimatnya ...
Jelita: "jadi abang tak suka saye ...?"
Aku: "adek, kita baru kenal beberapa detik ini saja, kamu sudah minta dinikahi, apa kamu sudah tau semua tentang aku? aku ini tidak sebaik kelihatannya? kamu salah orang, kamu salah alamat"
Jelita: "aku bahkan hafal kitab Shahih Bukhari Muslim"
Aku: "jadi kenapa kalau kamu hafal ... trus aku langsung mau menikahimu, menikah itu bukan perkara kecil, tapi perkara besar yang dengannya kabar pernikahan bisa sampai menembus langit hingga menuju Arsy ALLAH ..."
Jelita: "apa yang abang dapatkan dari dia? sepenggal senyumpun tidak akan pernah abang dapatkan darinya ... kenapa abang masih bersikeras untuk dia"
Aku: "untuk perkara dia, adekpun salah ... aku sedang berusaha melupakannya"
Jelita: "lalu kenapa abang tidak mau menerima aku? kurang apa aku?"
Aku: "karena, kamu terlalu cantik untukku ... aku sudah memiliki kekasih yang jauh lebih cantik daripadamu, kekasihku itu telah memberi aku tiga permata terbaik yang akan menegakkan Agama hingga mencapai puncak kemuliaan"
Jelita: "karena itulah, nikahilah aku ... karena aku ingin menjadi begian dari hidupmu di dunia sampai di akherat selama-lamanya"
Aku: "adek, aku beritahu sekali lagi, aku tidak bisa ... menikah lagi itu bukan perkara sederhana, gadis secantik kamu pasti disukai banyak lelaki"
Jelita: "tapi tidak semua lelaki bisa mencintai ALLAH sebagaimana abang mencintai ALLAH"
Aku: "sudah yah, sepertinya percakapan ini tidak perlu dilanjutkan, assalamu'alaikum"
Gadis di seberang sana belum lagi menjawab salamku, tetapi aku sudah mulai berkemas dan beranjak dari tempat dudukku. Beberapa saat kemudia, langkahku tertahan, gadis itu menarik ujung bajuku ...
Jelita: "beristikharalah untukku, aku mohon ..."
Aku: "maaf, tidak bisa ..."
Jelita: "beristikharalah untukku, karena aku akan beristikhara dan juga bersholat hajat padaNya untuk mendapatkanmu"
Aku melihat ke arah wajahnya, mata kami bertemu, aku temui matanya yang berkaca-kaca, mata itu seperti mata Umair anakku, mata itu seperti mata Umi istriku, mata itu sungguh cantik. Tapi dengan segera aku palingkan wajahku, karena gadis ini bukan siapa-siapa dariku...
Aku: "assalamu'alaikum"
Jelita: "wa'alaikum salam"
Kami berpisah, aku tidak akan pernah beristikhara untuk menanyakan perihalnya pada ALLAH Tuhanku, karena aku tidak ingin sakit hati lagi, tidak ingin ... cukup sampai di sini.
Sunday, April 5, 2009
Subscribe to:
Posts (Atom)