Wednesday, November 21, 2012

Kabar dari Gaza

Ketika hendak pergi ke masjid untuk Adzan Shubuh, salah seorang warga Gaza, Fattiya Mubaarok (55 Thn) menjadi amukan roket2 yang dilancarkan oleh zionis israel laknatullah....!!

Insya ALLAH Syahid.... Lihat saja senyum di wajahnya terlihat jelas... Subhan ALLAH.. ALLAHU AKBAR!!

Memang dalam Qur'an, disebut salah satunya tentang tanda orang beriman, yaitu yang memakmurkan masjid ALLAH ta'ala... "innama ya'muru masajidallah man amana billah wal yaumil akhir"... sesungguhnya orang yang memakmurkan masjid ALLAH ta'ala adalah orang yang beriman kepada ALLAH dan hari akhir... Asy Syahid Fattiya Mubaarok sedang melangkah menuju masjid ALLAH ta'ala, maka semoga diterima iman dan amalnya. 

Hari ini, masjid di kampung ane sepi... tapi lu-lu pade bekoar-koar jihad ke Palestine... lu kate di Palestin aman, nyaman dan tentrem..? Untuk urusan makan saja, kalau ada yang dimakan lu baru bisa makan, itu juga harus mendahulukan anak-anak dan balita.. lalu, tiap hari denger desing peluru.. Ke masjid waktu fajar saja nggak kuat bagun subuh, bagimana bisa kuat melalui medan jihad... perbaiki amalan, perbaiki iman... jihad juga sebuah amalan, seperti amalan sholat, dzikir, dan haji... hanya orang-orang yang pantas saja yang akan dipilihnya untuk beramal dengan benar... ayo perbaikin iman dan amal kita, sehingga kita menjadi pantas untuk melakukan amal-amal yang besar seperti haji dan jihad.. takbir (ALLAHU AKBAR)...

Sunday, November 18, 2012

Palestine menangis (?)

Seorang bertanya, "Syech, antum kelihatannya biasa-biasa saja melihat umat Islam di Gaza dibombardir oleh zionis, israel...", lalu aku coba menjawab, "em, memangnya saya harus bagaimana?" dia berkata lagi, "seperti orang-orang gitu lho, menghujat zionis, mengecam tindakan israel, dan sejenisnya.."..

Coba menghela nafas, lalu berkata.. "rasulullah saw pernah bersabda, 'jika umatku meninggalkan amar ma'ruf nahi mungkar maka akan dicabut darinya (dari umat ini) kehebatan Islam' dan seterusnya... antum lebih paham kelanjutan hadits tersebut, saya coba melihat dari akar masalah, bukan pada kulit... yang dilihat oleh orang kebanyakan adalah kulitnya saja, pasca Obama naik panggung kali ke 2, zionis merasa dapat dukngan 'emaknya' lalu mulai melancarkan serangan udara ke basis militer Al-Qosam dan gugurlah seorang pemimpin dari mereka, lalu Al-Qosam pula membalas dengan luncurkan rudal Al-Fajr ke kota Tel Aviv, dibalas balik dan begitu seterusnya... bila umat Islam di seluruh dunia tidak ingin dipecundangi, tegakkan amar ma;ruf nahi mungkar, tegakkan sholat, tegakkan hak-hak agama... yahudi dahulu pernah diusir dari Madinah, dahulu di jaman sahabat... siapa yang mengusir..? orang-orang yang tegakkan agama sesuai kehendakNya, bukan sekedar sholat, bukan sekedar islam tetapi masjid kosong tidak ada jama'ah sholat subuh.. untuk mengusir yahudi, harus dengan cara yang sama, cara awal mereka diusir, yahudi si tukang bikin onar, yahudi si tukang fitnah, yahudi si tukang rampas tanah negara orang lain.. yaitu dengan perbaiki iman dan amaliah kita, perbaiki umat Islam, maka saat itu lah umat Islam akan dimenangkan olehNya dengan sendirinya... karena saat ini kita jauh dari Qur'an, jauh dari nasihat ulama, jauh dari agama, bahkan enggan mengamalkan agama dengan sungguh-sungguh, maka musuh-musuh Islam berani menghinakan kita.."...

Orang tersebut diam sejenak, lalu kembali bertanya, "jadi, cara terbaik untuk kondisi saat ini, seperti apa syech.. diam saja..?"... menghela nafas lebih dalam, "kirain ente sudah paham, ternyata....", dengan penasaran, dia melanjutkan pertanyaannya, "jadi.. kita mesti ngapain nih?"... lalu aku melanjutkan kalimatku, "pemahaman setiap orang atas agama memang bertingkat-tingkat, dan apa yang terbaik untuk dilakukan adalah perbaiki iman dan amal, selalu senangkan ALLAH ta'ala, dan kirim do'a khusus untuk umat Islam di sana... jika mampu bantu dengan tanganmu, dengan bersedekah, berpuasa untuk mereka, dan jangan pernah tinggaklan sholat, jangan terlepas dari berdzikir, jangan pernah melakukan dosa-dosa besar, jangan dekat-dekat dengan fitnah dosa besar tersebut, kalau kamu sudah ditolong olehNya, siapa lagi yang bisa melawan..? mari, kita perbaiki amaliah ruhani kita, semoga ALLAH menangkan umat Islam di seluruh penjuru dunia, amiin"

Pernahkah kamu melihat mayit, adakah para mayit meninggalkan dunia fana ini sambil tersenyum..? Hanya para syuhada saja yang gugur dan tinggalkan dunia ini sambil tersenyum, karena mereka akan mendapatkan ganjaran amaliah mereka selama bersusah payah di dunia, lalu diganti seluruh kesusahan mereka dengan syurgaNya.. dan ini adalah tanda, bahwa kematian mereka adalah syurga yang nyata bagi umat Islam tertindas di Gaza... walaupun demikian, kita tetap wajib membantu urusan mereka, membantu umat Islam, dan tidak hanya di Palestina, tetapi di seluruh penjuru dunia...

Palestina menangis..? tidak juga, umat Islam lah yang sedang menangis... jika mereka, umat Islam di Gaza terbunuh karena serangan udara israel, selama mereka menegakkan Islam dalam kehidupan sehari-hari mereka, insya ALLAH mereka akan gugur sebagai syuhada, menuju syurgaNya...

Tetapi hari ini, umat Islam berbondong-bondong tinggalkan sholat, tinggalkan agama, dan ini lebih sedih dan lebih menyedihkan lagi dari pada bombardir yahudi, jika umat Islam yang tidak sholat tersebut mati, maka mereka akan kembali ke mana..? la ilaha ilallah... semoga ALLAH ta'ala selamatkan kita dari siksa kubur, dan dari siksa neraka jahanam.. ya Rabb, salimna ya Rabb... salimna...

Thursday, November 1, 2012

Hidup tidak adil (?)

"Hidup tidak adil", begitu seorang berkata dalam kesendiriannya... Em, memangnya hidup seperti apa yang kamu anggap adil? Kamu, bahkan tidak pernah tahu kehidupan orang lain, karena orang lain selalu dan akan selalu menampilkan kebaikan saja sedangkan sisi kelam hidupnya akan disimpannya rapat-rapat... Kamu, merasa tidak sempurna, penuh kekurangan? Jangan kamu anggap orang lain yang hidupnya terlihat sempurna benar-benar sempurna hidupnya...! Sesungguhnya ALLAH ta'ala telah memberi kehidupan sebaik-baiknya untuk setiap individu, dan tiap-tiap kamu saja lah yang mampu menjadikannya menjadi kehidupan yang diridhoi olehNya. Lihatlah orang lain, tidak semua dari manusia pernah menikmati hidup sebagai orang yang dicintai.. 

Lihatlah kehidupan orang lain di luar sana, bahkan banyak dari mereka tidak pernah merasakan coklat susu atau hanya sekedar secuil gula-gula. Aku, mengada-ada... tidak juga.. bahkan, mereka yang hidup di daerah kekeringan harus mengantri hanya untuk mendapatkan makan sekedarnya. Sedangkan yang ada di dalam kulkas rumahmu, di meja makanmu atau di rekeningmu, kamu bahkan tidak pernah berpikir tentang 'hari ini kita bisa makan apa?', mungkin yang melintas dalam benakmu adalah, hari ini mau makan menu apa atau hari ini makan di restoran mana.. Alhamdulillah atas semua nikmat dariNya, dan sekali-kali janganlah kamu kufur nikmat. Apa saja yang terjadi di muka bumi ini, semua bertujuan untuk menguji iman kamu, banyak yang gagal dan hanya sedikit yang bisa selamat dari ujian iman dariNya.

Lihatlah Hadzic, seorang jama'ah haji dari Bosnia.. untuk tunaikan haji dengan minimnya biaya yang dimilikinya, dia telah berjalan kaki dari Bosnia menuju Mekah sejauh 6000 km. Tetangga, teman, dan rekan sejawat bahkan mengingatkannya, Hazdic berkata, "Sejujurnya, sebelum saya memulai perjalanan ini, semua orang takut akan saya, lalu menanyakan bagaimana aku bisa, sebagai seorang Muslim, dapat melakukan perjalanan melintasi negara-negara Kristen seperti Serbia dan Bulgaria," 

Semua tentang sudut pandang kalian, dan setan dengan senang hati berusaha merusak iman kita, dengan perasaan-perasaan bahwa hidup kita tidak lah sempurna, hidup tidak adil, dan sebagainya. Sebenarnya, jika kamu merasakan hal yang sedemikian itu maka hal itu bertanda kamu kurang berdzikir dan lemah dalam mensyukuri nikmat ALLAH ta'ala.. ALLAH ta'ala berfirman, "kalau kamu bersyukur maka akan Aku tambah nikmatKu, tetapi jika kamu ingkar maka sesungguhnya adzabKu sangatlah pedih". 

Mari, syukuri nikmat iman dan islam dariNya dengan mengisi hari-hari iman kita dengan ta'at padaNya, menyempurnakan amalan, menyempurnakan iman dengan bermujahadah dalam setiap pengorbanan untuk agamaNya.

Thursday, September 27, 2012

Dari Misionaris Menjadi Da'i


Dahulunya ia bepergian dari kampung ke kampung untuk menyebarkan agama nasrani, sekarang ia juga bepergian (khuruj) dari kampung ke kampung, dari kota ke kota, dalam usaha dakwah dan tabligh.

Kali ini diriku benar-benar mengutip mentah-mentah salah satu kisah yang saya baca dari sebuah buku kumpulan kisah-kisah muallaf.

Mudah-mudahan kisah ini bisa menjadi penyemangat bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh dan malang melintang dalam perjuangan usaha dakwah dan tabligh ini. Dan mudah-mudahan kisah ini bisa membuat para pencela, pendengki, dan pemfitnah usaha dakwah dan tablgih ini untuk menahan lidahnya dan mengoreksi kembali kepahaman mereka, sehingga lebih bisa beradab dan tidak asal taqlid terhadap fatwa-fatwa ulama dan perkataan-perkataan asatidz mereka.

berikut kutipan kisahnya :

****
Mungkin kisah ini terasa aneh bagi mereka yang belum pernah bertemu dengan orangnya atau melihat langsung dan mendengar penuturannya. Kisah yang mungkin hanya terjadi dalam cerita fiktif, namun ini benar-benar menjadi kenyataan. Hal itu tergambar dengan kata-kata yang diucapkan oleh si pemilik kisah yang sedang duduk dihadapku mengisahkan tentang dirinya.

Untuk mengetahui kisahnya lebih lanjut dan mengetahui kejadian-kejadian yang menarik secara lengkap, biar aku menemanimu untuk bersama-sama menatap ke arah Johannesburg, kota bintang emas nan kaya di Negara Afrika selatan dimana aku pernah bertugas sebagai pimpinan cabang kantor Rabithah Al-‘Alam Al-Islami di sana.

Pada tahun 1996, disebuah Negara yang sedang mengalami musim dingin, di siang hari yang mendung, diiringi hembusan angin dingin yang menusuk tulang, aku menunggu seseorang yaag berjanji menemuiku. Istri sudah mempersiapkan santapan siang untuk menjamu sang tamu yang terhormat.

Orang yang aku tunggu dulunya adalah seorang yang mempunyai hubungan erat dengan Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela. Ia seorang misionaris penyebar dan pendakwah agama nasrani. Ia seorang pendeta, namanya ‘sily’. Aku dapat bertemu dengannya melalui perantaraan sekretaris kantor Rabhitah yang bernama Abdul Khaliq Matir, dimana ia mengabarkan kepadaku bahwa seorang pendeta ingin datang ke kantor Rabhitah hendak membicarakan perkara penting.

Tepat pada waktu yang telah dijanjikan, pendeta tersebut datang bersama temannya yang bernama Sulaiman. Sulaiman adalah salah seorang anggota sasana tinju setelah memeluk islam, selepas bertanding dengan seorang petinju muslim terkenal, Muhammad Ali. Aku menyambut kedatangan mereka di kantorku dengan perasaan yang sangat gembira.

Sily seorang yang berpostur pendek, berkulit sangat hitam dan mudah tersenyum. Ia duduk di depanku dan berbicara dengan lemah lembut. Aku katakan, “Saudara Sily, boleh kami mendengar kisah keislamanmu?” ia tersenyum dan berkata, “Ya, tentu saja boleh.”

Pembaca yang mulia, dengar dan perhatikan apa yang telah ia ceritakan kepadaku, kemudian setelah itu, silakan beri penilaian!

Sily berkata,”Dulu aku seorang pendeta yang sangat militan. Aku berkhidmat untuk gereja dengan segala kesungguhan. Tidak hanya sampai disitu, aku juga salah seorang aktivis kristenisasi senior di Afrika Selatan. Karena aktivitasku yang besar, vatikan memilihku untuk menjalankan program kristenisasi yang mereka subsidi.

Aku mengambil dana vatikan yang sampai kepadaku untuk menjalankan program tersebut. Aku mempergunakan segala cara untuk mencapai targetku. Aku melakukan berbagai kunjungan rutin ke madrasah-madrasah, sekolah-sekolah yang terletak di kampung dan di daerah pedalaman. Aku memberikan dana tersebut dalam bentuk sumbangan, pemberian, sedekah dan hadiah agar dapat mencapai targetku yaitu memasukkan masyarakat ke dalam agama kristen. Gereja melimpahkan dana tersebut kepadaku sehingga aku menjadi seorang hartawan, mempunyai rumah mewah, mobil dan gaji yang tinggi. Posisiku melejit diantara pendeta-pendeta lainnya.

Pada suatu hari, aku pergi ke pusat pasar di kotaku untuk membeli beberapa hadiah. Di tempat itu bermula sebuah perubahan! Di pasar itu, aku bertemu dengan seseorang yang memakai kopiah. Ia pedagang berbagai hadiah. Waktu itu, aku mengenakan jubah pendeta berwarna putih yang merupakan ciri khas kami. Aku mulai menawarkan harga yang disebutkan si penjual. Dari sini, aku mengetahui bahwa ia seorang muslim. Kami menyebutkan agama Islam yang ada di Afrika Selatan dengan sebutan ‘agama orang arab’. Kami tidak menyebutnya dengan sebutan islam.

Aku pun membeli berbagai hadiah yang aku inginkan. Sulit bagi kami menjerat orang-orang yang lurus dan mereka yang konsisten dengan agamanya, sebagaimana yang telah berhasil kami tipu dan kami kirstenkan dari kalangan orang-orang Islam yang miskin di Afrika Selatan. Si penjual muslim itu bertanya kepadaku, “Bukankah anda seorang pendeta?” Aku jawab, “Benar”. Lantas ia bertanya kepadaku, “Siapa Tuhanmu?” Aku katakana, “Al-Masih”. Ia kembali berkata, “Aku menantangmu, coba datangkan satu ayat di dalam injil yang menyebutkan bahwa Al-Masih berkata, ‘Aku adalah Allah atau aku anak Allah. Maka sembahlah aku’.

Ucapan muslim tersebut bagaikan petir yang menyambar kepalaku. Aku tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Aku berusaha membuka-buka kembali catatanku dan mencarinya di dalam kitab-kitab injil dan kitab kristen lainnya untuk menemukan jawaban yang jelas terhadap pertanyaaan lelaki tersebut. Namun, aku tidak menemukannya. Tidak ada satu ayat pun yang menceritakan bahwa Al-Masih berkata bahwa ia adalah Allah atau anak Allah.

Lelaki itu telah menjatuhkan mentalku dan menyulitkanku. Aku ditimpa sebuah bencana yang membuat dadaku sempit. Bagaimana mungkin pertanyaan seperti ini tidak pernah terlintas olehku? Lalu aku tinggalkan lelaki itu sambil menundukkan wajah. Ketika itu, aku sadar bahwa aku telah berjalan jauh tanpa arah. Aku terus berusaha mencari ayat-ayat seperti ini, walau bagaimana pun rumitnya. Namun, aku tetap tidak mampu, aku telah kalah.

Aku pergi ke Dewan Gereja dan meminta kepada para anggota dewan agar berkumpul. Mereka menyepakatinya. Pada pertemuan tersebut aku mengabarkan kepada mereka tentang apa yang telah aku dengar. Tetapi mereka malah menyerangku dengan ucapan, “Kamu telah ditipu orang arab. Ia hanya ingin menyesatkanku dan memasukkan kau kedalam agama orang arab.” Aku katakan, “Kalau begitu, coba beri jawabannya!” mereka membantah pertanyaan seperti itu, namun tak seorang pun yang mampu memberikan jawaban.

Pada hari minggu, aku harus memberikan pidata dan pelajaranku di gereja. Aku berdiri di depan orang banyak untuk memberikan wejangan. Namun, aku tidak sanggup melakukannya. Sementara para hadirin merasa aneh, karena aku berdiri dihadapan mereka tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Aku kembali masuk ke dalam gereja dan meminta kepada temanku agar ia menggantikan tempatku. Aku katakan bahwa aku sedang sakit, padahal jiwaku hancur luluh.

Aku pulang ke rumah dalam keadaan bingung dan cemas. Lalu aku masuk dan duduk di sebuah ruang kecil. Sambil menangis, aku menengadahkan pandanganku ke langit seraya berdoa. Namun, kepada siapa aku berdoa. Kemudian aku berdoa kepada Dzat yang aku yakini bahwa Dia adalah Allah Sang Maha Pencipta, “Ya Tuhanku… wahai Dzat yang telah menciptakanku… sungguh, telah tertutup semua pintu dihadapanku kecuali pintu-Mu… Janganlah Engkau halangi aku mengetahui kebenaran… Manakah yang hak dan di manakah kebenaran? Ya Tuhanku… Jangan Engkau biarkan aku dalam kebimbangan… Tunjukkan kepadaku jalan yang hak dan bimbing aku kejalan yang benar.” Lantas aku pun tertidur.

Didalam tidur, aku melihat diriku sedang berada di sebuah ruangan yang sangat luas. Tidak ada seorang pun didalamnya kecuali diriku. Tiba-tiba di tengah ruang tersebut muncul seorang lelaki.

Wajah orang itu tidak begitu jelas karena kilauan cahaya yang terpancar darinya dan dari sekelilingnya. Namun, aku yakin bahwa cahaya tersebut muncul dari orang tersebut. Lelaki itu member isyarat kepadaku dan memanggil, “Wahai Ibrahim!”. Aku menoleh ingin mengetahui siapa Ibrahim, namun aku tidak menjumpai siapa pun di ruangan itu.

Lelaki itu berkata, “Kamu Ibrahim, kamulah yang bernama Ibrahim. Bukankah engkau yang memohon petunjuk kepada Allah?” Aku jawab, “Benar”. Ia berkata, “Lihatlah ke sebelah kananmu!” maka aku pun menoleh ke kanan dan ternyata di sana ada sekelompok orang yang sedang memanggul barang-barang mereka dengan mengenakan pakaian putih dan bersorban putih. Ikutilah mereka agar engkau mengetahui kebenaran!” lanjut lelaki itu.

Kemudian aku terbangun dari tidurku. Aku merasa sebuh kegembiraan menyelimutiku. Namun, aku belum juga memperoleh ketenangan ketika muncul pertanyaan, dimana gerangan sekelompok orang yang aku lihat di dalam mimpiku itu berada.

Aku bertekad untuk melanjutkannya dengan berkelana mencari sebuah kebenaran. Sebagaimana cirri-ciri yang telah diisyaratkan dalam mimpiku. Aku yakin isi semua merupakan petunjuk dari Allah swt.. kemudian aku minta cuti kerja dan mulai melakukan perjalanan panjang yang memaksaku untuk berkeliling di beberapa kota mencari dan bertanya di mana orang-orang yang memakai pakaian dan sorban putih berada.

Telah panjang perjalanan dan pencarianku. Setiap aku menjumpai kaum muslimin, mereka hanya memakai celana panjang dan kopiah. Hingga akhirnya aku sampai di kota Johannesburg.

Disana, aku mendatangi kantor penerima tamu milik Lembaga Muslim Afrika. Di rumah itu, aku bertanya kepada pegawai penerima tamu tentang jemaah tersebut. Namun ia mengira bahwa aku seorang peminta-minta dan memberikan sejumlah uang. Aku katakan, “Bukan ini yang aku minta. Bukankah kalian mempuyai tempat ibadah yang dekat dari sini? Tolong tunjukkan mesjid yang terdekat.” Lalu aku mengikuti arahannya dan aku terkejut ketika melihat seorang lelaki berpakaian dan bersorban putih sedang berdiri di depan pintu.

Aku sangat girang, karena ciri-cirinya sama persis yang aku lihat dalam mimpi. Dengan hati yang berbunga-bunga, aku mendekati orang tersebut. Sebelum aku mengatakan sepatah kata, ia terlebih dahulu berkata, “Selamat datang, ya Ibrahim!” Aku terperanjat mendengarnya.

Ia mengetahui namaku sebelum aku memperkenalkannya. Lantas ia melajutkan ucapannya, “AKu melihatmu di dalam mimpi bahwa engkau sedang mencari-cari kami. Engkau hendak mencari kebenaran? Kebenaran ada pada agama yang diridhai Allah untuk hamba-Nya, yaitu Islam.” Aku katakan, “Benar, aku sedang mencari kebenaran yang telah ditunjukkan oleh lelaki bercahaya dalam mimpiku, agar aku mengikuti sekelompok orang yang berpakaian seperti yang engkau kenakan. Tahukah kamu siapa lelaki yang aku lihat dalam mimpiku itu?” Ia menjawab, “Dia adalah Nabi kami, Muhammad, Nabi agama Islam yang benar, Rasulullah saw..” Sulit bagiku untuk mempercayai apa yang terjadi pada diriku. Namun, langsung saja aku peluk dia dan aku katakan kepadanya, “Benarkan lelaki itu Rasul dan Nabi kalian yang datang menunjukiku agama yang benar?” Ia berkata, “Benar.”

Ia lalu menyambut kedatanganku dan memberikan ucapan selamat karena Allah swt telah memberiku hidayah kebenaran. Kemudian datang waktu sholat Zhuhur. Ia mempersilakanku duduk di tempat paling belakang dalam mesjid dan ia pergi untuk melaksanakan shalat bersama jamaah yang lain.

Aku memperhatikan kaum muslimin banyak memakai pakaian seperti yang dipakainya. Aku melihat mereka ruku’ dan sujud kepada Allah. Aku berkata dalam hati, “Demi Allah, inilah agama yang benar. Aku telah membaca dalam berbagai kitab bahwa para Nabi dan Rasul meletakkan dahinya di atas tanah untuk sujud kepada Allah.” Setelah mereka shalat, jiwaku mulai terasa tenang dengan fenomena yang aku lihat.

Aku berucap dalam hati, “Demi Allah, sesungguhnya Allah swt telah menunjukkan kepadaku agama yang benar.”. Seorang muslim memanggilku agar aku mengumumkan keislamanku. Lalu aku mengucapkan dua kalimat syahadat dan aku menangis sejadi-jadinya karena gembira telah mendapat hidayah dari Allah swt..

Kemudian aku tinggal bersamanya untuk mempelajari Islam dan aku pergi bersama mereka untuk melakukan safari dakwah dalam waktu cukup lama. Mereka mengunjungi semua tempat, mengajak manusia kepada agama islam. Aku sangat gembira ikut bersama mereka. Aku dapat belajar shalat, puasa, tahajjud, doa, kejujuran dan amanah dari mereka. Aku juga belajar dari mereka bahwa seorang muslim diperintahkan untuk menyampaikan agama Allah dan bagaimana menjadi seorang muslim yang mengajak kepada jalan Allah serta berdakwah dengan hikmah, sabar, tenang, rela berkorban dan berwajah ceria.

Setelah beberapa bulan kemudian, aku kembali ke kotaku. Ternyata keluargaku dan teman-temanku sedang mencariku. Namun, ketika melihat ku kembali memakai pakaian Islami, mereka mengingkarinya dan dewan gereja meminta kepadaku agar diadakan sidang darurat. Pada pertemuan itu mereka mencelaku karena aku telah meninggalkan agama keluarga dan nenek moyang kami. Mereka berkata kepadaku, “Sungguh, kamu telah tersesat dan tertipu dengan agama orang arab.”

Aku katakan, “Tidak ada seorang pun yang telah menipu dan menyesatkanku. Sesungguhnya Rasulullah saw. datang kepadaku dalam mimpi untuk menunjukkan kebenaran dan agama yang benar yaitu agama Islam. Bukan agama orang arab sebagaimana yang kalian katakan. Aku mengajak kalian kepada jalan yang benar dan memeluk Islam.” Mereka semua terdiam.

Kemudian mereka mencoba cara lain, yaitu membujukku dengan memberikan harta, kekuasaan dan pangkat. Mereka berkata, “Sesungguhnya vatikan memintamu untuk tinggal bersama mereka selama enam bulan untuk menyerahkan uang panjar pembelian rumah dan mobil baru untukmu serta memberimu kenaikan gaji dan pangkat tertinggi di gereja.”

Semua tawaran tersebut aku tolak dan aku katakan kepada mereka, “Apakah kalian akan menyesatkanku setelah Allah memberiku hidayah? Demi Allah, aku takkan pernah melakukannya walaupun kalian memenggal leherku.” Kemudian aku menasehati mereka dan kembali mengajak mereka ke agama Islam. Maka masuk Islamlah dua orang dari kalangan pendeta.

Alhamdulillah, setelah meihat tekadku tersebut, mereka menarik semua derajat dan pangkatku. Aku merasa senang dengan itu semua, bahkan tadinya aku ingin agar penarikan itu segera dilakukan. Kemudian aku mengembalikan semua harta dan tugasku kepada mereka, dan aku pun pergi meninggalkan mereka,” Sily mengakhiri kisahnya.

Kisah masuk Islamnya Ibrahim Sily yang ia ceritakan sendiri kepadaku di kantorku, disaksikan oleh Abdul Khaliq sekretaris kantor Rabithah Afrika dan dua orang lainnya. Pendeta Sily berasal dari kabilah Kuza Afrika Selatan. Aku mengundang pendeta Ibrahim-maaf-Da’I Ibrahim Sily makan siang di rumahku dan aku laksanakan apa yang diwajibkan dalam agamaku yaitu memuliakannya, kemudian ia pun pamit.

Setelah pertemuan itu, aku pergi ke Mekkah Al-Mukarramah untuk melaksanakan suatu tugas. Waktu itu kami mendekati persiapan seminar Ilmu Syar’I yang akan diadakan di kota Cape Town. Lalu aku kembali ke Afrika Selatan tepatnya di kota Cape Town.

Ketika aku berada di kantor yang telah disiapkan untuk kami di Ma’had Arqam, Da’I Ibrahim Sily mendatangiku. Aku langsung mengenalnya dan aku ucapkan salam untuknya dan bertanya, “Apa yang kamu lakukan disini, wahai Ibrahim?” Ia menjawab, “Aku sedang mengunjungi tempat-tempat di Afrika Selatan untuk berdakwah kepada Allah swt.. Aku ingin mengeluarkan masyarakat negeriku dari api neraka, mengeluarkan mereka dari jalan yang gelap ke jalan yang terang dengan memasukkan mereka ke dalam agama Islam.”

Setelah Ibrahim selesai mengisahkan kepada kami bahwa perhatiannya sekarang hanya tertumpah untuk dakwah kepada agama Allah swt., ia meninggalkan kami menuju suatu daerah, medan dakwah yang penuh dengan pengorbanan di jalan Allah swt..

Aku perhatikan wajahnya berubah dan pakainnya bersinar. Aku heran ia tidak meminta bantuan dan tidak menjulurkan tangannya meminta sumbangan. Aku merasa ada yang mengalir di pipiku yang membangkitkan perasaan aneh. Perasaan ini seakan-akan berbicara kepadaku, “Kalian manusia yang mempermainkan dakwah, tidakkah kalian perhatikan para mujahid di jalan Allah!”

Benar wahai saudaraku. Kami telah tertinggal, kami berjalan lamban. Kami telah tertipu dengan kehidupan dunia, sementara orang-orang yang seperti Da’I Ibrahim Sily, Da’I berbangsa Spanyol Ahmad Sa’id berkorban, berjihad dan bertempur demi menyampaikan agama ini. Ya Rabb, rahmatilah kami.

***

Di kutip dari buku Gema Syahadat di negeri Paman Sam ( kisah-kisah muallaf yang menerima kebenaran islam).

Kisah ke lima belas dengan judul "MIMPI BERTEMU RASUL (kisah Ibrahim sily)".

Penerbit Citra Risalah Cetakan I, Safar 1430H/Februari 2009.

Sunday, August 26, 2012

If you love her, tell the world

Maksudnya sih biar lega... masalah buat loe.. *soimah mode on* kelebihan cowok dari cewek adalah, cowok punya hak untuk melamar dan memilih, sedangkan kelebihan cewek dari cowok adalah.. cewek punya hak buat nolak..
Em, boleh nggak sih kalau cewek yang memilih..? btw, memilih yang seperti apa dulu..? Kalau kamu cewek lalu samperin cowok yang kamu suka kemudian bilang, "bro, kapan loe mau ngelamar gue".. Si cowok pasti akan bingung jutaan keliling, tetapi cowok tetap akan menjawab... misalnya dengan bilang, "maaf, aku belum siap menikah.." atau, "maaf, kamu terlalu baik untukku".. sebenarnya, 90% cowok menyimpan satu jawaban yang khas, yaitu.. "alamak, kalau cantik sih nggak apa-apa.. standart begini, mau hidup bareng..? tiap pagi harus lihat wajah standar begini.. hadeeew, sakit mata akut diriku.." (just kidding)..

btw, you know.. dahulu Siti Khadijah ra pernah melakukannya, meminta kepada pamannya agar melamar Nabi Muhammad saw untuk menikah dengannya... ada banyak alasan sih, salah satunya adalah.. untuk menjaga aset Siti Khadijah ra saat itu, aset sebagai konglomerat yang perdagangannya dari syam hingga hijaz... aset jutaan dinar dan dirham.. dan saat itu, Siti Khadijah ra begitu yakin dengan pemuda jujur dan berakhlaq karimah seperti Nabi Muhammad saw... kalau posisi kamu seperti Siti Khadijah ra, mungkin pantes-pantes saja.. tapi, kalau hanya mahluk biasa-biasa saja.. maka, memilihlah dengan istikhara, bukan dengan nafsumu... cowok akan selalu menampilkan yang terbaik di hadapanmu, secara.. mereka adalah buaya terbaik di muka bumi, tetapi hanya ALLAH ta'ala saja yang tau siapakah dia, apakah baik ataukah hanya pura-pura baik, apakah mulia dihadapanNya atau hanya tampak luar yang terlihat bersahaja... kamu, punya cara untuk memilih dan bila kamu memilih cara lain selain dari cara yang dikehendaki olehNya, maka kamu telah keluar dari jalan yang dikehendaki oleh ALLAH ta'ala dan rasulNya...

Friday, August 24, 2012

smile...


lihat video klip ini, tersenyum sendiri... cinta ntuh sampe segitunya ya... nggak rasional, kerjain yang rasional saja lah... riset itu rasional, kerja juga rasional... kerja untuk ALLAH ta'ala juga rasional, kerja yang pasti, pasti, pasti; dibayar...

Monday, August 20, 2012

Duhai Dunia

Umar ra pada masa kekhalifahannya pernah bersabda, "seandainya ini (dunia) baik, maka seharusnya dia datang pada zaman rasulullah saw". Tahu kah kamu, apa yang terjadi saat itu..??? 2/3 dunia telah takluk di bawah perintah Khalifah Umar ra, kerajaan berusia ribuan tahun seperti Rome, Parsi, Syam, telah takluk, kekuasaan membentang hingga perbatasan China, Rusia, dan sebagian Eropa.

Dalam perjalanan fii sabilillah, rombongan rasulullah saw dan sahabat ra ajmain melihat bangkai kambing yang telah membusuk dan berulat, lalu rasulullah saw bersabda, "apakah kalian mau membeli bangkai ini?", para sahabat ra ajmain menjawab, "jangankan membelinya, diberi sebagai hadiah sekalipun kami enggan", lalu rasulullah saw bersabda, "sesungguhnya dunia ini lebih busuk dari pada bangkai kambing, tetapi banyak dari anak manusia akan bersusah payah mengejarnya"...

Jika terkesan pada dunia, sangat manusiawi, bahkan rasulullah saw pernah bersabda, "jika kamu takut neraka sebagaimana kamu takut miskin, maka kamu akan masuk surga"... takut miskin, memang manusiawi, tetapi banyak yang hilang iman karena mengejar dunia yang hina ini.. hilang iman? lupa bahwa ALLAH ta'ala yang memberi rejeki, tidak akan berkurang atau bertambah walau sebutir kurma.

Ali ra, untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya, hidup sebagai buruh.. bekerja pada seorang yahudi menimba air di sumur.. satu timba = satu biji kurma, setelah menimba beberapa saat dan sudah mencapai satu genggam, lalu Ali karamullahu wajhah berhenti dan menagih upahnya, Yahudi tadi berkata, "kenapa berhenti, teruskan... nanti aku tambah lagi upahmu", Ali ra berkata, "tidak, sudah cukup.. yang segenggam tadi sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga Ali hari ini".. melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda, dunia sebagai amanah, dunia yang akan dihisab perolehan dan penggunaannya... kenapa Ali ra bekerja untuk dunia secukupnya? karena Ali ra ingin lebih banyak waktunya bekerja untuk Agama ALLAH...

Kalau kamu ditakdirkan menjadi kaya raya, maka kamu akan menjadi kaya, dan jika kamu di takdirkan hanya hidup seadanya maka syukurilah, yang dikehendaki olehNya adalah apakah kamu kaya atau miskin, tetaplah ta'at pada ALLAH ta'ala.. dan bagaimana kita meletakkan keinginan kita dalam kehendak ALLAH ta'ala dan rasulNya...

Saturday, August 18, 2012

PreLaunchX Invitation

prelaunchX Invitation: You're invited to join prelaunchX


Kita mungkin terlalu awam untuk memulai bisnis online forex, tetapi di PreLaunchX kamu bisa memulai dengan $100 GRATIS dari PreLaunchX.

Tetapi jika kamu tidak mampu dan tidak berani untuk memulai, cukup jadi penonton 'active' yaitu dengan mengundang teman-teman lainnya untuk bergabung.. hanya bergabung, karena setiap teman, saudara, rekan, dan kenalan yang anda ajak dalam bisnis ini, maka setiap member sama dengan komisi USD 10/bulan.




Jadi, tunggu apa lagi... segera bergabung.. cukup dengan bergabung saja kamu akan mendapatkan $100. Tetapi jika mengajak teman lainnya, maka setiap teman yang bergabung menjadi komisi bagi kamu sebesar $10/bulan... mudah dan sederhana... visit link berikut dan mari bergabung...


gambar di atas merupakan report akun saya setelah bergabung sejak tanggal 18 Agustus 2012 sampai hari ini (23 Agustus 2012)... tunggu apa lagi, segera bergabung di http://prelaunchx.com/x/mawarjelita

Saturday, July 14, 2012

Paper tentang 'Agent Based Model'

Kemarin, asistensi ke sensei tentang simulasi evakuasi dengan menambahkan beberapa faktor internal dan eksternal. Lalu, sensei langsung terima... "very interesting, you can start from this location", kata sensei sambil nuding daerah tengah kota yang padat penduduk... OMG

Sorenya, abis asistensi.. bengong sejenak lalu bikin komik cowok ganteng.. ha3x... maklum, penyaluran bakat, energi positif kalau tidak disalurkan bisa jadi mudorat.. :D *ngeles mode on*


Kemarin, video di atas dipakai untuk presentasi riset selanjutnya, tentang paper penutup, paper ke 4 selama sekulah doctor di Miyazaki, yeeeee... (tepuk tangan yang meriah), the problem is... aku, belum lagi paham tentang java programing dan RepastSimphony yang terintegrasi dengan ArcGIS.. "Ya ALLAH, pahamkan dalam waktu 2 minggu ini ya, pliiisssss... You know kan, sudah diminta draft papernya bulan Agustus besok.. itu kan 2 minggu lagi Ya ALLAH... huaaaa" *nangis bombay*

Thursday, July 12, 2012

Alhamdulillah...

Tahun ke-2 sebagai mahasiswa doctor hampir selesai, bulan Agustus besok akan segera masuk sesi baru... menjadi mahasiswa doctor tahun ke-3. Lulus tahun depan..? masih tanda tanya, walau sudah produksi 3 jurnal Internasional (2 JSCE dan 1 CPIJ), tapi... tetap saja, siapa bisa jamin kalau tahun depan bisa lulus..?

Umi, kian hari kian merasakan.. dianggurin, dicuekin.. aku pulang malam, pagi buta sudah berangkat (loper koran dulu sih) dan pergi ke kampus. Ngobrol dengan Umi hanya sekedarnya, main dengan anak-anak.. paling sama Umair doang, secara kesenangan kami sama.. main game balap mobil di iPad (Asphalt 7: HEAT), kadang di-setting multi player via gigi biru (bluetooth)... apalagi kalau dipilihkan mobil polisi, ha.. ha.. ha.. Umer akan nyeletuk, "oles ndak ada? fire engine ndak ada?" (Oles ntuh ambulance, tapi bahasa italia yang pengucapannya adalah lambules.. maklum, belajar via iPad)...

Alhamdulillah, bentar lagi romadhon... em, jadi teringat saat sedang i'tikaf di masjid bulan romadhon 4 tahun lalu (3 atau 4 tahun lalu ya..? sudah lupa), aku bertemu dengan Ayahnya dalam salah satu mimpiku dan Ayahnya menyerahkan cangkir terbuat dari besi.. aku, tidak dengan serta merta menerimanya, bahkan saat itu aku tidak menyentuh cangkir yang disodorkan padaku.. saat itu, dalam benakku adalah.. apa isi cangkir besi itu..? Adakah panas ataukah dingin, jika panas maka baranya akan membakar telapak tanganku, dan jika dingin telapak tanganku juga akan membeku....

Ah, sudah sejak lama aku meninggalkan apa saja pesan yang tertuang dalam mimpiku... apakah itu tentang huru hara isi dunia, atau hanya sekedar bunga tidur... Alhamdulillah, dia tidak lebih dari orang yang pernah aku kenal.. hmfftt, kalau saja dia menjadi bagian dari hidupku, kebayang... bakal dianggurin pangkat tiga.. Umi yang ada di dekatku saja dicuekin, apalagi yang ada di belalahan bumi lainnya... 5 tahun lalu aku pernah menulis tentang "aku tidak bisa".. cerita tentang masa depan, dan hari ini aku mulai sadar bahwa.. aku memang tidak bisa karena aku lebih suka sibuk dengan urusanku sendiri... maaf, bawaan orok.. super cuek... tidak begitu suka urusin masalah orang lain...

Romadhon, prepare amalan... hmmmffftt, seharusnya pergi ke utara, sampaikan pentingnya agama pada orang-orang Jepang di utara (akhir Juni kemarin hanya sempat 2 hari singgah di Hakodate, Hokaido... itupun untuk conference JSCE, tidak lebih). Tapi apa daya... sabtu minggu saja tetap ke kampus, nggak ada libur musim panas, yang ada.. kerjakan semua riset dengan segera supaya segera lulus.. gambatte kudasai... la quwata ila billah...

Thursday, May 24, 2012

Mengapa Aku Harus Menikahimu?

Ini adalah kisah seorang pemuda tampan yang shalih dalam memilih calon istri, kisah ini tak bisa dipastikan fakta atau tidak, namun semoga pelajaran yang ada didalamnya dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama Muslimah yang belum menikah semoga menjadi renungan.

Ia sangat tampan, taat (shalih), berpendidikan baik, orangtuanya menekannya untuk segera menikah.

Mereka, orangtuanya, telah memiliki banyak proposal yang datang, dan dia telah menolaknya semua. Orangtuanya berpikir, mungkin saja ada seseorang yang lain yang berada di pikirannya.

Namun setiap kali orangtuanya membawa seorang wanita ke rumah, pemuda itu selalu mengatakan “dia bukanlah orangnya!”

Pemuda itu menginginkan seorang gadis yang relijius dan mempraktekkan agamanya dengan baik (shalihah). Suatu malam, orangtuanya mengatur sebuah pertemuan untuknya, untuk bertemu dengan seorang gadis, yang relijius, dan mengamalkan agamanya. Pada malam itu, pemuda itu dan seorang gadis yang dibawa orangtuanya, dibiarkan untuk berbicara, dan saling menanyakan pertanyaan satu sama lainnya, seperti biasa.

Pemuda tampan itu, mengizinkan gadis itu untuk bertanya terlebih dahulu.

Gadis itu menanyakan banyak pertanyaan terhadap pemuda itu, dia menanyakan tentang kehidupan pemuda itu, pendidikannya, teman-temannya, keluarganya, kebiasaannya, hobinya, gaya hidupnya, apa yang ia sukai, masa lalunya, pengalamannya, bahkan ukuran sepatunya…

Si pemuda tampan menjawab semua pertanyaan gadis itu, tanpa melelahkan dan dengan sopan. Dengan tersenyum, gadis itu telah lebih dari satu jam, merasa bosan, karena ia sedari tadi yang bertanya-tanya, dan kemudian meminta pemuda itu, apakah ia ingin bertanya sesuatu padanya?

Pemuda itu mengatakan, baiklah, Saya hanya memiliki 3 pertanyaan. Gadis itu berpikir girang, baiklah hanya 3 pertanyaan, lemparkanlah.

Pemuda itu menanyakan pertanyaan pertama:

Pemuda: Siapakah yang paling kamu cintai di dunia ini, seseorang yang dicintai yang tidak ada yang akan pernah mengalahkannya?

Gadis: Ini adalah pertanyaan mudah, ibuku. (katanya sambil tersenyum)

Pertanyaan ke-2

Pemuda: Kamu bilang, kamu banyak membaca Al-Qur’an, bisakah kamu memberitahuku surat mana yang kamu ketahui artinya?

Gadis: (Mendegar itu wajah si Gadis memerah dan malu), aku belum tahu artinya sama sekali, tetapi aku berharap segera mengetahuinya insya Allah, aku hanya sedikit sibuk.

Pertanyaan ke-3

Pemuda: Saya telah dilamar untuk menikah, dengan gadis-gadis yang jauh lebih cantik daripada dirimu, Mengapa saya harus menikahimu?

Gadis: (Mendengar itu si Gadis marah, dia mengadu ke orangtuanya dengan marah), Aku tidak ingin menikahi pria ini, dia menghina kecantikan dan kepintaranku.

Dan akhirnya orangtua si pemuda sekali lagi tidak mencapai kesepakatan menikah. Kali ini orangtua si pemuda sangat marah, dan mengatakan “mengapa kamu membuat marah gadis itu, keluarganya sangat baik dan menyenangkan, dan mereka relijius seperti yang kamu inginkan. Mengapa kamu bertanya (seperti itu) kepada gadis itu? beritahu kami!”.

Pemuda itu mengatakan, Pertama aku bertanya kepadanya, siapa yang paling kamu cintai? dia menjawab, ibunya. (Orangtuanya mengatakan, “apa yang salah dengan itu?”) pemuda itu menjawab, “Tidaklah dikatakan Muslim, hingga dia mencintai Allah dan RasulNya (shalallahu’alaihi wa sallam) melebihi siapapun di dunia ini”. Jika seorang wanita mencintai Allah dan Nabi (shalallahu’alaihi wa sallam) lebih dari siapapun, dia akan mencintaiku dan menghormatiku, dan tetap setia padaku, karena cinta itu, dan ketakutannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan kami akan berbagi cinta ini, karena cinta ini adalah yang lebih besar daripada nafsu untuk kecantikan.

Pemuda itu berkata, kemudian aku bertanya, kamu banyak membaca Al-Qur’an, dapatkan kamu memberitahuku arti dari salah satu surat? dan dia mengatakan tidak, karena belum memiliki waktu. Maka aku pikir semua manusia itu mati, kecuali mereka yang memiliki ilmu. Dia telah hidup selama 20 tahun dan tidak menemukan waktu untuk mencari ilmu, mengapa Aku harus menikahi seorang wanita yang tidak mengetahui hak-hak dan kewajibannya, dan apa yang akan dia ajarkan kepada anak-anakku, kecuali bagaimana untuk menjadi lalai, karena wanita adalah madrasah (sekolah) dan guru terbaik. Dan seorang wanita yang tidak memiliki waktu untuk Allah, tidak akan memiliki waktu untuk suaminya.

Pertanyaan ketiga yang aku tanyakan kepadanya, bahwa banyak gadis yang lebih cantik darinya, yang telah melamarku untuk menikah, mengapa Aku harus memilihmu? itulah mengapa dia mengadu, marah. (Orangtua si pemuda mengatakan bahwa itu adalah hal yang menyebalkan untuk dikatakan, mengapa kamu melakukan hal semacam itu, kita harus kembali meminta maaf). Si pemuda mengatakan bahwa Nabi (shalallahu’alaihi wa sallam) mengatakan “jangan marah, jangan marah, jangan marah”, ketika ditanya bagaimana untuk menjadi shalih, karena kemarahan adalah datangnya dari setan. Jika seorang wanita tidak dapat mengontrol kemarahannya dengan orang asing yang baru saja ia temui, apakah kalian pikir dia akan dapat mengontrol amarah terhadap suaminya??

Pelajaran akhlak dari kisah tersebut adalah, pernikahan berdasarkan:

Ilmu, bukan hanya penampilan (kecantikan)
Amal, bukan hanya berceramah atau bukan hanya membaca
Mudah memaafkan, tidak mudah marah
Ketaatan/ketundukan/keshalihan, bukan sekedar nafsu
Dan memilih pasangan yang seharusnya:

Mencitai Allah lebih dari segalanya
Mencintai Rasulullah (shalallahu ‘alai wa sallam) melebihi manusia manapun
Memiliki ilmu Islam, dan beramal/berbuat sesuai itu.
Dapat mengontrol kemarahan
Dan mudah diajak bermusyawarah, dan semua hal yang sesuai dengan ketentuan Syari’at Islam.
Rasulullah shalalahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

“Wanita dinikahi karena empat hal, [pertama] karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Carilah yang agamanya baik, jika tidak maka kamu akan tersungkur fakir”. (HR. Bukhori no. 5090, Muslim no. 1466)

oleh: Zafaran

(muslimahzone.com/arrahmah.com)

Sunday, May 20, 2012

Di bawah naungan senyum rembulan

Hmmm, lagi liat film youtube tentang bulan.. koq jadi inget senyum rembulan ya.. saat itu, pulang kantor, buka jendela apartemen lebar-lebar lalu bawa kursi tengah ke teras dan duduk berdua dengan Sarah di bawah sengat sinar rembulan..

Aku: "Sarah, kamu tahu apa yang sedang dilakukan oleh rembulan saat ini"
Sarah: "Apaan, memangnya kamu tau?"
Aku: "bulan sedang tersenyum padamu"
Sarah: "aah, ada-ada saja.. kenapa bisa dia tersenyum padaku"
Aku: "eh, salah.. redaksinya adalah.. dia tersenyum melihatmu"
Sarah: "tersenyum melihatku, karena apa"
Aku: "karena melihat aku ada di sampingmu"
Sarah: "em.. masih bingung nih..."
Aku: "ya tentu saja bulan tersenyum, kamu yang cantik dan sempurna seharusnya bisa mendapatkan yang lebih baik daripada aku, koq hanya dapet cowok kucel seperti aku.. karenanya bulan tersenyum"
Sarah: "John, jangan pernah berkata seperti itu.. kamu adalah anugerah bagi hidupku.. langit, bumi, serta apa-apa yang tercipta diantara keduanya telah ditakdirkan untuk mentaati ALLAH, begitu juga dengan aku.. tapi engkau, adalah jalan terbaik bagiku untuk lebih mencintai ALLAH"
Aku: "la ilaha ilallah, la quwata ila billah... aku serahkan seluruh nyawaku hanya untuk mencintai ALLAH, dan aku serahkan separuh akalku untuk mencintaimu"
Sarah: "koq separuh akalmu untuk mencintai aku sih, seluruh akalmu sekalipun untuk mencintai ALLAH, bukan untuk mencitai makhluk, kamu tau kan.. dosa terbesar, dosa yang tidak terampunkan adalah syirik, tidak perduli syirik kecil, ataupun syirik besar..."
Aku: "dahulu, Umar bin Khatab ra pernah mengucapkan hal yang serupa, beliau berkata 'aku serahkan separuh nyawaku untuk ALLAH' lalu rasulullah saw meralatnya, 'wahai Umar, katakan seluruhnya karena ALLAH menginginkan seluruhnya' lalu Umar ra pun mengulangi kalimatnya, 'aku serahkan seluruh nyawaku hanya untuk ALLAH dan rasulNya'... kemudian rasulullah saw bersabda, 'benar demikian Umar, benar demikian' dan kali ini, aku ingin melihat reaksi darimu, ternyata kamu, bidadariku telah meralatnya sebagaimana dahulu kekasihku rasulullah saw telah meralat kalimat Umar ra, maka.. dibawah senyum rembulan aku akan meralat kalimatku, aku serahkan seluruh jiwa dan ragaku hanya untuk mencintai ALLAH aza wajallah"
Sarah: "benar, demikianlah yang dikehendaki oleh ALLAH dan rasulnya"
Aku: "Sarah, kamu tahu.. hari ini, banyak alasan orang mencintai dan tidak hanya karena ALLAH, ada karena harta, karena syahwat dan banyak lagi.. dan, tahu kah kamu alasan aku mencintaimu?"
Sarah: "waaaaa.. pertanyaan yang bikin hati berdebar nih, aku juga punya pertanyaan.. tahu kah kamu apa alasanku menerima pinanganmu?"
Aku: "jiaaaah, curang.. aku kan tanya duluan, koq kamu balik tanya sih.. jawab tanyaku dulu dong.."
Sarah: "Apaan ya? em.. kamu mencintai aku karena ALLAH.. betul tidak.."
Aku: "tepat sekali..."
Sarah: "haaa, gitu doang... koq nggak seru sih..."
Aku: "memangnya kamu ingin jawabannya seperti apa?"
Sarah: "apa lah, yang bikin jantung berdegub kencang.. hi3x.."
Aku: "Em, bgimana kalau jawabannya adalah.. aku memang mencintai kamu karena ALLAH, untuk sempurnakan agamaku, dan sebagai sarana bagi aku untuk mendapatkan naungan dari orang-orang pilihan ALLAH.. dan juga, untuk mententramkan hatiku, siapa sih nggak pengen punya istri cantik, seksi, asoy geboy seperti kamu, lihat bayangan kamu saja kejantananku langsung bereaksi, dan saat aku melihat bola matamu yang indah, rasanya seluruh persendian tulangku lepas, apalagi kalau mendengarkan lidahmu berdzikir, dan suaranya melewati bibir seksimu itu, alamak.. klepek-klepeklah diriku ini..."
Sarah: "astaghfirullah.. jawabannya bener-bener diluar dugaan, pengen cubit kamu... cubit cubit cubit cubit cubit..."

Waaah, gaswat nih.. kalau sudah segmen cubit, habislah badan awak ini dicubit kecil-kecil oleh jemari lentiknya..
Aku: "aduh, stop.. sakit.."
Sarah: "sudah nyerah belum...?"
Aku: "sudah, nyerah deh... lalu, kenapa kamu menerima pinanganku"
Sarah: "karena, aku suka dengan sosok yang tidak dibuat-buat, tampil apa adanya, dan yang paling penting adalah.. aku, suka pemuda tampan yang beriman dan imannya menghunjam sampai ke akar sanubarinya"
Aku: "waaaa, fitnah nih... bagaimana kamu bisa tau tentang imanku, imanku itu tipis sekali, bahkan lebih tipis dari kulit bawang, bagaimana kulit bawang bisa menghunjam dan kulit bawang tidak pernah punya akar.."
Sarah: "akan tiba suatu masa, semua akan terjawab... la ilaha ilallah, la quwata ila billah"
Aku: "la quawata ila billah..."

Tuesday, May 15, 2012

Hanya setahun sekali (?)

Hari ini, jam 08.00 pm.. berencana 'traktir' orang se-kibanadai karena ulang tahun.. sebenarnya bagi dua sih, ada yang ulang tahun juga bulan Mei.. wait a minute, you know kan.. bukan gue banget kalau pas ulang tahun lalu ada acara traktir-traktir.. tapi, kata teman dari lab kiyotake, "hanya setahun sekali ini saja, daijobu".. em, karena ada perasaan bersalah, akhirnya ditebus dengan kirim duit dengan budget setara traktiran ntar malem ke rekening Rumah Yatim.. hmmmffft, bukannya kalau buat sedekah mestinya tepat sasaran..! Sudah tajir semua koq ditraktir, mending traktir anak yatim.. kasih duit buat sekulah mereka.. manfaat, jadi amal jariyah.. btw, semoga dimaafkan olehNya.. ALLAHumaghfirlana ya rabbul alamin.. karena setiap orang punya sudut pandang yang berbeda-beda dalam memandang akhirat mereka.. prepare your jannah, please..!

Catatan kecil 'anggota' ISTI (Bagian 8)

Hello every body, lama nggak nongol nih.. hampir 5 bulan.. btw, ini mau ngelanjutin tentang ISTI the series.. kali ini wawancara dengan Pak B.. em, ada permintaan agar tidak menyebut initial, tetapi nama yang disamarkan. Misalnya Pak A menjadi Pak Arman, Pak B menjadi Pak Bambang, dan sebagainya... ok, ini juga masih konsep.. ntar, full version akan diperbaiki dalam format novel dan juga manuscript untuk film pendek the series..

Setelah janjian bertemu, diputuskan untuk ngobrol di apartemen Pak B dan tentu saja tempat tinggal ibu sekertaris yang menyandang predikat istri kedua Pak B.. *ada yang salah dengan menjadi istri ke 2..? tauk deh... all about our culture and about image in your brain.. dude*

Mr. X: "hello Pak, bagaimana kabarnya, baik..?"
Pak B: "yah, begitulah.. setiap hari sibuk..."
Mr. X: "oh, iya.. maaf sebelumnya, karena ngobrol kita kali ini memang tentang masalah yang sifatnya pribadi, dan.. kalau memang merasa tidak harus disampaikan, menurut saya tidak perlu diceritakan..."
Pak B: "ok, saya akan menyampaikan hal penting saja, dan tidak terlalu pribadi.. privasi seseorang kan memang ada batasnya, bukan untuk publik dan tidak harus diexpose semua seperti artis.."
Mr. X: "ha.. ha.. ha.. Bapak, bisa saja.. baik lah, langsung saja pak.. em, kehidupan rumah tangga Bapak tergolong unik, dimana Bapak sudah berkeluarga dan saat ini memutuskan untuk menikah lagi dan dengan sekertaris bapak sendiri... em, istri ke dua tidak menuntut yang macam-macam nih pak? bukannya beberapa hari lalu istri pertama Bapak datang ke apartemen dan marah-marah, apakah belum pernah cerita sebelumnya? berarti hubungan Bapak dengan nyonya sekertaris memang drahasiakan?"
Pak B: "waaaaa.. pertanyaannya koq banyak dan panjang yah.. em, untuk menjawab ini, baiknya saya panggil istri saya dan juga sekertaris saya.."

OK, forum semakin panas.. ada Pak B, nyonya sektertaris dan juga sang eksekutor, Mr X

Pak B: "beib, sini deh... ngobrol sama tamu kita"
Mr. X: "jiaaah, mesra amat manggilnya, seperti anak muda jaman sekarang.."
Pak B: "umur boleh banyak mas, tapi tentang cinta... jiwa muda.. ha3x.."
Ny S: "ada apaan sih, lagi sibuk nih.. atur schedule kamu buat minggu depan.."
Mr. X: "selamat sore bu, saya dari ArsitekBersastra.. hanya obrolan ringan dengan Bapak, senang sekali kalau ibu bisa bergabung.."
Ny S: "ngobrol tentang apaan nih, proyek, tender atau apaan.."
Pak B: "cinta, koq mikir kerjaan terus sih... rilex sejenak lah... mas nya ini mau tanya-tanya tentang hubungan kita, katanya sih mau di-novel-kan gitu, bener kan mas? from the real story..."
Mr. X: "eh, iya pak.. kalau saya tulis-tulis memang biasanya dari real story.. tapi, kadang dimodifikasi sedikit sesuai pesanan dari reviewer.. misalnya, kalau di Malaysia, publisher tertentu tidak ingin ada kalimat-kalimat yang dianggap tabu di tempat mereka..."
Ny S: "waaah, menarik sekali... ini mau ngobrol tentang apaan?"
Mr. X: "langsung saja ya bu, em.. tentang hubungan antara Bapak dan Ibu, memang sengaja dirahasiakan atau bagaimana?"
Ny S: "kalau saya sih, inginnya tidak ada rahasia-rahasiaan.. terus terang, saya menerima Pak B sebagai suami saya juga dengan penuh pertimbangan, dan alasan yang paling mendasar adalah saya tidak ingin main-main untuk masalah pasangan hidup"
Mr. X: "hmmm, begitu ya bu, tapi kan Pak B sudah punya keluarga, punya istri dan juga anak, apakah Ibu tidak merasa sebagai orang ke-3 diantara mereka?"
Ny S: "emmm, ini memang tentang sudut pandang mas, saya sama sekali tidak mempermasalahkan status Pak B, yang mempermasalahkan hubungan kami adalah istri pertamanya, kemarin saya dilabrak, dicaci maki, dihina, direndah-rendahkan.. saya emosi, saya balas dengan kata-kata senada.. mbok yo dia ambil kaca yang gedhe, trus lihat diri sendiri, lelaki mana yang bisa tahan dengan kelakuannya..! nggak merawat diri, lemak merata diseluruh badan, hadeeeew... gitu mau ngatain kalau saya mengganggu rumah tangga, perusak keluarganya.. wong saya juga nggak minta suami untuk menceraikan dia, kurang baik apa sih saya..? jadwal, kalau Pak B mau ke apartemen dan tidur di sini, silahkan.. mau ke rumah istri tuanya, monggo... tetapi dalam hal ini, status saya jelas.. istri yang syah.."
Mr. X: "jarang lho bu ada yang mau jadi istri ke dua, tapi alasan yang ibu lontarkan tadi memang rasional hanya saja.. ya, gitu deh... sepertinya kultur kita memang belum bisa menerima dengan baik.. istri kesekian pasti dicap sebagai perusak rumah tangga dan stempel ini sudah sangat umum"
Ny S: "yaaah, tersera kata orang sih mas.. makanya saya memilih untuk tinggal di apartemen, kalau tinggal di rumah komplek dan sejenisnya, tentu jadi omongan tetangga, tapi kalau di apartemen... this is gue.. dan ada yang lebih penting, saya memang nggak ngerti-ngerti amat tentang agama, tapi.. selama masih di jalan yang diridhoi olehNya, terserah orang lain mau bilang apa..."
Pak B: "beib, keren amat ngomongnya... iya dah, ikut.. selama masih di jalan yang diridhoi olehNya"
Ny S: "yaaah, ikut-ikut... kemarin istri kamu marah-marah, kamunya diem aja.."
Pak B: "yeeee, kalau ikut-ikutan ntar dikira belain salah satu, mending diem aja.. urusan para istri, meletakkan posisi sebagai juri yang netral saja deh.."

Sumpe, bingung... ini mereka pada ngobrol sendiri, helloooo.. ada tamu nih, kenape aye dianggurin.. he3x.. OK, untuk sementara sampai di sini dulu, ntar sambung lagi pada bagian ke 9, sebab obrolan dengan Pak B belum tergali sama sekali... tunggu tanggal mainnya.. :-)

Tuesday, April 10, 2012

Ketika Derita Mengabadikan Cinta

Kini tiba saatnya kita semua mendengarkan nasihat pernikahan untuk kedua mempelai yang akan disampaikan oleh yang terhormat Prof. Dr. Mamduh Hasan Al-Ganzouri . Beliau adalah Ketua Ikatan Dokter Kairo dan Dikrektur Rumah Sakit Qashrul Aini, seorang pakar syaraf terkemuka di Timur Tengah, yang tak lain adalah juga dosen kedua mempelai. Kepada Professor dipersilahkan. ..;

Suara pembawa acara walimatul urs itu menggema di seluruh ruangan resepsi pernikahan nan mewah di Hotel Hilton Ramses yang terletak di tepi sungai Nil, Kairo. Seluruh hadirin menanti dengan penasaran, apa kiranya yang akan disampaikan pakar syaraf jebolan London itu. Hati mereka menanti-nanti mungkin akan ada kejutan baru mengenai hubungan pernikahan dengan kesehatan syaraf dari professor yang murah senyum dan sering nongol di televisi itu. Sejurus kemudian, seorang laki-laki separuh baya berambut putih melangkah menuju podium. Langkahnya tegap. Air muka di wajahnya memancarkan wibawa. Kepalanya yang sedikit botak, meyakinkan bahwa ia memang seorang ilmuan berbobot. Sorot matanya yang tajam dan kuat, mengisyaratkan pribadi yang tegas. Begitu sampai di podium, kamera video dan lampu sorot langsung shoot ke arahnya. Sesaat sebelum bicara, seperti biasa, ia sentuh gagang kacamatanya, lalu... Bismillah, alhamdulillah, washalatu was salamu\'ala Rasulillah, amma ba\'du. Sebelumnya saya mohon ma\'af , saya tidak bisa memberi nasihat lazimnya para ulama, para mubhaligh dan para ustadz. Namun pada kesempatan kali ini perkenankan saya bercerita... Cerita yang hendak saya sampaikan kali ini bukan fiktif belaka dan bukan cerita biasa. Tetapi sebuah pengalaman hidup yang tak ternilai harganya, yang telah saya kecap dengan segenap jasad dan jiwa saya. Harapan saya, mempelai berdua dan hadirin sekalian yang dimuliakan Allah bisa mengambil hikmah dan pelajaran yang dikandungnya. Ambilah mutiaranya dan buanglah lumpurnya. Saya berharap kisah nyata saya ini bisa melunakkan hati yang keras, melukiskan nuansa-nuansa cinta dalam kedamaian, serta menghadirkan kesetiaan pada segenap hati yang menangkapnya. Tiga puluh tahun yang lalu ... Saya adalah seorang pemuda, hidup di tengah keluarga bangsawan menengah ke atas. Ayah saya seorang perwira tinggi, keturunan & Pasha; yang terhormat di negeri ini. Ibu saya tak kalah terhormatnya, seorang lady dari keluarga aristokrat terkemuka di Ma\'adi, ia berpendidikan tinggi, ekonom jebolan Sorbonne yang memegang jabatan penting dan sangat dihormati kalangan elit politik di negeri ini. Saya anak sulung, adik saya dua, lelaki dan perempuan. Kami hidup dalam suasana aristokrat dengan tatanan hidup tersendiri. Perjalanan hidup sepenuhnya diatur dengan undang-undang dan norma aristokrat. Keluarga besar kami hanya mengenal pergaulan dengan kalangan aristokrat atau kalangan high class yang sepadan! Entah kenapa saya merasa tidak puas dengan cara hidup seperti ini. Saya merasa terkukung dan terbelenggu dengan strata sosial yang didewa-dewakan keluarga. Saya tidak merasakan benar hidup yang saya cari. Saya lebih merasa hidup justru saat bergaul dengan teman-teman dari kalangan bawah yang menghadapi hidup dengan penuh rintangan dan perjuangan. Hal ini ternyata membuat gusar keluarga saya, mereka menganggap saya ceroboh dan tidak bisa menjaga status sosial keluarga. Pergaulan saya dengan orang yang selalu basah keringat dalam mencari pengganjal perut dianggap memalukan keluarga. Namun saya tidak peduli. Karena ayah memperoleh warisan yang sangat besar dari kakek, dan ibu mampu mengembangkannya dengan berlipat ganda, maka kami hidup mewah dengan selera tinggi. Jika musim panas tiba, kami biasa berlibur ke luar negri, ke Paris, Roma, Sydney atau kota besar dunia lainnya. Jika berlibur di dalam negeri ke Alexandria misalnya, maka pilihan keluarga kami adalah hotel San Stefano atau hotel mewah di Montaza yang berdekatan dengan istana Raja Faruq.

Begitu masuk fakultas kedokteran, saya dibelikan mobil mewah. Berkali-kali saya minta pada ayah untuk menggantikannya dengan mobil biasa saja, agar lebih enak bergaul dengan teman-teman dan para dosen. Tetapi beliau menolak mentah-mentah. Justru dengan mobil mewah itu kamu akan dihormati siapa saja; tegas ayah. Terpaksa saya pakai mobil itu meskipun dalam hati saya membantah habis-habisan pendapat materialis ayah. Dan agar lebih nyaman di hati, saya parkir mobil itu agak jauh dari tempat kuliah. Ketika itu saya jatuh cinta pada teman kuliah. Seorang gadis yang penuh pesona lahir batin. Saya tertarik dengan kesederhanaan, kesahajaan, dan kemuliaan ahlaknya. Dari keteduhan wajahnya saya menangkap dalam relung hatinya tersimpan kesetiaan dan kelembutan tiada tara. Kecantikan dan kecerdasannya sangat menajubkan. Ia gadis yang beradab dan berprestasi, sama seperti saya. Gayung pun bersambut. Dia ternyata juga mencintai saya. Saya merasa telah menemukan pasangan hidup yang tepat. Kami berjanji untuk menempatkan cinta ini dalam ikatan suci yang diridhai Allah, yaitu ikatan pernikahan. Akhirnya kami berdua lulus dengan nilai tertinggi di fakultas. Maka datanglah saat untuk mewujudkan impian kami berdua menjadi kenyataan. Kami ingin memadu cinta penuh bahagia di jalan yang lurus. Saya buka keinginan saya untuk melamar dan menikahi gadis pujaan hati pada keluarga. Saya ajak dia berkunjung ke rumah. Ayah, ibu, dan saudara-saudara saya semuanya takjub dengan kecantikan, kelembutan, dan kecerdasannya. Ibu saya memuji cita rasanya dalam memilih warna pakaian serta tutur bahasanya yang halus. Usai kunjungan itu, ayah bertanya tentang pekerjaan ayahnya. Begitu saya beritahu, serta merta meledaklah badai kemarahan ayah dan membanting gelas yang ada di dekatnya. Bahkan beliau mengultimatum: Pernikahan ini tidak boleh terjadi selamanya! Beliau menegaskan bahwa selama beliau masih hidup rencana pernikahan dengan gadis berakhlak mulia itu tidak boleh terjadi. Pembuluh otak saya nyaris pecah pada saat itu menahan remuk redam kepedihan batin yang tak terkira. Hadirin semua, apakah anda tahu sebabnya? Kenapa ayah saya berlaku sedemikian sadis? Sebabnya, karena ayah calon istri saya itu tukang cukur....tukang cukur, ya... sekali lagi tukang cukur! Saya katakan dengan bangga. Karena, meski hanya tukang cukur, dia seorang lelaki sejati. Seorang pekerja keras yang telah menunaikan kewajibannya dengan baik kepada keluarganya. Dia telah mengukir satu prestasi yang tak banyak dilakukan para bangsawan;Pasha;. Lewat tangannya ia lahirkan tiga dokter, seorang insinyur dan seorang letnan, meskipun dia sama sekali tidak mengecap bangku pendidikan. Ibu, saudara dan semua keluarga berpihak kepada ayah. Saya berdiri sendiri, tidak ada yang membela. Pada saat yang sama adik saya membawa pacarnya yang telah hamil 2 bulan ke rumah. Minta direstui. Ayah ibu langsung merestui dan menyiapkan biaya pesta pernikahannya sebesar 500 ribu ponds. Saya protes kepada mereka, kenapa ada perlakuan tidak adil seperti ini? Kenapa saya yang ingin bercinta di jalan yang lurus tidak direstui, sedangkan adik saya yang jelas-jelas telah berzina, bergonta-ganti pacar dan akhirnya menghamili pacarnya yang entah yang ke berapa di luar akad nikah malah direstui dan diberi fasilitas maha besar? Dengan enteng ayah menjawab. ;Karena kamu memilih pasangan hidup dari strata yang salah dan akan menurunkan martabat keluarga, sedangkan pacar adik kamu yang hamil itu anak menteri, dia akan menaikkan martabat keluarga besar Al Ganzouri.; Hadirin semua, semakin perih luka dalam hati saya. Kalau dia bukan ayah saya, tentu sudah saya maki habis-habisan. Mungkin itulah tanda kiamat sudah dekat, yang ingin hidup bersih dengan menikah dihalangi, namun yang jelas berzina justru difasilitasi.

Dengan menyebut asma Allah, saya putuskan untuk membela cinta dan hidup saya. Saya ingin buktikan pada siapa saja, bahwa cara dan pasangan bercinta pilihan saya adalah benar. Saya tidak ingin apa-apa selain menikah dan hidup baik-baik sesuai dengan tuntunan suci yang saya yakini kebenarannya. Itu saja. Saya bawa kaki ini melangkah ke rumah kasih dan saya temui ayahnya. Dengan penuh kejujuran saya jelaskan apa yang sebenarnya terjadi, dengan harapan beliau berlaku bijak merestui rencana saya. Namun, la haula wala quwwata illa billah, saya dikejutkan oleh sikap beliau setelah mengetahui penolakan keluarga saya. Beliaupun menolak mentah-mentah untuk mengawinkan putrinya dengan saya. Ternyata beliau menjawabnya dengan reaksi lebih keras, beliau tidak menganggapnya sebagai anak jika tetap nekad menikah dengan saya. Kami berdua bingung, jiwa kami tersiksa. Keluarga saya menolak pernikahan ini terjadi karena alasan status sosial , sedangkan keluarga dia menolak karena alasan membela kehormatan. Berhari-hari saya dan dia hidup berlinang air mata, beratap dan bertanya kenapa orang-orang itu tidak memiliki kesejukan cinta? Setelah berpikir panjang, akhirnya saya putuskan untuk mengakhiri penderitaan ini. Suatu hari saya ajak gadis yang saya cintai itu ke kantor ma’dzun syari (petugas pencatat nikah) disertai 3 orang sahabat karibku. Kami berikan identitas kami dan kami minta ma’dzun untuk melaksanakan akad nikah kami secara syari\'ah mengikuti mahzab imam Hanafi. Ketika Ma'dzun menuntun saya, ;Mamduh, ucapkanlah kalimat ini: Saya terima nikah kamu sesuai dengan sunatullah wa rasulih dan dengan mahar yang kita sepakati bersama serta dengan memakai mahzab Imam Abu Hanifah.; Seketika itu bercucuranlah air mata saya, air mata dia dan air mata 3 sahabat saya yang tahu persis detail perjalanan menuju akad nikah itu. Kami keluar dari kantor itu resmi menjadi suami-isteri yang sah di mata Allah SWT dan manusia. Saya bisikkan ke istri saya agar menyiapkan kesabaran lebih, sebab rasanya penderitaan ini belum berakhir. Seperti yang saya duga, penderitaan itu belum berakhir, akad nikah kami membuat murka keluarga.

Prahara kehidupan menanti di depan mata. Begitu mencium pernikahan kami, saya diusir oleh ayah dari rumah. Mobil dan segala fasilitas yang ada disita. Saya pergi dari rumah tanpa membawa apa-apa. Kecuali tas kumal berisi beberapa potong pakaian dan uang sebanyak 4 pound saja! Itulah sisa uang yang saya miliki sehabis membayar ongkos akad nikah di kantor ma'dzun. Begitu pula dengan istriku, ia pun diusir oleh keluarganya. Lebih tragis lagi ia hanya membawa tas kecil berisi pakaian dan uang sebanyak 2 pound, tak lebih! Total kami hanya pegang uang 6 pound atau 2 dolar!!! Ah, apa yang bisa kami lakukan dengan uang 6 pound? Kami berdua bertemu di jalan layaknya gelandangan. Saat itu adalah bulan Februari, tepat pada puncak musim dingin. Kami menggigil, rasa cemas, takut, sedih dan sengsara campur aduk menjadi satu. Hanya saja saat mata kami yang berkaca-kaca bertatapan penuh cinta dan jiwa menyatu dalam dekapan kasih sayang , rasa berdaya dan hidup menjalari sukma kami. ;Habibi, maafkan kanda yang membawamu ke jurang kesengsaraan seperti ini. Maafkan Kanda!; ;Tidak... Kanda tidak salah, langkah yang kanda tempuh benar. Kita telah berpikir benar dan bercinta dengan benar. Merekalah yang tidak bisa menghargai kebenaran. Mereka masih diselimuti cara berpikir anak kecil. Suatu ketika mereka akan tahu bahwa kita benar dan tindakan mereka salah. Saya tidak menyesal dengan langkah yang kita tempuh ini. Percayalah, insya Allah, saya akan setia mendampingi kanda, selama kanda tetap setia membawa dinda ke jalan yang lurus. Kita akan buktikan kepada mereka bahwa kita bisa hidup dan jaya dengan keyakinan cinta kita. Suatu ketika saat kita gapai kejayaan itu kita ulurkan tangan kita dan kita berikan senyum kita pada mereka dan mereka akan menangis haru. Air mata mereka akan mengalir deras seperti derasnya air mata derita kita saat ini,; jawab isteri saya dengan terisak dalam pelukan. Kata-katanya memberikan sugesti luar biasa pada diri saya. Lahirlah rasa optimisme untuk hidup. Rasa takut dan cemas itu sirna seketika. Apalagi teringat bahwa satu bulan lagi kami akan diangkat menjadi dokter. Dan sebagai lulusan terbaik masing-masing dari kami akan menerima penghargaan dan uang sebanyak 40 pound. Malam semakin melarut dan hawa dingin semakin menggigit. Kami duduk di emperan toko berdua sebagai gembel yang tidak punya apa-apa. Dalam kebekuan, otak kami terus berputar mencari jalan keluar. Tidak mungkin kami tidur di emperan toko itu. Jalan keluar pun datang juga. Dengan sisa uang 6 pound itu kami masih bisa meminjam sebuah toko selama 24 jam. Saya berhasil menghubungi seorang teman yang memberi pinjaman sebanyak 50 pound. Ia bahkan mengantarkan kami mencarikan losmen ala kadarnya yang murah.

Saat kami berteduh dalam kamar sederhana, segera kami disadarkan kembali bahwa kami berada di lembah kehidupan yang susah, kami harus mengarunginya berdua dan tidak ada yang menolong kecuali cinta, kasih sayang dan perjuangan keras kami berdua serta rahmat Allah SWT. Kami hidup dalam losmen itu beberapa hari, sampai teman kami berhasil menemukan rumah kontrakan sederhana di daerah kumuh Syubra Khaimah. Bagi kaum aristokrat, rumah kontrakan kami mungkin dipandang sepantasnya adalah untuk kandang binatang kesayangan mereka. Bahkan rumah binatang kesayangan mereka mungkin lebih bagus dari rumah kontrakan kami. Namun bagi kami adalah hadiah dari langit. Apapun bentuk rumah itu, jika seorang gelandangan tanpa rumah menemukan tempat berteduh ia bagai mendapat hadiah agung dari langit. Kebetulan yang punya rumah sedang membutuhkan uang, sehingga dia menerima akad sewa tanpa uang jaminan dan uang administrasi lainnya. Jadi sewanya tak lebih dari 25 pound saja untuk 3 bulan. Betapa bahagianya kami saat itu, segera kami pindah kesana. Lalu kami pergi membeli perkakas rumah untuk pertama kalinya. Tak lebih dari sebuah kasur kasar dari kapas, dua bantal, satu meja kayu kecil, dua kursi dan satu kompor gas sederhana sekali, kipas dan dua cangkir dari tanah, itu saja... tak lebih. Dalam hidup bersahaja dan belum dikatakan layak itu, kami merasa tetap bahagia, karena kami selalu bersama. Adakah di dunia ini kebahagiaan melebihi pertemuan dua orang yang diikat kuatnya cinta? Hidup bahagia adalah hidup dengan gairah cinta. Dan kenapakah orang-orang di dunia merindukan surga di akhirat? Karena di surga Allah menjanjikan cinta. Ah, saya jadi teringat perkataan Ibnu Qayyim, bahwa nikmatnya persetubuhan cinta yang dirasa sepasang suami-isteri di dunia adalah untuk memberikan gambaran setetes nikmat yang disediakan oleh Allah di surga. Jika percintaan suami-isteri itu nikmat, maka surga jauh lebih nikmat dari semua itu. Nikmat cinta di surga tidak bisa dibayangkan. Yang paling nikmat adalah cinta yang diberikan oleh Allah kepada penghuni surga , saat Allah memperlihatkan wajah-Nya. Dan tidak semua penghuni surga berhak menikmati indahnya wajah Allah SWT. Untuk nikmat cinta itu, Allah menurunkan petunjuknya yaitu Al-Qur'an dan Sunnah Rasul. Yang konsisten mengikuti petunjuk Allah-lah yang berhak memperoleh segala cinta di surga. Melalui penghayatan cinta ini, kami menemukan jalan-jalan lurus mendekatkan diri kepada-Nya. Istri saya jadi rajin membaca Al-Qur'an, lalu memakai jilbab, dan tiada putus shalat malam. Di awal malam ia menjelma menjadi Rabi\'ah Adawiyah yang larut dalam samudra munajat kepada Tuhan. Pada waktu siang ia adalah dokter yang penuh pengabdian dan belas kasihan. Ia memang wanita yang berkarakter dan berkepribadian kuat, ia bertekad untuk hidup berdua tanpa bantuan siapapun, kecuali Allah SWT. Dia juga seorang wanita yang pandai mengatur keuangan. Uang sewa sebanyak 25 poud yang tersisa setelah membayar sewa rumah cukup untuk makan dan transportasi selama sebulan. Tetanggga-tetangga kami yang sederhana sangat mencintai kami, dan kamipun mencintai mereka. Mereka merasa kasihan melihat kemelaratan dan derita hidup kami, padahal kami berdua adalah dokter. Sampai-sampai ada yang bilang tanpa disengaja,;Ah, kami kira para dokter itu pasti kaya semua, ternyata ada juga yang melarat sengsara seperti Mamduh dan isterinya.; Akrabnya pergaulan kami dengan para tetangga banyak mengurangi nestapa kami.

Beberapa kali tetangga kami menawarkan bantuan-bantuan kecil layaknya saudara sendiri. Ada yang menawarkan kepada isteri agar menitipkan saja cuciannya pada mesin cuci mereka karena kami memang dokter yang sibuk. Ada yang membelikan kebutuhan dokter. Ada yang membantu membersihkan rumah. Saya sangat terkesan dengan pertolongan- pertolongan mereka. Kehangatan tetangga itu seolah-olah pengganti kasarnya perlakuan yang kami terima dari keluarga kami sendiri. Keluarga kami bahkan tidak terpanggil sama sekali untuk mencari dan mengunjungi kami. Yang lebih menyakitkan mereka tidak membiarkan kami hidup tenang. Suatu malam, ketika kami sedang tidur pulas, tiba-tiba rumah kami digedor dan didobrak oleh 4 bajingan kiriman ayah saya. Mereka merusak segala perkakas yang ada. Meja kayu satu-satunya, mereka patah-patahkan, begitu juga dengan kursi. Kasur tempat kami tidur satu-satunya mereka robek-robek. Mereka mengancam dan memaki kami dengan kata-kata kasar. Lalu mereka keluar dengan ancaman, ;Kalian tak akan hidup tenang, karena berani menentang Tuan Pasha.; Yang mereka maksudkan dengan Tuan ;Pasha; adalah ayah saya yang kala itu pangkatnya naik menjadi jendral. Ke-empat bajingan itu pergi. Kami berdua berpelukan, menangis bareng berbagi nestapa dan membangun kekuatan. Lalu kami tata kembali rumah yang hancur. Kami kumpulkan lagi kapas-kapas yang berserakan, kami masukan lagi ke dalam kasur dan kami jahit kasur yang sobek-sobek tak karuan itu. Kami tata lagi buku-buku yang berantakan. Meja dan kursi yang rusak itu berusaha kami perbaiki. Lalu kami tertidur kecapaian dengan tangan erat bergenggaman, seolah eratnya genggaman inilah sumber rasa aman dan kebahagiaan yang meringankan intimidasi hidup ini. Benar, firasat saya mengatakan ayah tidak akan membiarkan kami hidup tenang. Saya mendapat kabar dari seorang teman bahwa ayah telah merancang skenario keji untuk memenjarakan isteri saya dengan tuduhan wanita tuna susila. Semua orang juga tahu kuatnya intelijen militer di negeri ini. Mereka berhak melaksanakan apa saja dan undang-undang berada di telapak kaki mereka. Saya hanya bisa pasrah total kepada Allah mendengar hal itu. Dan Masya Allah! Ayah telah merancang skenario itu dan tidak mengurungkan niat jahatnya itu, kecuali setelah seorang teman karibku berhasil memperdaya beliau dengan bersumpah akan berhasil membujuk saya agar menceraikan isteri saya. Dan meminta ayah untuk bersabar dan tidak menjalankan skenario itu , sebab kalau itu terjadi pasti pemberontakan saya akan menjadi lebih keras dan bisa berbuat lebih nekad. Tugas temanku itu adalah mengunjungi ayahku setiap pekan sambil meminta beliau sabar, sampai berhasil meyakinkan saya untuk mencerai isteriku. Inilah skenario temanku itu untuk terus mengulur waktu, sampai ayah turun marahnya dan melupakan rencana kejamnya. Sementara saya bisa mempersiapkan segala sesuatu lebih matang.

Beberapa bulan setelah itu datanglah saat wajib militer. Selama satu tahun penuh saya menjalani wajib militer. Inilah masa yang saya takutkan, tidak ada pemasukan sama sekali yang saya terima kecuali 6 pound setiap bulan. Dan saya mesti berpisah dengan belahan jiwa yang sangat saya cintai. Nyaris selama 1 tahun saya tidak bisa tidur karena memikirkan keselamatan isteri tercinta. Tetapi Allah tidak melupakan kami, Dialah yang menjaga keselamatan hamba-hamba- Nya yang beriman. Isteri saya hidup selamat bahkan dia mendapatkan kesempatan magang di sebuah klinik kesehatan dekat rumah kami. Jadi selama satu tahun ini, dia hidup berkecukupan dengan rahmat Allah SWT.

Selesai wajib militer, saya langsung menumpahkan segenap rasa rindu kepada kekasih hati. Saat itu adalah musim semi. Musim cinta dan keindahan. Malam itu saya tatap matanya yang indah, wajahnya yang putih bersih. Ia tersenyum manis. Saya reguk segala cintanya. Saya teringat puisi seorang penyair Palestina yang memimpikan hidup bahagia dengan pendamping setia & lepas dari belenggu derita: Sambil menatap kaki langit Kukatakan kepadanya Di sana...di atas lautan pasir kita akan berbaring Dan tidur nyenyak sampai subuh tiba Bukan karna ketiadaan kata-kata Tapi karena kupu-kupu kelelahan Akan tidur di atas bibir kita Besok, oh cintaku... besok Kita akan bangun pagi sekali Dengan para pelaut dan perahu layar mereka Dan akan terbang bersama angin Seperti burung-burung Yah... saya pun memimpikan demikian. Ingin rasanya istirahat dari nestapa dan derita. Saya utarakan mimpi itu kepada istri tercinta. Namun dia ternyata punya pandangan lain. Dia malah bersih keras untuk masuk program Magister bersama! ;Gila... ide gila!!!; pikirku saat itu. Bagaimana tidak...ini adalah saat paling tepat untuk pergi meninggalkan Mesir dan mencari pekerjaan sebagai dokter di negara Teluk, demi menjauhi permusuhan keluarga yang tidak berperasaan. Tetapi istri saya tetap bersikukuh untuk meraih gelar Magister dan menjawab logika yang saya tolak: ;Kita berdua paling berprestasi dalam angkatan kita dan mendapat tawaran dari Fakultas sehingga akan mendapatkan keringanan biaya, kita harus sabar sebentar menahan derita untuk meraih keabadian cinta dalam kebahagiaan. Kita sudah kepalang basah menderita, kenapa tidak sekalian kita rengguk sum-sum penderitaan ini. Kita sempurnakan prestasi akademis kita, dan kita wujudkan mimpi indah kita.; Ia begitu tegas. Matanya yang indah tidak membiaskan keraguan atau ketakutan sama sekali. Berhadapan dengan tekad baja istriku, hatiku pun luluh. Kupenuhi ajakannya dengan perasaan takjub akan kesabaran dan kekuatan jiwanya. Jadilah kami berdua masuk Program Magister. Dan mulailah kami memasuki hidup baru yang lebih menderita. Pemasukan pas-pasan, sementara kebutuhan kuliah luar biasa banyaknya, dana untuk praktek, buku, dll.

Nyaris kami hidup laksana kaum Sufi, makan hanya dengan roti dan air. Hari-hari yang kami lalui lebih berat dari hari-hari awal pernikahan kami. Malam hari kami lalui bersama dengan perut kosong, teman setia kami adalah air keran. Masih terekam dalam memori saya, bagaimana kami belajar bersama dalam suatu malam sampai didera rasa lapar yang tak terperikan, kami obati dengan air. Yang terjadi malah kami muntah-muntah. Terpaksa uang untuk beli buku kami ambil untuk pengganjal perut. Siang hari, jangan tanya... kami terpaksa puasa. Dari keterpaksaan itu, terjelmalah kebiasaan dan keikhlasan. Meski demikian melaratnya, kami merasa bahagia. Kami tidak pernah menyesal atau mengeluh sedikitpun. Tidak pernah saya melihat istri saya mengeluh, menagis dan sedih ataupun marah karena suatu sebab. Kalaupun dia menangis, itu bukan karena menyesali nasibnya, tetapi dia malah lebih kasihan kepada saya. Dia kasihan melihat keadaan saya yang asalnya terbiasa hidup mewah, tiba-tiba harus hidup sengsara layaknya gelandangan. Sebaliknya, sayapun merasa kasihan melihat keadaannya, dia yang asalnya hidup nyaman dengan keluarganya, harus hidup menderita di rumah kontrakan yang kumuh dan makan ala kadarnya. Timbal balik perasaan ini ternya menciptakan suasana mawaddah yang luar biasa kuatnya dalam diri kami. Saya tidak bisa lagi melukiskan rasa sayang, hormat, dan cinta yang mendalam padanya. Setiap kali saya angkat kepala dari buku, yang tampak di depan saya adalah wajah istri saya yang lagi serius belajar. Kutatap wajahnya dalam-dalam. Saya kagum pada bidadari saya ini. Merasa diperhatikan, dia akan mengangkat pandangannya dari buku dan menatap saya penuh cinta dengan senyumnya yang khas. Jika sudah demikian, penderitaan terlupakan semua. Rasanya kamilah orang yang paling berbahagia di dunia ini. ;Allah menyertai orang-orang yang sabar, sayang...; bisiknya mesra sambil tersenyum. Lalu kami teruskan belajar dengan semangat membara. Allah Maha Penyayang, usaha kami tidak sia-sia. Kami berdua meraih gelar Magister dengan waktu tercepat di Mesir. Hanya 2 tahun saja! Namun, kami belum keluar dari derita. Setelah meraih gelar Magister pun kami masih hidup susah, tidur di atas kasur tipis dan tidak ada istilah makan enak dalam hidup kami. Sampai akhirnya rahmat Allah datang juga. Setelah usaha keras, kami berhasil meneken kontrak kerja di sebuah rumah sakit di Kuwait. Dan untuk pertama kalinya, setelah 5 tahun berselimut derita dan duka, kami mengenal hidup layak dan tenang. Kami hidup di rumah yang mewah, merasakan kembali tidur di kasur empuk dan kembali mengenal masakan lezat. Dua tahun setelah itu, kami dapat membeli villa berlantai dua di Heliopolis, Kairo. Sebenarnya, saya rindu untuk kembali ke Mesir setelah memiliki rumah yang layak.

Tetapi istriku memang \'edan\'. Ia kembali mengeluarkan ide gila, yaitu ide untuk melanjutkan program Doktor Spesialis di London, juga dengan logika yang sulit saya tolak: ;Kita dokter yang berprestasi. Hari-hari penuh derita telah kita lalui, dan kita kini memiliki uang yang cukup untuk mengambil gelar Doktor di London. Setelah bertahun-tahun hidup di lorong kumuh, tak ada salahnya kita raih sekalian jenjang akademis tertinggi sambil merasakan hidup di negara maju. Apalagi pihak rumah sakit telah menyediakan dana tambahan.; Kucium kening istriku, dan bismillah... kami berangkat ke London. Singkatnya, dengan rahmat Allah, kami berdua berhasil menggondol gelar Doktor dari London. Saya spesialis syaraf dan istri saya spesialis jantung. Setelah memperoleh gelar doktor spesialis, kami meneken kontrak kerja baru di Kuwait dengan gaji luar biasa besarnya. Bahkan saya diangkat sebagai direktur rumah sakit, dan istri saya sebagai wakilnya! Kami juga mengajar di Universitas. Kami pun dikaruniai seorang putri yang cantik dan cerdas. Saya namai dia dengan nama istri terkasih, belahan jiwa yang menemaniku dalam suka dan duka, yang tiada henti mengilhamkan kebajikan.

Lima tahun setelah itu, kami pindah kembali ke Kairo setelah sebelumnya menunaikan ibadah haji di Tanah Haram. Kami kembali laksana raja dan permaisurinya yang pulang dari lawatan keliling dunia. Kini kami hidup bahagia, penuh cinta dan kedamaian setelah lebih dari 9 tahun hidup menderita, melarat dan sengsara. Mengenang masa lalu, maka bertambahlah rasa syukur kami kepada Allah swt dan bertambahlan rasa cinta kami. Ini kisah nyata yang saya sampaikan sebagai nasehat hidup. Jika hadirin sekalian ingin tahu istri saleha yang saya cintai dan mencurahkan cintanya dengan tulus, tanpa pernah surut sejak pertemuan pertama sampai saat ini, di kala suka dan duka, maka lihatlah wanita berjilbab biru yang menunduk di barisan depan kaum ibu, tepat di sebelah kiri artis berjilbab Huda Sulthan. Dialah istri saya tercinta yang mengajarkan bahwa penderitaan bisa mengekalkan cinta. Dialah Prof Dr Shiddiqa binti Abdul Aziz...; Tepuk tangan bergemuruh mengiringi gerak kamera video menyorot sosok perempuan separoh baya yang tampak anggun dengan jilbab biru. Perempuan itu tengah mengusap kucuran air matanya. Kamera juga merekam mata Huda Sulthan yang berkaca-kaca, lelehan air mata haru kedua mempelai, dan segenap hadirin yang menghayati cerita ini dengan seksama.

Catatan:
Kalian semua, hidup dengan penuh kemapanan, bukan dari kalangan gelandangan bahkan sebagian dari kalian menerima beasiswa untuk sekolah hingga jenjang Doktor, gunakan dengan semaksimal mungkin, agar ada barokah di dalamnya dan akan kamu jumpai pertolongan langsung dari Dzat Penguasa langit dan bumi

Sumber:
milis Beasiswa DIKTI, 10 April 2012