Monday, June 23, 2008

Laptop Istri Pertamaku

Jemput Aku di Pintu Surga (Dibuang Sayang #2 - Bagian 19.5)

Heran deh dengan diriku sendiri, padahal aku sedang ada masalah denngan kemungkinan PHK karena aku dianggap tidak produktif oleh kantor, eh sempat-sempatnya gangguin Sarah. Ah, aku memang sedang jenuh ... Sarah, hanya dengan memandangnya saja aku sudah merasa bahagia ... melihat senyumnya, tawanya, cemberutnya, dan juga tangisnya. Sebenarnya aku masih ingin mengganggunya, sumpah ... aku suka melihat Sarah menangis merengek-rengek, terisak, sesegukan ... apalagi kalau tangisnya ia tumpahkan dalam pelukanku. Menikah memang indah, menyesal aku kenapa tidak menikah dari dulu ...

John: "Sarah, sebenarnya aku menyesal menikah denganmu "
Sarah: "John, kamu ingin membuatku menangis lagi ya?"
John: "Nggak la sayang, aku menyesal kenapa tidak mengenalmu sejak dulu, kenapa Dave baru mempertemukan kita, kenapa aku baru singgah ke rumahmu kemarin ... seandainya sejak dulu kita bertemu ..."
Sarah: "Kalau sejak dulu, mungkin aku nggak suka padamu John"
John: "Wah, Sarah mau bales nih sepertinya "
Sarah: "Iya, kalau dulu mungkin aku terlalu kanak-kanak untuk bisa memilih, jadi mungkin kalau sejak dulu aku mengenalmu, bisa saja aku tidak suka padamu ... kamu kan wajahnya standar, dibilang cakep juga nggak terlalu, tapi kalau dibilang jelek juga nggak. Apalagi gajimu yang hanya seiprit, aduh boooo… mikir 27x aku kalau sampai mau sama kamu John…"
John: "Sarah, aku kagum dengan kalimatmu yang tadi…"
Sarah: "Kalimat yang mana?"
John: "Yang tadi, yang kamu sebut saat tragedi BATMAN"
Sarah: "Yang mana sih?"
John: "Kalimat yang ini ... apa kamu punya istri lain selain aku? Aku sangat mencintaimu John, jika di dalamnya kamu berbahagia, aku tetap akan mencintaimu, aku sangat mencintaimu John, tapi tolong jangan tinggalkan aku ... masih inget kan?"
Sarah: "Maksud elu" (sambil menunjukkan mimik garang tapi tetep imut, banget)
John: "Sebenarnya aku memang punya istri selain kamu"
Sarah: "Kamu beneran John?"
John: "Beneran, aku nggak bohong?"
Sarah: "Jadi …"

Yah, nangis lagi deh … tapi kali ini, aku biarkan dia tumpahkan emosinya untuk sejenak … aku sedang berfikir untuk merangkai kata yang tepat. Kali ini apa ya? …. Ok, sudah dapat.

John: "Tapi Sarah, ini untuk kebaikanku … juga untuk kebaikanmu"
Sarah: "Maaf John, aku sedang tidak ingin membahasnya … tolong tunggu sampai aku tenang dulu, please …"
John: "Kamu kecewa …?"
Sarah: "Iya, aku kecawa … kenapa kamu tidak jujur sejak awal"
John: "Sarah sayang, aku ingin mengenalkan kamu padanya …"
Sarah: "Tidak perlu, sepertinya tidak perlu … sekarang, atur saja jadwal gilirku, aku menurut saja apa maumu … sudah, aku mau istirahat …"

Sarah membanting tubuhnya yang sintal ke atas ranjangnya yang empuk, tertelungkup … aku dapat melihat guncang tubuhnya karena tangisnya meledak, tapi suara tangisnya tidak begitu terdengar karena Sarah menutup wajahnya dengan bantal …

John: "Sarah, aku harus mengenalkan istriku itu padamu"
Sarah: "John, apa kamu tidak dengar kata-kataku, apa kamu sudah tidak memahami bahasa manusia? Aku tidak mau dan aku tidak peduli John …"
John: "Aku sudah lama bersamanya, sejak kuliah … kami selalu bersama kemanapun aku berada, di kampus, di jalan, di masjid, bahkan di kantor …"
Sarah: "Apa Dave tahu tentang ini?"
John: "Ya tentu tahu, sesekali Dave juga meminjamnya"
Sarah: "Meminjam? Meminjam katamu … keji sekali pekerjaan kalian, John … sepertinya kita tidak harus berlama-lama menjadi suami istri, aku tidak mau suamiku bermaksiat kepada ALLAH, ternyata kalian sebejat itu …"
John: "Karenanya aku ingin mengenalkannya padamu, kamu boleh kalau ingin meminjamnya dariku …"
Sarah: "Kamu ngomong apa sih John, kamu sudah semakin gila ya?"
John: "Sarah, tolong dengarkan aku dulu … saat inipun dia bersama dengan kita"
Sarah: "Siapa? Istrimu itu? John, aku semakin tidak faham dengan ngelanturmu itu"
John: "Makanya dengarkan aku dulu … itu istri pertamaku"

Sarah duduk dari telungkupnya karena penasaran, dia melihat ke arah jari telunjukku. Matanya tertuju pada laptop layar lebar milikku …

Sarah: "John, aku tidak faham apa maksudmu?"
John: "Itulah istri pertamaku, aku selalu bersama dengannya, di tempat kost, di masjid, di kantor, bahkan sekarang laptopku berada diantara kita. Bagaimana Sarah sayang, kamu masih marah padaku ..."
Sarah: "John, kamu usil banget …. Ugh, aku sebel tau, pokoknya seebbeeeeeel. John jelek "

Laptop Murottalku

Jemput Aku di Pintu Surga (Dibuang Sayang #1 - Bagian 24.5)

Selepas sholat subuh di musholah, aku membaca beberapa lembar Al Qur’an dan mencoba menata bacaanku sambil mendengarkan murottal dari laptopku. Sarah memperhatikan aku dengan seksama dari atas ranjangnya sambil bersandar pada bantal yang ditumpuk dua, kemudian aku memandang ke arahnya sambil memicingkan mataku …

John: "Apa sih liat-liat? "
Sarah: "Nggak ada apa-apa, lucu saja liatnya … hi… hi…"
John: "Liat apaan? "
Sarah: "Liat kamu itu lho, anak kuliahan kalau belajar baca qur’an begitu ya? Trial and error juga seperti lagi percobaan di laboratorium ... "
John: "Biarin aja, weeek ... namanya juga usaha. Maunya sih belajar langsung ke kamu, tapi kamu kan lagi dapet, jadi mana bisa …"
Sarah: "Oh begitu ya ... John, kamu tau nggak kalau tanda mencintai ALLAH itu diantaranya adalah mencintai kalamNya. Aku melihat tanda itu padamu …"
John: (diam sejenak) "Sarah, kamu tau nggak ... tanda mencintai ALLAH dengan lebih adalah mencintai orang yang di hatinya tersimpan kalamNya ... "
Sarah: "Hua ha ha ... nemu hadist dari mana? Bisa-bisanya ngarang! "

Aku masih berjibaku menata beberapa hafalan surah-surah pendek dalam juz terakhir, setelah merasa cukupan aku shut down laptopku dan menemani Sarah bersandar di sampingnya.

John: "Sarah, kamu suka memandang langit? "
Sarah: "Kadang-kadang iya, memang kenapa? "
John: "Aku suka sekali memandang langit, tapi setelah menikah denganmu aku sudah tidak terlalu sering mendongak ke langit dan memandanginya ... "
Sarah: "Memang kenapa, koq suka memandang langit ... "
John: "Aku punya sajak khusus jika sedang melihat langit"
Sarah: "Sajak? Seperti apa? "
John: "Kala ku merindu, kupandang kerling bintang di langit, karena kuyakin kekasihku ada di bawah naungan bintang yang sama ... "
Sarah: "Keren juga ... terus sekarang setelah menikah denganku, apa hubungannya dengan mengurangi intensitas memandang langit? "
John: "Ada lah... sekarang bintang terang itu ada di sampingku, kekasih yang berada dalam naungan bintang itu telah menjadi istriku ...
Sarah: "Halah, gombal tau ... "

Lalu Sarah menggenggam tangan kiriku dan memainkan jari jemarinya, aku merapatkan tubuhku dan membuka rangkulku. Aku membiarkan Sarah merebahkan kepalanya di dadaku, aku mencium wangi rambutnya dan menikmati aroma wanngi yang khas dari rambutnya pada rongga pernafasanku dan pada setiap ruang paru-paruku. Hembusan nafas Sarahku dapat aku rasakan dengan begitu lembut menerpa pakaian sholatku ... ah, indahnya hidupku.
Sarah: "Sayang... Kamu percaya kalau setiap do’a orang beriman akan selalu diterima olehNya, kalau tidak dikabulkan di dunia maka akan dikabulkan di akherat ... "
John: "Percaya banget, bahkan bila manusia tahu bagaimana maha dahsyatnya do’a-do’a yang dikabulkan di akherat, maka mereka ingin agar semua do’anya di dunia tidak ada yang di kabulkan di dunia, tapi mereka ingin semua pembayaran atas do’anya dilakukan di akherat saja, semuanya ... begitu kan ...? "
Sarah: "Iya, betul banget ... "
John: "Terus sambungannya apa? "
Sarah: "Sambungan apaan? "
John: "Kamu mau ngomong apa? Koq introduction-nya tentang do’a yang dikabulkan? "
Sarah: "Sebelum bertemu denganmu, aku selalu berdo’a agar sebelum aku mati aku ingin menjadi istri dari orang yang baik, aku ingin menyempurnakan hidupku lalu disebut sebagai seorang istri dari orang yang beriman, aku ingin menjadi istri dari suami yang mencintaiku apa adanya, mencintai aku di dunia sampai di akherat selama-lamanya ..."
John: "Lalu ... ? "
Sarah: "Dulu, aku kira suamiku akan setampan David Beckham, ternyata dapetnya cowok standar seperti kamu ... hi... hi... hi... "
John: "Ha.. ha... ha... lucu, ternyata kamu dapetnya bukan pemain sepak bola, tapi wasitnya saja ... ha.. ha... ha... "
Sarah: "John, aku sayang padamu. Do’aku sudah terkabul ... aku mendapatkan suami yang baik, suami yang mencintai aku dengan menjalankan perintah ALLAH, dan ... apakah engkau mau mencintai aku selama-lamanya? "
John: "Ya, nggak janji ... "
Sarah: "Lho, koq gitu sih? "
John: "Tadi habis sholat subuh, aku do’a yang cepat, padat dan berisi, tentang kamu ... "
Sarah: "Do’a apaan? "
John: "Do’anya begini, Ya ALLAH ... aku mohon padaMu, jangan biarkan Sarah menjadi melar seperti Ibunya, kasihanilah aku ... aku tidak sanggup, aku tidak akan sanggup jika hal itu terjadi ... "
Sarah: "Tidak sanggup apaan? "
John: "Tidak sanggup memelukmu karena kau menjadi terlalu lebar, terlalu lebar untuk rangkulku, terlalu berat untuk kugendong, dan terlalu berlebihan ... "
John: "Terlalu berlebihan bagaimana? "
Sarah: "Iya lah, kalau kamu jadi gendut ... bajunya jadi lebih gede, timbangan badanmu jadi berlebih, pandangan mataku jadi terhalangi karena ukuranmu yang berlebih, pokoknya berlebih semua deh ... "
Sarah: "Ugh, sebel sebel sebel ... "

Sarah menunjukkan wajah manyunnya, hi... hi... jadi gemes deh. Aku cubit pipinya kiri dan kanan bergantian, sampai Sarah meringis kesakitan ...

Sarah: "Aduuuuh, sakit tau ... "
John: "Sakit ya? Kalau dipeluk seperti ini sakit nggak? "
Aku memeluknya erat sekali, sampai-sampai Sarah kehabisan nafas karena aku memeluknya dengan sangat kencang. Setelah puas, aku memandangi wajahnya yang masih cemberut ...

John: "Aduh, anak ibu masih manyun ya? Maaf deh, hanya bercanda ... "
Sarah: "Nggak, pokoknya masih sebel ... "

Setelah beberapa saat, aku masih membiarkan Sarah memasang wajah manyunnya, lalu aku berbaring dan meletakkan kepalaku di atas pahanya ...

John: "Cantik, masih marah ya "
Sarah: "Iya, pokoknya masih sebel ... "
John: "Beneran masih marah "
Sarah: "Pokoknya sebel sebel sebel ... "

Ugh, istriku sungguh menggemaskan. Aku biarkan Sarah sebel sampe bosen ... selang beberapa saat setelah aku pandangi wajahnya secara berterusan, akhirnya Sarah bosen juga

Sarah: "Apa sih liat-liat ... "
John: "Sarah, maukah kamu berjanji padaku? "
Sarah: "Janji apaan? "
John: "Berjanjilah padaku supaya ... "
Sarah: "Supaya apa? Lama banget ngomongnya ..."
John: "Supaya kamu tidak berubah menjadi gembrot seperti Ibumu ... "
Sarah: "John, aku sebel lagi... pokoknya kamu jahaaaaat"
Setelah selesai acara sebel-sebelan, sebelum berangkat ke airport aku coba mengenakan pakaian dan dasi pemberian Sarah. Dino? Biarin deh, namanya juga hadiah dari istri tercinta, harus dipake trus dipamerin ke Sarah ...

John: "Cantik, gimana gayaku hari ini?"
Sarah: "Wah, matching banget"
John: "Masih sebel? "
Sarah: "Nggak koq, udah baikan ... "
John: "Senyum dong yang manis "
Sarah: "Hiiii, sudah kerasa manisnya" (sambil tersenyum lebar)
John: "Sudah, dapet … kerasa banget"
Sarah: "Sayang, aku heran dengan beberapa isi dari suratmu untukku, rasanya koq nggak sesuai dengan kenyataan"
John: "Yang mana?"
Sarah: "Katanya kamu hanya menggenggam perkara wajib dalam agama ini, tidak lebih. Tapi nyatanya kamu sholat malam, walau tidak terlalu banyak tapi kamu membaca Al-Qur’an setiap hari, dzikir juga ... panjang dan lama ... "
John: "Emm, ada orang yang menganggap sesuatu itu wajib berdasarkan takarannya masing-masing. Anak kecil hanya mampu mengangkat beban 1 kg dengan susah payah tapi orang dewasa bisa angkat beban sampai 5 kg tanpa merasa terbebani. Begitu juga dengan amalan agama"
Sarah: "Begitu ya, lalu bagaimana dengan kamu?"
John: "Aku berusaha dan bercita-cita, apa saja wajib bagi Nabiku hal itu juga wajib bagiku"
Sarah: "Misalnya? "
John: "Nabi bersabda, jika tidak memberatkan umatku maka akan aku wajibkan sholat malam, dengan dasar sabda nabi tersebut maka boleh dong kalau saya mewajibkan sholat malam bagi jasadku"
Sarah: "Yang lainnya bagaimana?"
John: "Pernah seseorang bertanya tentang pentingnya amalkan agama kepadaku, lalu aku jawab bahwa tiap-tiap amalan agama punya peran berbeda-beda bagi bekal kehidupan kita di akherat. Seperti hari ini, kalau lapar maka rasa lapar bisa hilang dengan makan, kalau pengen pipis ya ke toilet, dan sebagainya. Tidak bisa dibalik-balik, misalnya pengen pipis terus dia makan, atau kalau lagi laper eh pergi ke toilet, nggak nyambung banget lah yau ... begitu juga dengan amalan kita di dunia. Pernah aku sakit panas lalu aku mengigau, aku mengatakan berulang ulang bahwa jika umat ini kekurangan sedikit saja dari amalan agama maka nanti di akherat umat ini akan mengalami penderitaan dan kesusahan yang selama-lamanya"
Sarah: ..... silent ....

Monday, June 9, 2008

Malam pertama!

Andai Istriku Bekas … (Malam Pertama - Bagian 16)

Tanganku masih gemetar, sembari memegang handle pintu aku membuka pintu perlahan-lahan, kemudian mengucapkan salam...

John: Assalamu’alaiykum
Sarah: Wa’alaikum salam warohmatullah
John: Permisi, numpang tanya ... apa ini kamarnya Sarah istriku
Sarah: Bukan, anda salah kamar, ini kamar Sarah Al Bisri pemulung buta ...

Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkah Sarah, aku memandanginya lekat-lekat. Aku berjalan perlahan ke arah ranjang yang penuh ditaburi kelopak bunga mawar tempat Sarah duduk dengan tersipu. Kami melanjutkan dialog konyol kami ...

John: Oh, aku salah kamar ya ... kalau begitu aku mau ke kamar sebelah saja, biar deh nggak dapet anaknya dapet ibunya saja ...
Sarah: Ha ... ha ... gitu ya! Kamu suka dengen Ibuku ...
John: Iya, aku sudah siapkan penutup mata, supaya tidak melihat bentuknya
Sarah: Bentuk apaan?
John: Bentuk ibumu yang ...
Sarah: Hua ha ha, awas kamu ya ... aku bilangin ke Ibu baru tau rasa!
John: Ha ... ha ... Sarah, sudah ah bercandanya
Sarah: John, sini ... aku sudah sangat tersiksa dengan kebaya jawa ini, ugh ... aneh-aneh saja Ibu, aku koq didandani pake kebaya segala ...
John: Eh, aku harus ngapain?
Sarah: Buka kancing kebayaku, dadaku sesak sejak tadi ...
John: (tersenyum lebar lalu berjalan mendekat) ...
Sarah: Jangan GR lu, aku lagi nggak sholat tau ...
John: Haaa, lagi nggak sholat, kasihan dong si otong ... sudah GR dari sebelum maghrib
Sarah: Siapa si otong?
John: Hi ... hi ... adik kecilku
Sarah: Halah, aneh-aneh saja ... cepetan buka kancing kebaya ini, sesak banget ..
John: Iya-iya ... maaf ...

Aku bergegas membuka kancing demi kancing sehingga ikatan kebaya yang melilit tubuh Sarah segera terlepas. Sekelebat aku memandang punggungnya yang putih mulus, alamak, kasihan si otong harus puasa dulu ...

John: Sarah, aku mau tanya ...
Sarah: Tanya apa sayang ...
John: Hua ha ha, geli tau kalo kamu panggil sayang
Sarah: Kamu kan suami aku, jadi boleh dong panggil sayang ...
John: teserah kamu saja deh ...
Sarah: Mau tanya apaan ...
John: Em, dapetnya sudah lama atau barusan?
Sarah: Hua ha ha ... baru kemarin tau, jadi si otongmu itu puasa dulu kurang lebih 6 hari ke depan ...
John: 6 hari ya? Lama juga ya, trus aku tidur di mana?
Sarah: Di sini saja, bersamaku ... tapi jangan macem-macem dulu ...
John: Eh, bisa nggak ya ... iya deh, aku bilangin otong dulu supaya nggak macem-macem sebelum kamu bersih ...
Sarah: Aku punya plester gede, si otong mau di plester nggak biar nggak macem-macem
John: Enak aja diplester, bisa mati kehabisan nafas nanti ...
Sarah: He he he ...

Akhirnya malam ini, aku hanya bisa bengong sambil mendekap sarah. Si otong hanya salah tingkah tak karuan, kasihan otong ... tapi mau bagai mana lagi ... malam pertamaku! Masih dengan melanjutkan puasa, sabar ... ya Tuhan, kuatkan aku, juga si otong ... amiiiin

Malam dini hari, aku terjaga, masih dengan mendekap Sarah istriku ... aku meninggalkannya, aku ingin sholat malam berdo’a sambil bersyukur padaNya. Aku berjalan ke arah kamar mandi dengan hati-hati jangan samapi Sarah terbangun dari istirahatnya. Setelah ke belakang lalu berwudhu, aku masih memandang wajah Sarah, aku membelai wajahnya, sesekali aku perbaiki helai rambutnya yang menutupi wajah cantiknya. Aku mencium keningnya lalu berbisik dengan lembut ke telinganya, ”Sarah, aku mencintaimu ... semua karena ALLAH ...”. Tanpa aku duga ternyata Sarah sedari tadi sudah terjaga, lalu Sarah menjawab juga dengan suara pelan, ”aku juga John, aku mencintaimu ... aku sangat mencintaimu”. Kemudian aku mencium bibirnya, lama sekali ... Sarah membalas ciumanku dengan lembut, lalu ...

John: Sarah cantikku ...
Sarah: Apa sayang ...
John: Kamu ... em, kamu ...
Sarah: Ada apa sih John?
John: Kamu belum gosok gigi Sarah
Sarah: Ugh, kamu jahat ... kirain mau ngomong apaan, awas ntar aku plester beneran si otong, biar tau rasa ....
John: Ha ha ha, just kidding ... gitu aja sewot, sudah ah ... aku sholat dulu yah
Sarah: John, mau ku buatin teh hangat?
John: Ah, nggak usah repot, air mineral saja cukup ...
Sarah: Air mineral ya, pake es nggak ...
John: Nggak usah, air meneral hangat saja ...
Sarah: Ok, segera dihantar ke paduka tampan

Aku tertawa melihat tingkah Sarah, ah … malam pertamaku begitu ‘mengesankan’, walau dengan tampang cemberut si otong, tapi aku bahagia bahkan sangat bahagia. Aku mulai menggelar sajadah mengarah kiblat, mulailah aku sholat tahajut rakaat demi rakaat, sesekali aku mengangkat tinggi kedua tanganku sambil merayuNya, bersyukur padaNya, berjuta alhamdulilah aku haturkan padaNya.

Wahai Dzat pemilik hatiku, kesukaanku hanya dalam mencintaiMu, menyebut namaMu menggetarkan hatiku, dalam amanahMu aku serahkan nyawaku. Kuatkan aku bila Kau temui aku lemah, bersihkan aku bila Kau temui aku kotor, dan selamatkan aku bila Kau temui aku berjalan menuju lembah kenistaan. Alhamdulillah atas semua nikmatMu, syukur padaMu aku sampaikan karena Kau telah memberi aku yang terbaik, dengan nama Dzat yang jiwa kekasihku Rasulullah SAW berada dalam erat genggamMu, jadikan pernikahan kami menjadi penguat bagi kami, jalan menuju keridhoanMu, jalan menuju surgaMu, jalan menuju perjumpaan dengan yang paling aku kasihi Nabi Muhammad SAW, nanti di akherat kelak, di padang mahsyar, di telaga kautsar, di hari pertimbangan amal, hingga menuju surgaMu. Walau aku tidak pernah berjumpa dengan NabiMu, tapi kecintaanku padaNya melebihi kecintaanku pada diriku sendiri, pilihlah aku agar aku tetap istiqomah menjalankan perintah dan sunah NabiMu. Amiiiin

Untuk sementara, beginilah malam pertamaku, masih 6 hari lagi ya? Berarti sepulang dinas kantor dari Singapura dong. Ah, nggak apa deh, hanya tinggal tungguin beberapa hari saja koq, kemarin bisa kuat, sekarang harus lebih kuat. Otong, sabar ya …

Bukan perjaka?

Andai Istriku Bekas … (Bukan perjaka? - Bagian 17)

Hari baru setelah ‘malam pertama’, dari apartemen Dave tidak terdengar suara adzan subuh, aku bingung celimpungan melihat ke kiri dan ke kanan dari jendela utama apartemen Dave yang berada di lantai 17. Tengok kiri lalu ke kanan, clingak clinguk, aduh koq nggak kelihatan masjid deket sini sih? Tiba-tiba Dave mengagetkan aku ...

Dave: John, lagi ngapain?
John: Anu, cariin masjid deket sini! Di mana ada masjid ya?
Dave: Ada musholah di basement, ayo sama-sama ...
John: Iya ... sama-sama, ntar pamit ke cantik manisku dulu. Sarah, ke masjid dulu ya!
Sarah: Iya darling, hati-hati ya … jangan lirik-lirik cewek lain ya!
John: Lirik-lirik cewek di mana? Masih gelap begini ...

Aku berjalan menuju lobby lift dan menuju basement apartement tempat musholah berada, di dalam lift, Dave sesekali ngeledek ...

Dave: Bagaimana semalem? Sukses?
John: Apanya yang sukses! Sarah lagi dapet, ugh ... baru hari pertama pula!
Dave: Lagi dapet, hua ha ha, kasian banget deh elu ...
John: Nggak apa, puasa lagi ... tapi status suami sudah dapet sih. Aku nggak ngebayangin nanti ke kantor bisa-bisa diledekin temen-temen se kantor ...
Dave: He he he, semua lagi nyiapin surprise buat kamu, pokoknya keren abis deh ...
John: Surprise apaan?
Dave: Ada deh, pokoknya keren abis …
John: Ugh, jadi penasaran … apaan yah kira-kira?

Setelah sholat subuh berjama’ah dengan petugas keamanan dan beberapa pekerja di musholah apartement, aku dan Dave kembali ke apartemen. Sesampai di dalam apartemen, Ibu sudah bangun dan sedang beres-beres di dapur, begitu juga dengan Sarah. Ibu melirikku, sepertinya lirikan ngeledek, aku memandang Sarah ... Sarah ikut-ikutan tertawa sembari memandang ke arah selangkangku ... ugh, status perjaka koq belum lepas dari pundakku ... tenang, 5 hari lagi ...

Ibu: John, apa kabar ’adikmu’ ...?
John: Adik? Semalem kita hanya sms-smsan doang koq Bu ...
Ibu: Bukan adik yang itu, ’adikmu’ ...
John: Halah Ibu, Sarah cerita apa saja Bu?
Ibu: Sabar ya, nanti juga kamu bisa...
John: (aku hanya bisa tertawa kecil)
Sarah: John, ikut aku sebentar ya sayang …

Sarah memanggil dan menggiringku ke kamar kami, aku tidak tahu apa yang ingin dia lakukan padaku. Aku penasaran sekali, mau ngapain lagi sih …? Kemudian Sarah menutup rapat kamar dan menguncinya dari dalam, aku bertambah bingung dan penasaran …

Sarah: John, tutup matamu …
John: Ada apa sih cantik?
Sarah: Sudah ikut saja …

Aku menutup mataku rapat, sangat rapat … harap-harap cemas menanti surprise dari Sarah, dan ternyata Sarah menarik leherku dan Sarah menciumku dengan bersemangat. Kami berciuman dengan hangat, sangat hangat … French kiss … lama sekali, lalu Sarah membisikkan sebaris kata padaku, “sayang, aku sudah gosok gigi sekarang”, ingin rasanya aku tertawa terpingkal-pingkal, tapi aku lebih memilih meneruskan ‘kegiatanku’. Setelah cukup lama, Sarah menatapku … mata kami bertemu, aku menikmati setiap inchi kecantikan wajahnya, kemudian kami duduk di tepi ranjang. Sarah memulai pembicaraan …

Sarah: John, benar kamu mencintaiku …
John: Ya iya lah, apa wajahku seperti pembohong?
Sarah: Menurut orang-orang, dari 10 orang laki-laki maka 9 diantaranya adalah buaya dan sisanya adalah gay atau banci. Kamu yang mana John ...?
John: Koq tiba-tiba kamu bicaranya begini sih, memangnya ada apa?
Sarah: John, aku takut kehilangan kamu John, aku ingin selalu menjadi milikmu, apakah kamu juga memiliki perasaan itu John, takut kehilangan aku ...
John: Hmmm (menghela nafas, lalu) liat nanti deh ...!
Sarah: Lho koq gitu sih, kamu mau macam-macam ya, awas kalo berani macem-macem, nanti bukan hanya aku plester si otong sayangmu, tapi aku sate ...
John: Alamak, kejamnya dirimu ... memangnya kenapa sih, koq tiba-tiba begini!
Sarah: Janji akan tetap sayang padaku ...
John: Ya iya lah, nikah baru satu malam koq sudah sewot-sewotan ...
Sarah: John, sebenarnya aku sedang sakit John, aku sedang sekarat ... aku ...
John: (aku menutup bibir tipis Sarah dengan jari telunjukku) sudah sayang, semua adalah takditNya. Susah, senang, gembira, sakit, semuanya berasal dari ALLAH, dan semua bertujuan untuk meningkatkan iman kita. Nggak mungkin kan kalau ALLAH lebih bodoh dari guru SD ...
Sarah: Lho, aku koq nggak nyambung ya? Maksudnya apaan?
John: Guru SD kalau beri soal pada anak muridnya, anak kelas 1 dapet soal untuk kelas 1, kalau anak kelas 5 juga dapet soal kelas 5, begitu. Kalau kamu dapat ujian tertentu, berarti mau naik kelas, dan yang paling penting adalah semua sakit ada obatnya. Paling tidak kita minta padaNya supaya mendapatkan yang terbaik dariNya.
Sarah: Gitu ya John, kamu bukan anak pondok tapi koq bisa ngomong seperti santri lulusan pondok sih?
John: Karena istriku jebolan pondok pesantren! Ha ... ha .... nggak koq, dulu sewaktu kuliah, aku sadar banget kalau aku butuh agama, dan itu nggak aku dapet di keluargaku. Jadinya aku sering nongkrong di pondok pesantren, i’tikaf di masjid, dan sebagainya, bahkan sekali-kali aku di minta ceramah juga di masjid ...
Sarah: Iya begitu, coba kamu kalo lagi ceramah gimana gayanya ...
John: Nggak ah, malu tau ... penontonnya hanya satu orang, orangnya cantik pula, bisa kaku rahangku nggak bisa tutup, kebuka teruuuus ...
Sarah: Eh John, kalo kamu jadi politisi kira-kira gimana pidatomu, katakanlah kamu jadi calon gubernur, kamu ngomongnya seperti apa ...
John: Nah, kalo pidato politik, aku nggak malu ... wong para politisi itu rerata nggak punya malu koq .... ehem, kira-kira begini, siap ya dengerin ...
Sarah: Iya siap ...
John: Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, dengan kesungguhan hati saya menyatakan bahwa saya akan menolak Luna Maya yang begitu mencintai saya, semua semata-mata agar supaya hati saya penuh seutuhnya untuk bangsa ini, untuk kemajuan tanah tumpah darah kita ini, dan bila mana saya menjadi pemimpin propinsi ini, semua potensi yang saya miliki, akan saya kerahkan hanya dan hanya untuk kemajuan kita bersama ...
Sarah: (bengong sejenak) hua ha ha, apa-apaan, pidato politik koq bawa-bawa Luna Maya segala, aneh banget sih ...
John: Aneh apa cemburu, aduh cantik-cantik koq cemburu, kan hanya misal doang ... apa ada gadis yang lebih cantik dari kamu wahai Sarah Al Bisri pemulung buta ...
Sarah: Sudah ah, pokoknya sebel ...
John: Aduh, istriku cemburu ... itu tandanya cinta, sini aku beri peluk hangat ala arsitek ...

Sarah berjalan menuju rangkulku, aku mencium wangi helai rambutnya. Ah ... wangi sekali, aku belai setiap jengkal dengan tanganku, tapi aku merasakan ada hangat di dadaku, Sarah menangis? Kenapa dia menangis?

John: Sarah, kenapa kamu menangis Sarah ... apakah aku menyakitimu?
Sarah: Tidak John, aku hanya tidak ingin berpisah darimu John, aku tidak sanggup ...
Aku mengusap air mata yang keluar dari ujung matanya yang indah, aku perhatikan wajahnya yang cantik, koq jadi jelek sih kalo lagi mewek ... kemudian aku menggiring Sarah untuk melihat tampangnya di cermin

John: Sarah, sini ikut aku ...
Sarah: Ke mana John ...
John: Ke sana .... lihat wajahmu di depan cermin, wajahmu kalau lagi mewek begini, hiii jadi jelek tau ...
Sarah: John, awas kamu ya ... kirain mau ngapain!
John: Hanya bercanda, sudah sayang ... jangan menangis lagi, aku sungguh-sunguh akan selalu mencintai dan menyayangimu, Insya ALLAH ...
Sarah: Lho, koq pake Insya ALLAH segala ...
John: Ya iya lah, kalo aku mati duluan, bagaimana bisa ...

Sekali lagi Sarah menangis tersedu-sedu sembari menumpahkan tiap tetes air mata dalam pelukanku. Sarah memelukku erat sekali, aduh koq perasa banget sih ...

Sarah: John, aku tidak mau kehilangan kamu John ...
John: Iya iya, sudah ya sayang, jangan nangis lagi ... cup cup cup ...

Sesi menangis sudah selesai, aku masih bingung dengan tingkah Sarah yang begitu perasa dan ... sebenarnya Sarah sakit apaan sih, jadi bingung deh ...

John: Cantik, nanti malam kita do’a sama-sama ya, supaya yang memiliki semua khazanah kesembuhan menyembuhkanmu, ok sayang ...
Sarah: John, aku mencintaimu ...
John: Aku juga sayang, Insya ALLAH ...

Sarah menjadi geram dan mencubit lengan kiriku, ugh ... sakit banget, tapi karena yang cubit istri tercinta, biar deh kalau dia pengen cubit aku sampe puas ...

Surprise

Andai Istriku Bekas … (Surprise dari kantor - Bagian 18)

Setelah sarapan, aku dan Dave bersiap-siap untuk segera pergi ke kantor. Aku membiarkan Sarah membawakan ranselku, sepertinya keberatan ... maklum, karena isinya ada laptop layar 17 inch, sarung, pakaian ganti, dan seabrek perlengkapan menginap lainnya. Dulu saat masih bujangan, sesekali aku sering bermalam di kantor untuk menyelesaikan pekerjaan, tapi kini .... apa masih harus seperti kemarin ya? Padahal sekarang kalau tidak pulang, pasti akan ada yang khawatir padaku, kalau dulu, siapa yang perduli ... Emak kost, nggak mungkin lah yau ...

Sarah: Berat banget sih, bawa apaan koq bisa berat banget ranselnya ...
John: Aduh, cantik keberatan ya ... sini sayang, bihar aku angkat sendiri …
Dave: Sarah, salam tangan suamimu ...
Sarah: Iya ... boss, siap ...

Setelah salam dan cium mesra, lalu Sarah mengarahkan tangannya padaku. Aku terdiam sejenak, lalu segera keluar kata-kata ‘merdu’ dari bibirnya ...

Sarah: Minta uang belanja nih ...
Dave: Sarah, jangan aneh-aneh ....
Sarah: Ini nggak aneh, ini normal banget ...

Aku sedikit kelabakan, lalu mengambil dompetku ... alamak, hanya ada dua lembar duit sepuluh ribu dan tiga lembar duit Patimura. Aku mengeluarkan semuanya, dengan sedikit tersenyum aku memberikannya pada Sarah ...

John: Sarah, ini duit belanja buat sebulan
Sarah: Sebulan dari Hongkong, beli apaan nih dengen duit segini ...

Aku tertawa terpingkal-pingkal, kemudian Sarah memelukku dengan erat, lalu kembali mencium pipiku, dan aku membalas dengan mencium keningnya yang sedikit berkeringat ...

John: Nanti aku buatin kartu debit yang langsung bisa debit dari tabungan ku deh, tapi inget, ntar malem kita harus ngobrol fair play, kamu harus tau berapa penghasilanku supaya kalau belanja jangan banyak-banyak ...
Sarah: Iya sayang, sudah sana pergi ke kantor, cari duit yang banyak ya, aku mau beli pesawat terbang dan helikopter supaya bisa ngawasi kamu di kantor ... awas kalo sampe lirik-lirik cewek di tampat kerja, aku plester beneran ...
Aku masih tertawa kecil saat meninggalkan wajah cemberut Sarah, ugh ... bikin gemes saja, bisa kepikiran pulang terus nih kalau begini. Ups, pulang? Aku kan tinggal di apartement Dave, gimana kalau anak istrinya sudah selesai liburan. Hmmmm, aku harus segera cari tempat tinggal sendiri nih, tapi kira-kira di mana ya? Di tempat kostku! Nggak mungkin lah, ntar dikerjain sama anak-anak kost lalu pasang hidden kamera segala, aduh pusing pusing pusing tujuh keliling lapangan bola ... Ternyata Dave sedang memperhatikan wajahku yang sedang melamun, kemudian Dave menyapaku ...

Dave: Hey, lagi mikirin apaan sih ...
John: Eh, anu ... sepertinya aku nggak bisa lama-lama tinggal di apartementmu ...
Dave: Halah, begituan dipikir ...
John: Harus la Dave, nggak mungkin aku numpang terus
Dave: Trus kamu mau tinggal di mana?
John: Entah lah, sambil jalan cari-cari di internet ...
Dave: Tinggallah 1-2 bulan di apartemenku, setelah itu baru cari tempat tinggal yang lain, nanti aku bantuin cari ... kamu suka rumah atau apartement sih ...
John: Aduh, kalau di apartement mana sanggup bayar Dave ...
Dave: Sudah lah, kita sekarang keluarga, nanti aku bantu ...
John: Aku koq ngerepotin kamu terus sih Dave ...
Dave: Biasa aja kaleeee ... eh ngobrolin lainnya nih, nanti kita akan ada rapat tentang perjalanan dinas ke Singapura, juga akan ada beberapa agenda tentang promosi dan PHK karyawan di kantor ...
John: PHK lagi yang diomongin! Capek dengernya …
Dave: Lho, kamu ngerasa bakal dipecat ya John ...
John: Kalau aku suka-suka yang di Atas aja sih, ALLAH Tuhanku Maha Kaya, dan aku tidak akan melarat atau miskin kalau harus dipecat dari kantor kita, karena semua yang ada di timur dan juga di barat adalah kepunyaannya, sedangkan aku hambaNya tidak akan pernah susah selama ALLAH menjadi Tuhanku …
Dave: Ciyeee, gaya banget sih elu ...
John: Bukan gaya, tapi saya ikut maunya ALLAH saja ...
Dave: Oh begitu ya ...

Sesampai di kantor, aku sedikit tegang … aku teringat bahwa teman-teman di kantor akan memberikan sursprise kepadaku. Kira-kira apa ya, aduh … cepatlah hari berlalu … Tiba di lobby kantor, aku lihat semua karyawan dan pegawai sedang berkumpul di depan papan pengumuman. Beberapa pasang mata memandangku, aku hanya bisa tersenyum pada mereka, tapi mereka semua berlalu, koq aneh sih, memangnya ada apa? Aku memberanikan diri untuk melihat papan pengumuman, dan Oh Tuhan … namaku ada dalam baris kandidat PHK … aku akan dipecat? Apa aku kurang produktif menurut kantor? Aku sedikit terguncang, terbayang olehku hidup tanpa penghasilan ... otakku mulai berputar, mau cari kerja di mana ya, hari gini cari kerja susah ... Aku melihat Dave, sepertinya dia acuh, apa belum lihat papan pengumuman ya? Aku berjalan menuju mejaku, aku melihat sepucuk surat dari pimpinan, apa pula ini, biasanya diletakkan di loker. Aku membuka perlahan dan membaca isinya dengan perlahan ... Ah, jadwal rapat hari ini, dan agendanya adalah Singapura, promosi dan PHK. Aku semakin lemas, tulang lututku tak mampu berdiri, aku duduk di kursi kantorku yang empuk, kursi yang mungkin segera akan aku tinggalkan ...

Pukul 09.00 waktunya masuk ke ruang rapat, tapi sedikit aneh ... yang diundang hanya 5 orang, selain aku, Dave, dan Mbak Mira, ada Pak Robert dan juga seseorang yang aku tidak mengenal siapa dia ...

Rob: Ok, hari ini jadwal kita untuk rapat khusus mengenai proyek properti di Singapura, sedangkan agenda tentang promosi dan PHK sepertinya harus ditunda hingga kepulangan tim survei yang akan pergi ke Singapura. Adapun yang saya utus untuk berangkat ke Singapura adalah Dave, John, dan Pak Bambang. Oh iya, hampir lupa, ini Pak Bambang klien kita, beliau yang menawarkan kerjasama untuk mengerjakan proyek ini, beliau mewakili kontraktornya yang berpusat Hongkong, sedangkan kita yang akan merencanakan apartement tersebut sebagai konsultan. Sampai sini ada pertanyaan ...
Dave: Ada Pak, kita berangkatnya masih on schedule ya? Hari minggu besok kan Pak?
Rob: Iya betul, tetap hari minggu besok dan yang paling penting adalah kalian harus menyiapkan materi paparan awal walaupun kalian belum pernah ke lokasi proyek. John, kamu nanti buat materinya, tolong berkoordinasi dengan Dave dan beberapa orang staf ahli yang akan saya tentukan kemudian. John, maaf kemarin tidak bisa hadir di acaramu, saya sedang menyambut Pak Bambang karena baru semalam beliau tiba di Surabaya langsung dari Hongkong. Selamat ya John, hadiah pernikahanmu nanti saja, sepulang kamu dari Singapura ya …
John: Iya Pak, terima kasih ...
Rob: Kamu kenapa John, sepertinya kurang bersemangat ... oh iya, pengantin baru, begadang semalaman ya ...
John: (hanya bisa tersenyum hambar)

Hatiku masih susah dengan informasi yang tertera di papan pengumuman hari ini. Aku masuk ke dalam nama-nama orang yang dianggap tidak produktif, ah ... sudah lah, mau apa lagi, kalau memang kantor tidak menghendaki aku lagi, aku harus ancang-ancang cari kerja di tempat lain. Mengandalkan Adsense? Hasilnya hanya seiprit ...

Aku adalah BATMAN

Andai Istriku Bekas … (Aku adalah BATMAN - Bagian 19)

Aku heran melihat Dave, sedikitpun dia tidak bereaksi dengan kondisiku saat ini, apa dia tidak tahu ya? Kalau memang tidak tahu, ya sudah ... lebih baik tidak usah diberi tahu. Sesampai di apartement, aku masih dengan performaku yang diam dan diam ... aku tidak ingin menyusahkan Sarah dengan kabar ini, biar aku simpan sendiri sampai waktunya tiba ...

Sarah: Apa kabar sayang, gimana hari ini, dapet duit banyak?
John: (aku hanya bisa tersenyum kecil) Alhamdulillah baik-baik saja ...

Aku masih bingung, aku harus mulai dari mana ya? Freelence seperti jaman dulu saat kuliah, hasilnya mana cukup, atau … ah, nanti malam begadang cari info lowongan kerja di internet, harus semangat dan tetap semangat.

Selepas sholat Isya’ dan makan malam, aku segera masuk ke dalam kamar dan berkutat dengan laptopku. Untung saja apartemen Dave juga ada layanan wifi sehingga aku bisa internet gratis dan tidak harus susah-susah cari warnet. Sarah sepertinya bingung melihat tingkah diamku, lalu dia memberanikan diri untuk bertanya …

Sarah: John, kamu dari tadi koq banyak diam, memangnya kenapa? Ada masalah di kantor?
John: Ah, tidak sayang, aku baik-baik saja ...
Sarah: Jangan bohong, aku istrimu … tidak ada rahasia lagi, kalau kamu ada masalah mari kita selesaikan bersama …
John: Tidak sayang, aku baik-baik saja ...

Aku bingung, bagaimana ini. Sarah masih juga penasaran dengan tingkahku yang … aduh, harus bagaimana ya! Hari ini sebenarnya hari yang berat, ingin rasanya segera merebahkan punggungku berselimutkan Sarah cantikku, tapi aku harus segera cari pekerjaan lain sebelum benar-benar di pecat. Lalu tiba lah ide isengku, dari pada jutek nggak karuan, ngerjain Sarah aja ah, untuk sementara lupakan informasi di papan pengumuman tentang rencana pemecatanku. Fuiihhh, mudah-mudahan berhasil …

John: Sarah, sebenarnya aku punya rahasia, tapi tolong jangan cerita ke siapa-siapa!
Sarah: Rahasia apaan sih?
John: Janji tidak marah dan tidak akan cerita pada siapapun?
Sarah: Janji koq pake jangan marah segala, memangnya kamu kenapa?
John: Janji bahwa kamu akan selalu mencintaiku apapun yang terjadi padaku
Sarah: Aduh, koq jadi bingung sih, cepetan ngomongnya … iya janji
John: Sumpe lo …
Sarah: Aahhh, bikin penasaran aja, iya janji, sumpah …
John: Nanti saja, aku khawatir kamu tidak bisa menerimanya …
Sarah: Menerima apa, aku janji, beneran John, aku janji …

Kali ini Sarah menangis terisak-isak, aduh ... keterlaluannya aku sampai membuat istriku menangis. Ternyata Sarah begitu perasa, aku harus menjaganya dengan sangat hati-hati ... aku berjalan mendekatinya, dan mendekapnya. Aku membiarkan Sarah menangis terisak-isak di pelukku, masih dengan kalimat terakhirnya, ”aku janji, aku janji ...”. Aku jadi ikut terharu

John: Aduh sayang, koq nangis sih ...
Sarah: Sebenarnya ada apa sih John, apa kamu punya istri lain selain aku? Aku sangat mencintaimu John, jika di dalamnya kamu berbahagia, aku tetap akan mencintaimu, aku sangat mencintaimu John, tapi tolong jangan tinggalkan aku ... aku janji ...

Hatiku semakin miris, ah ... aku sungguh keterlaluan, tapi kata-kata yang keluar dari bibir Sarah barusan! Kalimat tertinggi yang bisa diucapkan oleh seorang istri, tiada satu wanitapun di dunia ini yang mau dimadu, bahkan Ibunda Siti Hawa istri dari Nabi Adam as sekalipun tidak rela, Siti Fatimah r.ha anak dari baginda Nabi Muhammad SAW sekalipun tidak sanggup, apatah lagi seorang Sarah ... Aku coba untuk menenangkan hati Sarah, tapi bagaimana caranya ya? Sarah masih menangis terisak dalam pelukanku, dapat aku rasakan hangat linangan air mata yang mengalir deras di dadaku.

John: Siapa yang punya istri selain kamu, mana sanggup aku melukai hatimu, aku sangat sayang padamu Sarah ... aku hanya ingin mengatakan bahwa ...
Sarah: Bahwa apa, aku sudah tidak sabar …
John: Sarah, sebenarnya aku adalah BATMAN ...
Sarah: (diam sejenak begitu juga tangisnya, lalu Sarah mendongakkan wajahnya menatapku) BATMAN? Batman dari Indramayu, John ... kamu ngerjain aku ya! Aku dibuat sampe nangis begini, kirain mau ngomong apaan, ternyata, ugh ... awas kamu ya ... nanti aku bales baru tau rasa ...
John: Ha ha ha, istrinya Batman koq jadi sewot sih ...
Sarah: Ugh, aku masih sebel tau …

Susah hatiku sedikit terobati melihat tingkah manja Sarahku, hari semakin larut dan Sarah telah lelap dengan sesekali masih mengigau dengan kalimat yang sama, ”aku janji ... aku janji”. Sarah, tidak disangka kau begitu perasa ... sebentar lagi arsitekmu akan jadi pengangguran, ah teganya orang kantor, kurang maksimal apa aku bekerja, masih juga masuk daftar PHK. Dave, kenapa kau diam saja melihat aku akan dipecat, dasar kakak ipar durhaka! Eh, ada nggak ya kakak ipar durhaka? Kalau anak durhaka mungkin ada, tapi kalau kakak ipar durhaka? Halah, aku koq mikirnya semakin tidak karuan saja ... Sudah ah, apapun hasilnya, walalupun aku harus dipecat sepulang dari Singapura, aku harus tuntaskan proyek properti ini dengan sempurna.

Aku masih sibuk dengan urusan mencari kerja di internet, semua perusahaan dan konsultan internasional di bidang perencanaan arsitektur dan landscape, baik di Indonesia, Singapura, bahkan hingga ke Abu Dhabi telah aku simpan datanya. Beberapa konsultan sudah aku kirimi semua data tentang diriku, perjalanan karirku, hasil rancanganku dan juga file prestasi akademikku. Ah, seperti baru lulus kuliah saja ... ups, hampir lupa, cari informasi tentang apartement di Singapura, buat materi paparan hari senin ... Ahhh, malam yang sungguh melelahkan, minggu depan, segera berlalu, supaya aku tidak stres dengan hasil pengumuman di kantor tadi pagi ... Pukul 01.00 dini hari, huaaa ... mengantuk sekali rasanya, tiduran sebentar ah lalu baru sholat tahajut. Aku melihat sarah di kasur empuknya, aku merapikan rambut coklat yang menutupi kecantikannya. Aku memandanginya lekat-lekat, membelainya, mencium keningnya. Ingin rasanya aku tidur di sampingnya, tapi aku khawatir membangunkan tidur lelapnya seperti kemarin. Akhirnya aku putuskan untuk tidur beralaskan sajadah, hanya untuk mengurangi dinginnya lantai kamar yang berpenghawaan buatan, fasilitas AC di apartemen Dave seperti di hotel bintang 4, AC central. Karena sangat lelah, aku langsung tertidur hingga akhirnya aku dibangunkan air yang jatuh mengenai wajahku ... apartement Dave bocor? Memangnya kamar kostku, nggak mungkin banget. Aku membuka mata dan aku dapati Sarah sedang duduk bersimpuh di sampingku sambil menangis terisak, aku jadi heran kenapa Sarah menangis, kali ini apa lagi yang membuatnya menangis ...

John: Ada apa Sarah, kenapa menangis?
Sarah: Aku jahat, kamu sampai tidur di lantai ... maafkan aku John, maafkan aku ...
John: Aduh Sarah, nggak apa-apa ... semalam, aku khawatir membangunkanmu jika aku tidur di sampingmu, jadi aku putuskan untuk tidur di lantai saja ...
Sarah: Tidak, aku yang jahat, aku istri yang dzolim ... kalau kamu ingin marah, marahlah padaku, jika kamu ingin memukulku, pukul lah aku ...
John: Sudah Sarah, jangan menangis lagi ... sebenarnya yang salah itu aku, bukan kamu. Sudah ya, diam jangan menangis terus ... aku juga minta maaf
Sarah: Tapi aku sudah dimaafkan?
John: Sudah sayang, semua kesalahanmu yang lalu, hari ini dan yang akan datang, semuanya sudah aku maafkan, sudah ya jangan menangis lagi ...
Sarah: (hanya bisa mengangguk kecil)

Munajat

Andai Istriku Bekas … (Munajat - Bagian 20)

Mulai hari ini, aku akan berhati-hati ... jangan sampai membuat Sarah menangis lagi, tapi mungkin sudah sifatku atau karena ketularan Dave, jadinya suka ngerjain orang ... Setelah Sarah sedikit tenang, aku bergegas menuju kamar mandi, sepertinya aku tidur terlalu banyak, 30 menit lagi adzan subuh, sempat nggak ya sholat tahajut?

Sarah: Sayang, semalem begadang ya? Bangunnya sampe telat begini
John: Iya, abisnya ngelembur kerjaan kantor (aku sedikit berbohong padanya)
Sarah: katanya mau do’a bareng …
John: Iya, nanti setelah sholat beberapa rakaat kita do’a bareng ya cantik …
Sarah: Aku tunggu di sini ya!
John: (mengangguk kecil)

Selesai urusan ke belakang kemudian berwudhu, aku melihat wajahku di cermin kamar mandi, masih sayu dan terlihat ngantuk. Ah, whatever … pokoknya sholat malam jangan sampe ketinggalan. Aku kembali ke kamar dan bersiap untuk sholat tahajut, aku dapati Sarah masih setia menungguku untuk do’a bersama …

John: Sayang, aku sholat dua rakaat pendek dulu ya, trus kita do’a bareng …
Sarah: (mengangguk kecil)

Sebelum sholat, aku sempatkan diri untuk mencium kening Sarahku lalu sedikit merapikan rambutnya. Aku meberinya senyum sambil memandang wajahnya yang teduh, sedangkan Sarah membalasnya dengan senyum terindah miliknya, lalu memeluk lingkar pinggangku. Aduh, gawat … si Otong bisa-bisa bangun kalau begini, lalu aku lepaskan dengan perlahan sambil mengerlingkan mata ke arah Sarahku, dan Sarah membalasnya dengan kerling mata yang sama. Ugh, jadi gemes deh … sudah ah, kalau gemes-gemesan terus, kapan sholatnya

Aku memulai melaksanakan sholat tahajutku, aku kerjakan dengan pelan-pelan dan berupaya untuk khusyu sempurna. Setelah dua rakaan pendek, Sarah menhampiri dan duduk di sampingku, oh … rupanya menagih janji

John: Sayang, sebenarnya kamu sakit apa sih?
Sarah: Sakit parah, sakit inilah yang merenggut nyawa kakak perempuanku saat masih tinggal di Jerman bersama ayah …
John: Memangnya sakit apaan? Obesitas seperti Ibu?
Sarah: John, awas kamu yah … kamu koq ngatain Ibu obesitas …
John: Iya, bukan obesitas, tapi gembrot …
Sarah: Aku bilangin Ibu biar tau rasa …
John: Halah, anak Ibu koq kolokan, pake lapor satpam segala
Sarah: Lho, sekarang Ibu dibilang satpam … ugh, aku sebel sama kamu …
John: Iya maaf, Ibumu cantik, seksi, bahenol, suit suit deh pokoknya …
Sarah: Ha ha ha, rasanya koq nggak pantes, Ibu koq disebut seksi …
John: Dibilangin juga apa …
Sarah: Sudah ah, mulai do’a yuk … aku belum cerita sakitku apaan ya? Sebenarnya aku sakit

Sekali lagi aku mencegah Sarah untuk melanjutkan cerita sakitnya, aku ingin berbaik sangka dan selalu berbaik sangka padaNya, semoga dengan keberkahan do’a kami malam ini ada jalan bagi kesembuhan Sarah … mulailah kami mengangkat tangan dan melantuntan senandung penghambaan padaNya … setiap penggal do’aku dijawab dengan kata amiiin oleh Sarah, Sarahku, sakit apaan sih dia?

Ya Tuhan, pemilik seluruh langit dan bumi. Kami sepasang anak manusia yang kau persatuhkan dengan perintahMu ingin menghaturkan do’a, kami yakin hanya Engkau saja yang dapat menolong kami, tanpa pertolongan dariMu maka segala daya upaya kami akan sia-sia belaka … Amiiiin

Ya ALLAH ya Tuhan kami, istriku sedang sakit, aku juga sedang sakit. Sembuhkan sakit kami, karena hanya Engkau saja pemilik khazanah kesembuhan ini, karenanya Ya Tuhan ... sembuhkan kami dengan QurdratMu ... Amiiiin

Ya ALLAH, aku mencintai Sarahku, jika untuk kesembuhannya Engkau menginginkan nyawaku, aku rela nyawaku untuknya, aku rela ruhku telepas dari jasadnya ... apa saja bisa aku lakukan untuk kesembuhannya. Sedangkan untuk kesembuhanku, jangan pernah Engkau sembuhkan, aku ridho dengan sakit yang Engkau hujamkan ke dalam hatiku. Aku mencintaiMu, rasulMu dan juga Istriku, karenanya sembuhkan sakit Sarahku. Bukankah aku ini hambaMu? Siapa yang dapat penuhi permintaan seorang hamba selain Tuannya? Engkau saja Tuhanku, Engkau pelindungku, Engkau Dzat yang Maha Perkasa, pemilik hatiku ...

Kali ini, tiada kata amin yang terucap dari mulut Sarahku. Yang ku dengar hanya isak tangisnya, aduh ... aku lupa, Sarahku begitu perasa ... akhirnya aku sudahi do’aku dan menenangkan tangis istriku.

John: Sayang, kenapa menangis?
Sarah: Aku tidak mau, aku tidak mau …
John: Apanya yang tidak mau!
Sarah: Akulah yang pantas untuk mati untuk kesembuhanmu, bukan kamu …

Kali ini tangis Sarah semakin kencang, aku bingung bagaimana menenangkannya. Aku berbalik dan coba tenangkan Sarah yang sedang sesegukan. Kali ini Sarah enggan dipeluk, aku ingin membiarkannya menangis dalam pelukkanku, tapi Sarah mencegahnya, dia tidak ingin di peluk. Aku membiarkannya sampai beberapa saat, kemudian Sarah mengeluarkan kalimat yang sungguh menyesakkan hatiku ...

Sarah: John, sebenarnya aku sedang sekarat, aku sakit kanker darah, leukemia John …
John: (aku terdiam sesaat) aku mencintaimu Sarah, aku mencintaimu
Sarah: Kalau kamu John, apa sakitmu yang dengannya kamu enggan untuk disembuhkan bahkan ridho dengan sakitmu ...
John: Hatiku sedang sakit Sarah, Dia telah menghunjamkan rasa cinta yang sangat kuat, cinta padamu, karenanya aku enggan disembuhkan dari sakit ini. Aku ingin mencintaimu selamanya ...

Kali ini keengganan Sarah telah mencair, Sarah menubrukku dan memelukku dengan erat. Aku membiarkannya menangis tersedu dalam dekapanku. Ah ... Sarah, tenyata Sarahku sedang sakit, sakit yang parah. Aku cukup terpukul dengan kenyataan ini ... Sarahku sekarat

Adzan subuh berkumandang dari PDA ku, aku melepaskan peluk erat Sarah dengan sangat perlahan. Sarahku ternyata lagi sekarat, tapi dia tegar dan tampak seperti tidak sakit sedikitpun, hebat sekali ... Aku berjalan sedikit linglung ke basement apartemen tempat musholah berada. Aku temui Dave sudah ada di dalam musholah sedang sholat sunah sebelum subuh. Kali ini aku begitu sedih, ingin rasanya aku menangis, aku bisa tegar dengan pengumuman rencana pemecatanku di kantor, tapi mendengar kenyataan bahwa Sarahku sekarat, sungguh aku sulit untuk tegar ... Semoga ALLAH menguatkanku, ujian untukku kali ini berat sekali, ya ... ujian dariNya untukku. Aku sulit untuk tegar dengan kenyataan bahwa Sarahku sekarat ...

Pria sejati

Andai Istriku Bekas … (Pria Sejati - Bagian 21)

Suasana hatiku masih tidak karuan, urusan kantor hari pasti akan lebih berat. Oh Tuhan, ujian apa lagi yang akan Engkau timpakan padaku. Pak Robert memanggilku ke ruangannya, aku tidak tahu ada apa, mungkin aku akan di pecat hari ini, tidak menunda minggu depan! Begitu fikirku dalam hati ...

Rob: Bagaimana persiapan paparan besok senin ...
John: Ah … sudah Pak, sebagian sudah saya kerjakan. Mulai model apartement yang ada di Singapura, beberapa model yang sedang trend di Amerika dan Eropa, lalu kajian legal aspect, sempadan, ketinggian bangunan maksimal, alternatif estetika bentuk, semua sudah saya kumpulkan datanya, termasuk lembaga yang mengurusi perumahan bagi penduduk asli Singapura, bahkan kemungkinan-kemungkinan jika produk kita diminati oleh orang asing selain Singapura. Saya menganggap bahwa, Singapura punya peluang untuk mengembangkan properti bagi orang asing yang banyak berkerja dan menetap di negara mereka, hal itu terlihat dari prosentase jumlah penduduk asli Singapura dan penduduk asing, pertambahan jumlah penduduk asing dan bekerja menetap di Singapura cukup mencolok dari tahun ke tahun, sedangkan pertambahan jumlah penduduk singapura cenderung stagnan. Semua sudah saya buat dalam beberapa format sajian, ini saya juga bawa print out-nya sebagian, tapi belum seluruhnya Pak …
Rob: Saya heran John, kenapa Dewan memasukkan namamu ke dalam deretan nama orang-orang yang dianggap tidak produktif, padahal dalam semalam kerjamu sangat luar biasa. 2 atau 3 orang staf teknik bagian perencanaan belum tentu bisa membuat materi seperti yang kamu sajikan … apa kamu ada masalah dengan direktur lain atau menejer bagian perencanaan?
John: Setahu saya, saya tidak pernah ada musuh Pak, saya selalu berusaha baik pada teman-teman di kantor …
Rob: Ya sudah kalau begitu, saya tidak bisa bantu kamu lebih banyak, jika memang keputusan dewan direksi lain, saya minta maaf sekarang John. Saya memang direktur utama, tapi keputusan ada pada rapat dewan direksi …
John: Tidak apa-apa Pak, saya juga pasrah dengan keputusan dari kantor …
Rob: Kamu tidak menuntut pesangon? Kamu memang baru bekerja 3 tahun, tapi kerjamu selalu luar biasa John …
John: Tidak Pak, tidak mungkin saya minta pesangon jika saya dianggap tidak produktif
Rob: Ha … ha … John, kamu selalu begitu … sekali-sekali ambisi kenapa sih?
John: Tidak bisa Pak, saya seperti ini ... saya hanyalah John, arsitek junior di kantor ini
Rob: Ya sudah, besok hati-hati di Singapura ya, sepertinya klien kita kenal dengan kamu dan Dave ...
John: Kenal? Siapa ya?
Rob: Katanya kamu yang mengerjakan proyek cottage di Bali beberapa waktu yang lalu
John: Mr. Frank dan Rebecca ... iya, pasti mereka
Rob: Sepertinya iya, mereka yang meminta kontraktor dari Hongkong supaya kantor kita yang mengerjakan perencanaannya ... sudah John, kamu boleh pergi …
John: Saya permisi dulu Pak, selamat pagi …
Rob: Ya selamat pagi, pintunya tolong ditutup kembali ...

Klien kami kali ini Rebecca, aku jadi teringat dengan ’kencan’ kami. Apa kabarnya ya, terakhir terima email darinya, dia sedang belajar tentang Islam di beberapa pusat kebudayaan Islam di Amerika. Jadi penasaran pengen ketemu lagi ... Aku berjalan menuju ruang kerja Dave, dan menyerahkan beberapa berkas keperluan paparan di Singapura ...

John: Dave, ini materi paparan buat besok, tapi belum semuanya ... besok sabtu mau aku sempurnakan, sudah ke bagian keuangan belom untuk urusin ongkos kita besok?
Dave: Sudah, katanya sih sudah ditransfer ... nggak tau juga sih ...
John: Gimana sih, kamu mau kita kelaparan di Singapura ...
Dave: Nggak mungkin kelaparan lah, kamu bisa macam-macam tarian kan?
John: Maksud kamu?
Dave: Kalau kita kehabisan duit, kamu bisa nari telanjang di diskotik khusus gay, yakin dapet duit banyak ...
John: Kurang ajar, sembarangan aja ngomong ...
Dave: Ha … ha … John, nggak pernah berubah John, selalu jadi sasaran empuk kalau aku kerjain ... tenang, ini baru aku periksa di internet, duit perjalanan sudah masuk ke rekeningku ...
John: Ok sip deh ...
Dave: Tadi ngobrol apa sama Pak Robert ...
John: Banyak deh, tapi ini obrolan khusus pria sejati ...
Dave: Halah, pria sejati ... kamu itu masih perjaka ting ting, senjatamu masih belum terpakai ngaku-ngaku pria sejati ...
John: Jangan keras-keras, nanti didenger temen kantor lainnya, lalu aku dikira nggak tau caranya, padahal kan karena ada sebab khusus ...
Dave: Hoey, pengumuman ... John masih perawan ...
John: Dave ... awas kamu ya
Dave: Ha ... ha ... ha ...

Kerja vs Belanja

Andai Istriku Bekas … (Kerja vs Belanja - Bagian 22)

Hari ini libur kantor, aku hanya ingin beristirahat di rumah bersama Sarah sambil menyelesaikan materi papara untuk besok. Sarah memandangku, aku heran dan sedikit malu, ada apa sih liat-liat …

Sarah: John, kamu sibuk?
John: Ah nggak juga, memangnya kenapa …
Sarah: Aku mau mengajak kamu jalan-jalan sambil shoping di mall, kamu bisa?
John: Eh, harus sekarang ya? Gimana kalau nanti siang habis dzuhur, aku mau selesaikan materi buat ke Singapura dulu, nggak apa-apa kan cantik …
Sarah: Nggak apa koq John, terserah kamu saja …

Aku melanjutkan bekerjaku, membuat lay out, site plan, tipikal model kamar apartement dan sebagainya. Karena waktu masih panjang, aku sempatkan untuk membuat model tiga dimensi dalam format animasi … Sambil bekerja, Sarah mengajakku ngobrol kesana kemari sembari berbaring di atas ranjangnya …

Sarah: John, kamu punya rahasia apa?
John: Aku? Aku nggak punya rahasia apa-apa? Kalau kamu, ada yang kamu rahasiakan dari aku? Mungkin mantan pacar, phobia pada benda tertentu, atau apalah?
Sarah: Aku ... emmm, aku nggak pernah pacaran, jadi nggak punya mantan pacar. Kalau phobia pada benda tertentu ... apa ya, oh iya ... aku paling takut sama binatang melata seperti cicak, ulat, dan juga serangga bersayap seperti laron, kupu-kupu juga
John: Aduh, banyak banget ... kamu tidak takut gelap?
Sarah: Gelap! Nggak juga sih, kadang-kadang takut sih, tapi nggak terlalu. John, katanya kamu pernah patah hati ya?
John: Eh, siapa bilang ...
Sarah: Dave yang bilang, katanya foto cewekmu itu ada di dalem PDA-mu ...
John: Sarah, kamu cemburu ya?
Sarah: Nggak koq, kamu kan sudah jadi suamiku, siapa yang berani merebutmu dariku? Lagian, apa ada gadis yang lebih cantik dari aku ...?
John: Ya ... mungkin ada, tapi hanya kamu yang mau jadi istriku (aku kerlingkan mataku)
Sarah: John, boleh lihat folder perfect project di PDA-mu
John: Maaf, nggak bisa ...
Sarah: Koq gitu sih, katanya kita sudah nggak ada rahasia lagi!
John: Memang sudah tidak ada rahasia lagi diantara kita, tapi folder itu sudah aku hapus
Sarah: Beneran, nggak bohong? Apa kamu masih simpan fotonya? Walau hanya satu, mungkin di situs pribadimu, atau di blogmu?

Aku terdiam sesaat, oh iya … ada blogku yang masih menyimpan beberapa file yang berisi puisi terakhir dan juga fotonya. Koq bisa tahu sih, aku nggak pernah cerita ke siapapun …

John: Hmmmm, mungkin masih ada … sini sayang, duduk dipangkuanku …
Sarah: Si otong nggak kegencet?
John: Ha ha ha, tenang … sudah aku nina bobo, ini lagi aku kempit
Sarah: Ha ha, ada ada saja ...

Aku mulai membuka beberapa blog dan situs pribadiku, aku menyimpannya dalam format draft, sehingga hanya bisa diakses bila aku masuk ke mode setting dengan entry password. Saat melihat foto dan baris syairnya, aku melihat raut wajah Sarah yang berubah ... lalu Sarah kembali berbaring ke atas ranjangnya ...

John: Sarah, kamu tidak apa-apa?
Sarah: Tidak, aku hanya sedikit cemburu padanya
John: Apa yang bisa membuat rasa cemburumu sirna, katakan?
Sarah: John, apa kamu akan tetap menyimpan semua kenangan tentangnya? Kanapa kamu masih menyisakan beberapa file, puisi bahkan fotonya? Kenapa tidak kamu hapus, aku cemburu John ...

Aku terdiam sesaat, lalu aku buka kembali semua situs gratisan dan blog yang pernah aku buat sejak jaman kuliah sampai ngantor di konsultan. Kemudian, aku memanggil Sarah ...

John: Sarah, sini sayang ...
Sarah: Kamu mau nunjukin apa lagi John, fotonya yang lain?
John: Cantik-cantik koq cemberut, ayo sini jangan cemberut saja ...

Sarah berjalan dengan malas ke arahku, lalu kembali duduk di pangkuanku, tapi kali ini sedikit dihentakkan sampai si Otong kaget bukan kepalang.

Sarah: Apa? Kali ini apa lagi ...?
John: Aku ingin kamu menghapus semua file tentang dia dari blog dan situsku ...
Sarah: Lho, koq aku sih ... kamu aja sendiri, aku nggak mau lihat wajahnya ... sebel tau
John: Istriku cemburu ya, iya deh aku hapus semua ... tanpa bekas ...
Sarah: Sudah ya, aku mau tiduran lagi ...
Sarah, selain perasa ternyata dia juga pencemburu, tulen deh pokoknya. Pekerjaanku hampir rampung, kini hanya tinggal proses rendering model tiga dimensi, lalu ditinggal belanja sudah bisa. Aku melihat remaining waktu yang tertera, sekitar 6 jam 50 menit, waktu yang cukup lama untuk shoping …

John: Sarah, jalan-jalannya sekarang yuk …
Sarah: Kerjaanmu sudah selesai?
John: Hanya tingga di-rendering, setelah itu jadi deh videonya ...
Sarah: Rendering apaan?
John: Rendering itu menyambung gambar dari satu frame ke frame lainnya sehingga jadi seperti film, padahal hanya kumpulan gambar yang diubah posisi kameranya ...
Sarah: Ah, nggak ngerti ah ... yuk jalan-jalan
John: Let’s go, kita naik apaan nih?
Sarah: Naik mobilku lah?
John: Lho, kamu punya mobil?
Sarah: Punya, hadiah dari papaku sewaktu aku pindah ke Indonesia ...
John: Oh begitu, papamu sekarang di mana?
Sarah: Entah lah, aku hanya bisa menghubunginya lewat email, kadang aku juga chatting dengannya kalau sudah kangen banget, pake webcam ...
John: Oh begitu, memang bisnis papamu apaan, Dave nggak pernah cerita tuh ...
Sarah: Papa general trading, kadang jualan emas, permata, kertas, pokoknya semua deh ...
John: Wah, tajir dong
Sarah: Seharusnya iya, tapi setelah bercerai dari Ibu, Ibu sudah nggak mau berhubungan dengan papa, tapi aku tetap sayang pada papa ...
John: Hebat, anak yang berbakti ...

Aku menemani Sarah berbelanja ke manapun dia mau jalan, terkadang aku heran dengan tingkahnya, terlalu kanak-kanak dan manja. Tapi anehnya, dia selalu mengeluarkan kartu debit miliknya, aku tidak pernah boleh mengeluarkan kartu debit milikku ...

John: Sarah, yang bayar seharusnya kan aku, kamu istriku ...
Sarah: Sudah nggak apa, ini hadiah pernikahan dari papa, kemarin aku mengirimkan foto pernikahan kita, papa titip salam ke kamu ...
John: (hanya bisa bengong) oh begitu ya! Memang dikasih berapa sama papamu?
Sarah: Lima ratus ribu ...
John: Lima ratus ribu apaan? Rupiah, sekali belanja juga habis ...!
Sarah: Lima ratus ribu US dollars, emang kamu apa kasih duit belanja hanya 23 ribu rupiah
John: Ha ha ha, masih marah ya karena dapet patimura kemarin ...

Ust Jabal Nur?

Andai Istriku Bekas … (Ust Jabal Nur? - Bagian 23)

Huuaaaa, capek juga temenin istri belanja ... sudah ah, liat laptop lagi, lanjutin kerjaan. Sarah sibuk dengan membongkar belanjaannya, membuka satu bungkusan ke bungkusan lainnya, lau Sarah menunjukkan satu kemeja berwarna biru lengkap dengan dasi bergambar dinosaurus, aduh centilnya ... dino karakter di film kartun Flinstone

Sarah: John, ini buat kamu ...
John: Buat aku? Kapan ambilnya, aku koq nggak lihat ...
Sarah: Gimana mau lihat, kamu sibuk nerawang, pasti menghitung perkiraan pengeluaran karena belanja bareng aku kan!
John: Iya, betul sekali ...
Sarah: Ayo dicobain ... pasti keren. Kapan-kapan temenin aku ke salon ya
John: Ok beres, tapi besok kalau ke salon aku yang bayar ya ...
Sarah: Beneran, kamu yang bayar ...?
John: I ... iya, tapi jangan salon yang mahal ...
Sarah: Aduh suamiku yang ganteng, tenang ... sesuai kantong arsitek junior
John: Hi ... hi ... gitu deh ...
Sarah: Ah, capek banget ... istirahat dulu ya ...

Sarah tidur nyenyak sekali, sampai hampir maghrib masih belum bangun juga. Aku coba merapikan posisi tidurnya, lalu ... ups ... Sarah terjaga ...

John: Aduh maaf, kamu jadi terbangun ya ...
Sarah: Ah, nggak apa-apa ... lagian aku sudah dari tadi istirahat. Kamu sudah mandi John
John: Sudah barusan, ini mau ke musholah dulu ya mau sholat maghrib nih ...
Sarah: Sayang, titip beli susu cair coklat ya ... yang gedhe ukuran satu liter, aku lagi pengen minum susu coklat siap minum
John: Ok deh, siap jalankan perintah cantik ...
Sarah: Di minimarket bawah ada tuh ...
John: Ya, Insya ALLAH nanti aku beliin. Beli berapa banyak sayang?
Sarah: Emmm, dua aja cukup ...

Selepas sholat mahgrib berjama’ah di musholah apartement, aku bergegas menuju minimarket dan membeli beberapa keperluan, juga susu pesanan Sarahku. Beli apa lagi ya? Oh iya, beli bekal buat ke Singapura saja ah ... tapi entar diledekin Dave dibilangin seperti Ibu-ibu lah, banci lah ... sudah ah, tambah air mineral botol dan minuman dengan soda ringan saja deh, buat di jalan.
Sesampai di apartement, aku dapati Sarah sedang sibuk dengan mp3 palyer miliknya. Lagi dengerin apaan sih? Bikin penasaran aja ...

John: Lagi sibuk nih, dengerin apaan sih?
Sarah: Anu, dengerin ceramahnya Ust Jabal Nur …
John: Ust Jabal Nur, ustadz dari mana? Aku koq baru denger?
Sarah: Mana aku tahu, aku copy dari laptopnya Dave …
John: Coba denger dikit dong …
Sarah: Susunya dapet?
John: Ada nih, aku beliin 5 kotak, minum sampe gendut sana …
Sarah: Ugh, awas ya kalo nanti aku sudah gendut trus kamu lirik cewek lain?
John: Ya nggak mungkin lah sayang, nggak mungkin banget …
Sarah: Koq nggak mungkin sih?
John: Kan ketutupan sama kamu, jadi mana bisa lirik cewek lainnya
Sarah: John, awas kalo berani macem-macem …

Aku kemudian sibuk mendengarkan ceramah Ust Jabal Nur, aku sepertinya kenal dengan suara ini. Cara dia menyemangati, cara dia berbicara, sebenarnya siapa sih Ust Jabal Nur …?

John: Sayang, aku copy ke laptopku ya!
Sarah: Boleh, laptopmu nggak pake virus kan?
John: Ya nggak lah, nggak mungkin banget … virus, najis abis …
Sarah: Ha ha, beneran nggak pake virus, tapi punya anti virus kan? Karena laptopku ada virusnya …
John: Ada virusnya, sini aku bersihin sekalian …
Sarah: Sudah ... nanti saja, pulang dari Singapura saja ...

Setelah scan virus, aku mengcopy file dari mp3 player Sarah dengan title Ust Jabal Nur. Aku memperhatikan tanggak di-create file, dan sungguh mengejutkan, file ini usianya sudah 5 tahun yang lalu. Aku coba mendengarkan langsung dari laptopku tanpa menggunakan earphone, lalu aku bertanya pada Sarah ...

John: Sarah, apa Dave pernah cerita dia dapet files ini dari mana?
Sarah: Katanya sih hasil merekam beberapa pengajian sewaktu dia masih sering mampir ke masjid kampusmu untuk belajar Islam ...
John: Oh begitu ya … Dave sudah pulang belum?
Sarah: Sepertinya sudah, aku panggilin ya!
John: Nggak usah, hanya mau tanya tentang file mp3 Ust Jabal Nur

Siapa Jabal Nur?

Andai Istriku Bekas … (Siapa Jabal Nur? - Bagian 24)

Aku masih bingung dengan files Ust Jabal Nur, bagaimana tidak bingung, gaya bahasanya gue banget. Tapi koq nama filenya Ust Jabal Nur? Yang bikin aku curiga adalah tanggal mp3 ini dibuat, saat aku masih kuliah dulu ... dalam kebingunganku, aku coba memutar sedikit rekaman tersebut ...

Saudara-saudaraku sekalian, ALLAH sekali-kali tidak pernah berhajat pada ketaatan kita. Taatnya kita hari ini adalah untuk kepentingan diri kita sendiri, bukan untuk ALLAH. Dia Dzat yang Maha Mulia, kalaupun seluruh manusia ingkar padaNya, Dia sedikitpun tidak menjadi hina, karena ALLAH Dzat yang Maha Mulia. Dan jika seluruh manusia taat padaNya tanpa kecuali, hal ini juga tidak menambah kemuliaanNya, karena Dia adalah Dzat yang Maha Mulia. Untuk meninggikan agama ini, ALLAH tidak pernah berhajat pada amalan kita, sedikitpun tidak. Pengurbanan kita bagi agama ini, adalah untuk meninggikan derajat kita dihadapanNya, nanti pada kehidupan setelah mati. Itulah iman, yakin dengan yang ghoib. Siksa kubur belum tampak, tapi kita yakin pasti ada, itulah iman. Yakin dengan yang tidak tampak. Surga belum tampak, tapi kita yakin bahwa taat padaNya akan membawa diri kita menuju surga, itulah iman, yakin dengan yang tidak tampak. ALLAH berfirman bahwa, ”sesungguhnya ALLAH telah membeli dari diri tiap orang beriman, nyawa mereka, harta mereka dan akan diganti dengan surga”, diri kita ini milik ALLAH, karena dia telah membelinya dan pembayarannya adalah surga. Tapi ALLAH hanya membeli dari orang beriman saja, yang tidak beriman tidak wajib untuk ikut berkurban.

Saudara-saudara sekalian, aku berdiri di sini bukan untuk mengajak kalian terbunuh di medan jihad lalu menjadi syahid, kita punya amanah dari orang tua kita untuk belajar dengan tekun dan menjadi sarjana. Jika ada diantara kalian yang hadir di majelis ini melalaikan amanah dari orang tua kalian, segera bertaubat, minta ampun padaNya. Ridho ALLAH ada pada keridhoan kedua orang tua kita. Jadi saudara-saudara sekalian, aku hanya minta kerelaan waktu, harta dan jiwa kalian sebentar saja, saat liburan semester, kita akan mendatangi daerah-daerah minus di propinsi ini, hanya dengan satu tujuan, mengembalikan mereka pada ALLAH. Hari ini, semua manusia berlomba-lomba menuju api neraka, tanggung jawab siapa ini? Tanggung jawab umat Islam semuanya ... kita ikut bertanggung jawab atas kemunduran agama pada ummat ini....

Aku tersentak, telah lama aku melupakan kerja sosial dan keagamaan seperti saat masih kuliah. Mendatangi daerah-daerah minus yang jauh dari pendidikan, jauh dari agama, lalu membagikan bahan makanan, bibit tanaman, mendirikan pos keamanan, poliklinik sederhana, semua aku lakukan semata-mata untuk ALLAH, agar umat Islam terlindungi.
Hatiku masih susah dan jantungku tersentak kuat dengan baris kalimat yang aku dengar dari remakan Ust Jabal Nur. Di Airport, aku coba beranikan diri bertanya pada Dave tentang rekaman suara Ust Jabal Nur.

John: Dave, aku mau tanya ke kamu ...
Dave: Tanya apa John?
John: Kamu dapet rekaman Ust Jabal Nur dari mana?
Dave: Ust Jabal Nur? Itu kan kamu John
John: Koq aku sih, tapi namanya Jabal Nur gitu ...?
Dave: Aku biasa mengirim penyusup untuk merekam semua pembicaraanmu di majelis hari jum’at setelah sholat jum’at. Apa kamu nggak ngerasa kalau itu suara kamu?
John: Iya ... nggak begitu yakin sih, Sarah tau kalau itu aku?
Dave: Tau banget, tapi sejak awal aku sudah bilang ke dia kalau Ust Jabal Nur itu Ust gadungan, gayanya saja seperti Ustadz padahal kuliah di jurusan arsitektur
John: Ha ha ha, eh ... koq kamu pake acara rekam-rekam segala sih Dave?
Dave: John, aku sudah sejak lama suka padamu John, aku ingin kamu menjadi temanku, dan kini kamu menjadi saudaraku, kau adik iparku ...
John: Boleh tanya lainnya?
Dave: Boleh, apaan?
John: Koq namanya Jabal Nur sih …?
Dave: Sebab kamu kuat dan tegar seperti gunung, jabal kan artinya gunung. Sedangkan Nur artinya cahaya. Kamu tahu gunung Jabal Nur di Arab sana, kalau malam hari berpendar memancarkan cahaya, mungkin karena mengandung fosfor sehingga dia berpendar di malam hari, tapi yang aku ambil makna di balik itu, kamu bisa menjadi cahaya dalam gelap, dan kamu bisa menjadi tumpuan yang kokoh seperti gunung.
John: Gile bener, sumpah aku kagum sama kamu Dave
Dave: Aku lebih kagum lagi dengan kamu John, pernah suatu hari aku sholat tepat di belakangmu, aku lihat tumitmu berdarah, lalu aku meminta orang lain untuk menanyakan kenapa kakimu berdarah
John: Lalu apa yang kamu dapat?
Dave: Katanya kakimu berdarah karena berjalan di pulau-pulau kecil sebelah timur Pulau Madura, kamu berjalan tergesah-gesah dan membiarkan kakimu berdarah membentur batu-batu karang yang menonjol di Pulau Sepudi, berjalan tergesah karena ingin menemui seluruh penduduk pulau agar memakmurkan masjid. Masjid kosong tak ada jama’ah sholat, padahal ALLAH telah menjamin bahwa orang yang selalu memakmurkan masjid adalah orang yang beriman pada ALLAH dan hari Akhir.
John: Aku sudah lupa, sumpah aku sudah lupa ...
Dave: Ya sudah kalau memang sudah lupa. Flight kita jam berapa ya?
John: Sepertinya jam 08.00 ... kenapa?
Dave: Paspor sudah bawa? Kamu bawa apa aja nih?
John: Anu, kemarin beli di minimarket bawah, ada air mineral dua, air soda dua dan juga air mataku juga dua ...
Dave: Koq pake air mata segala sih?
John: Aku masih terharu dengan aku yang dulu, begitu semangat dan patriotik untuk urusan sosial dan keagamaan. Kini aku hanya berkutat dengan proyek dan proyek saja …
Dave: Semua itu ada masanya, kini saatnya kamu berjuang dengan jalan yang lain, yaitu merancang yang benar dan nggak pake nipu seperti kebanyakan konsultan lainnya
John: Ha ha ha, kamu bisa saja Dave ...

Kemudian terdengar pengumuman bahwa flight kami akan segera berangkat. Aku dan Dave bergegas menuju pintu keberangkatan Internasional, setelah periksa paspor dan tiket, aku berjalan bergegas menyusul langkah Dave yang lebar-lebar ...

Singapore

Andai Istriku Bekas … (Singapore - Bagian 25)

Akhirnya kami tiba di Changi airport, aku dan Dave memutuskan untuk naik bus langsung menuju pusat kota, dan menuju hotel tempat kami menginap. Setelah masuk ke kamar, hari masih terlalu pagi dan aku sedang tidak ingin bermain dengan remote TV ...

John: Dave, aku keluar sebentar ya ...
Dave: Eh tunggu sebentar, materi paparan buat besok di mana?
John: Ada di laptopku, lihat saja di folder project2008, ntar ketemu ...
Dave: Ya sudah, ntar kalau ada masalah aku telpon ya?
John: Ok, telpon genggammu sebelum ke Singapore sudah diregistrasi kan?
Dave: Sudah lah, pengalaman tahun lalu, sampe beli perdana Singapore segala …
John: Sudah ya, aku jalan-jalan dulu ke Simlim ...
Dave: Ok, hati-hati ... paspormu nggak usah dibawa, ntar hilang repot pula ...
John: Pak Bambang ketemu kita di mana?
Dave: nanti sore, di hotel kita ...
John: Sip deh kalau begitu, jalan dulu ya ...
Dave: Sudah sana pergi, aku lagi pengen sendiri ...

Jalan ke mana ya, harus tuker duit receh nih biar kalau ke mana-mana cukup satu dollar naik bus, atau naik kereta dulu ah ... lama nggak ke Orchad Road. Aku naik kereta bawah tanah menuju Orchad Road, lalu mulai berjalan berlenggang, lagakku seperti turis saja ... aduh koq lupa minta duit ke Dave ya, ini kan perjalanan kantor. Baru satu jam berjalan, aku kembali ke kampung India dekat hotelku, seratus meter di hadapanku aku melihat ada seorang gadis berkerudung sedang dijambret, si gadis berteriak minta tolong tapi penjambret berlari lebih kencang, berlari ke arahku. Aku mengambil ancang-ancang untuk merebut kembali tas yang dijambret oleh si penjahat. Ugh, koq ramai sekali sih ... akhirnya aku putuskan untuk menendang kakinya sehingga si penjambret jatuh tersungkur. Tapi, diluar dugaanku, mereka berkomplot, tiba-tiba kepalaku perih dan aku jatuh tersungkur ...

Saat sadar, banya orang berkumpul mengerumuniku, dan kepalaku masih pusing karena seseorang memuluk kepalaku dengan balok kayu. Oh God, thanks to you ... aku masih hidup. Seorang pemuda berkulit hitam keturunan India telah menolongku, dan di sampingnya ada wanita yang tadi dijambret. Sepertinya aku mengenalnya, siapa ya? Berkerudung?

John: Maaf, apa aku mengenalmu?
Reb: John, itu kamu? Aku Rebecca, lupa ya dengan Cottage Denpasar?
John: Kamu Rebecca, tapi koq berkerudung ...?
Reb: Iya, aku sudah menjadi muslimah, kamu hidayah dari ALLAH untukku John, terima kasih ... tadi kamu yang dipukul sama penjahat tadi, bagaimana? Sudah baikan?
John: Alhamdulillah, biidznillah ... aku tidak apa-apa
Reb: Syukurlah kalau begitu, kamu ngenep di hotel mana?
John: Itu, dekat simlim ... kamu sama Mr. Frank lagi?
Reb: Iya, Mr. Frank kan boss ku. Sebenarnya mantan suamiku, tapi kami akhirnya bercerai dan aku mendapat 20% saham di perusahaannya sebagai biaya gugatan perceraian
John: Komisaris dong?
Reb: Ha ... ha ... sebenarnya sahamku bukan 20% tapi hampir 30%, aku sudah memiliki sebagian saham saat masih berstatus sebagai Nyonya Frank.
John: Ngobrolnya sambil makan siang yuk ...
Reb: Boleh ...

Kami berjalan menuju cafe di pinggir jalan yang menawarkan makanan halal khas India, aku hanya memesan chay (teh susu) dan nasi lemak daging kambing, sedangkan Rebecca sepertinya kurang berselera dengan masakan India, Rebecca hanya memesan soft drink ...

John: Bagaimana ceritanya?
Reb: Apanya?
John: Keislamanmu, koq tiba-tiba sekali?
Reb: Tidak tiba-tiba, aku belajar sedikit demi sedikit
John: Pendapat Mr. Frank bagaimana?
Reb: Frank, senang sekali dengan keislamanku, aku jadi tidak centil dan genit lagi, dan aku selalu berkerudung kalau ke kantor. Pakaian panjang hingga mata kaki, dan sesekali aku kombinasi dengan selendang dari Sidoarjo
John: Sidoarjo? Kapan kamu ke sana?
Reb: Setelah dari Bali kemarin, aku mencoba melihat kemungkinan investasi di Surabaya dan sekitarnya, tapi sepertinya kurang menarik. Tapi aku sempat membeli beberapa cindera mata khas Sidoarjo, apa namanya ... bordir?
John: Iya, kain bordir Sidoarjo ...
Reb: John, kamu sama Dave ya?
John: Iya, Dave aku tinggal di kamar, masih sibuk latihan paparan sebelum show time besok. Yang jadi juru bicaranya kan Dave ...
Reb: Ha ha ha, belajar ya! Kamu nggak presentasi saja aku sudah percaya koq, aku suka dengan hasil karyamu ...
John: Maaf, bukan hasil karyaku tapi hasil karya kami ...
Reb: Jangan merendah, aku tahu kalau kamu yang merancang semua bangunan untuk proyek-proyek khusus, betulkan ...
John: Besok, schedulnya jam berapa ya?
Reb: Biasa, jam 10.30 ... Frank biasanya bangun agak siang, aku kan mantan istrinya. Gimana John, kamu sudah menikah?
John: Alhamdulillah sudah, ini ... (aku menunjukkan cincin perak di jari manisku)
Reb: Wah, selamat ya ... aku nggak diberi tahu? Siapa gadis beruntung yang bisa merebut hatimu?
John: Sarah, adiknya Dave ...
Reb: Oh begitu ya, sudah kenal sejak lama dong?
John: Nggak juga, baru kenal beberapa hari lalu langsung aku lamar, gitu ...
Reb: Nggak apa kalau begitu?
John: Sepertinya tidak apa-apa, asalkan syaratnya terpenuhi. Kamu bagaimana Reb, sudah laku belom? Wanita cantik seperti kamu pasti banyak yang suka, kaya raya, cantik, seksi, apa yang kurang?
Reb: Kurang banyak John, aku kurang faham dengan agama yang baru aku peluk. Aku suka Islam karena tidak ada paksaan di dalamnya, dan yang paling penting sesuai dengan akal sehat, tidak mengada-ada ...
John: Maksudnya?
Reb: Seperti penjelasanmu dulu, tentang jejak kaki, gubuk dalam hutan, semua bisa diterima dengan akal sehat. Dan yang paling menyentuh hatiku adalah permata
John: Reb, sudah dulu ya. Aku mau balik ke hotel, Dave pasti lagi bingung sendirian
Reb: Ok, besok ketemu di hotelmu ya ... dan jangan telat
John: Insya ALLAH, assalamu’alaykum
Reb: Wa’alaikum salam ...

Hati ini memang dalam genggamannya. Kalau Dia berkehendak, seorang Rebecca sekalipun bisa menerima Islam. Aku kira semua orang Amerika menganggap Islam identik dengan teroris, tetapi ternyata tidak semua. Aku yakin masih banyak Rebecca Rebecca lain yang pengedepankan akal sehatnya daripada tuduhan keji tanpa bukti. Iraq teroris, ternyata mau sedot minyaknya. Iran teroris, ups nggak berani karena punya nuklir. Indonesia sarang teroris, lalu ... kita sejak dulu sudah dikuasai oleh mereka, apa keuntungan yang didapatkan oleh masyarakat papua dan sekitarnya dengan kehadiran Freeport? Koteka! hanya koteka saja, sisanya apa? Secuil emaspun kita tidak boleh ambil, kalau berani ambil maka tentara-tentara bayaran Freeport akan memburu penduduk asli yang katanya ‘atas nama hukum’ lalu dikejar seperti memburu binatang buruan. Ah, bingung dengan kebijakan politik dan ekonomi negeri ini. Sudah ah, aku jadi arsitek yang baik dan benar saja ...

Pulang

Andai Istriku Bekas … (Pulang - Bagian 26)

Tugas kantor selesai, seperti biasa ... Mr. Frank puas dengan presentasi kami, tapi kali ini tidak ada surat kecil untukku supaya aku menjadi Asia bagi Rebecca, karena dia sudah menjadi muslimah, katanya sih mau jadi muslimah yang baik dan benar ...

John: Dave, kita pulang langsung ke Surabaya kan?
Dave: Koq buru-buru sih, besok lusa saja ... aku mau ke Sentosa Island dulu ...
John: Aku pulang duluan ya, aku kangen Sarah, hatiku tidak enak ...
Dave: Oh begitu ya, ya sudah ... kita pulang sore ini juga …
John: Ya boleh, setuju banget ...

Hatiku berdebar-debar sejak tadi pagi. Aku heran, ada apa gerangan. Aku coba menghubungi telepon seluler Sarah tapi selalu nada tidak diangkat. Akhirnya kami dapatkan pesawat terakhir menuju Surabaya. Perkiraan tiba di Surabaya pukul 22.30 … aduh malam sekali …

Hatiku masih tidak karuan, susah hati karena tidak sekalipun Sarah mengangkat teleponku. Ada apa gerangan? Sarah, ayo hubungi aku, aku khawatir padamu, aku sangat khawatir padamu. Pesawat, cepatlah terbang … hantar aku untuk berjumpa dengan Sarahku

Sesampai di Juanda, aku mecoba menghubungi Sarah sekali lagi, dan jawabanya tetap sama. Kali ini aku coba menghubungi Ibu mertua, dan alhamdulillah diangkat juga …

Ibu: Assalamu’alaikum, John ... kamu di mana? Masih di Singapura?
John: Wa’alaikum salam, iya Bu ... ini saya, saya baru tiba di Juanda, ini segera pulang
Ibu: Jangan pulang, langsung ke rumah sakit ya ...
John: Siapa yang sakit Bu?
Ibu: Sarah tadi jatuh, ini Ibu sedang menunggunya di ruang tunggu rumah sakit, khawatir kalau ada apa-apa, cepat ke sini ya ...
John: I .. iya Bu, saya segera ke sana

Aku hanya bisa terdiam, Sarah di rumah sakit. Oh Tuhan, lindungi dia. Dave menghampiriku dengan keheranan, lalu bertanya ...

Dave: Siapa John, Ibu ya?
John: Iya, tadi aku telepon Ibu. Dave, aku naik taksi saja ya, aku mau ke rumah sakit, Sarah ada di rumah sakit sekarang ... titip barang-barangku ya ...
Dave: Sarah di rumah sakit? Iya, nanti setelah sampai apartement aku langsung menyusul ke rumah sakit ...
John: Sudah ya, aku pergi dulu ...

Di perjalanan, hatiku semakin tidak karuan. Sarah, apa yang terjadi padamu ... Ya Tuhan, Sarah belahan jiwaku, aku baru saja memilikinya, apakah Engkau ingin merebutnya dariku? Ya Tuhan, bukankah Engkau ada? Kenapa Engkau seperti Dave yang selalu ’usil’ dan ’menggangguku’. Sungguh aku selalu ikhlas dan redho dengan apa saja yang Kau timpakan padaku, tapi jangan pada Sarah, tolong Tuhan, jangan pada Sarahku.

Sesampai di rumah sakit aku bergegas menuju kamar dimana Sarah di rawat, di ruang tunggu depan kamar Sarah, aku melihat Ibu yang matanya sembab. Mungkin karena terlalu banyak menangis ...

John: Ibu, Sarah di mana?
Ibu: Ada di dalam sedang istirahat …
John: Apa boleh aku masuk, aku ingin melihatnya ...
Ibu: Semoga boleh, bilang saja pada dokter jaga kalau kau suaminya
John: Iya Bu ...

Aku masih kalut, aku melihat ke kanan dan ke kiri mencari-cari di manakah dokter jaga berada. Akhirnya, dokter jaga sedang melintas di depan kamar Sarah ...

John: Dokter, saya suaminya Sarah, apa boleh saya melihatnya …
Dr: Boleh, tapi sebentar saja, pasien sedang istirahat …
John: Iya dokter ...

Aku membuka pintu kamar rawat inap dengan perlahan, aku lihat wajah Sarahku pucat seputih kapas. Oh, Sarah ... kamu kenapa? Ini aku Sarah, John suamimu. Hiburlah aku dengan suaramu. Aku memandang Ibu dengan khawatir, dan sekali lagi aku memalingkan wajahku dan memperhatikan wajah istriku, aku merapikan kerudungnya dan membelai pipinya yang masih menyisahkan rona merahnya. Aku menarik kursi yang ada di bawah tempat tidur dan duduk di samping Sarah sembari menggenggam tangannya. Sarah, bangunlah sayang, aku ingin mendengar Suaramu walau hanya sedikit.

Beberapa saat kemudian, dalam kesedihanku yang memuncak, aku mendengarkan suara Sarah, walau pelan bahkan sangat pelan, hatiku gembira karenanya. Sarah, kamu sadar juga, aku menyeka air mataku dan menatap bening matanya yang biru kehijauan ...
Sarah: John, apakah itu kamu? Apakah hari ini sudah hari Rabu?
John: Benar Sarah, ini aku suamimu. Aku John, ini masih hari senin ... aku gelisah, aku ingin cepat pulang, aku khawatir padamu ...
Sarah: John, maafkan aku ... tadi aku bandel, aku ingin mengambil sesuatu dari atas lemari lalu aku terjatuh ...
John: Jangan begitu lagi ya sayang, sekarang kamu istirahat saja biar cepat sembuh dan cepat pulang ...
Sarah: (mengangguk kecil dan melanjutkan tidurnya)
John: Sarah, aku mencintaimu ...
Sarah: Aku juga John, aku juga mencintaimu ... (masih dengan mata terpejam)

Ku cium kening istriku, dan aku meninggalkan Sarah beristirahat. Aku menggandeng tangan Ibu untuk segera meninggalkan kamar, Ibu masing enggan meninggalkan Sarah, tapi akhirnya Ibu melangkah juga ke luar kamar dengan langkah berat.

Dave datang tergopoh dengan membawa beberapa keperluan seperti air mineral, wafer, roti, sajadah dan juga bantal. Setelah berbincang beberapa saat, kami memutuskan kalau malam ini aku yang menjaga Sarah, Dave menjemput paksa Ibu untuk segera pulang.

Dave: John, tetap contact ya ...
John: Iya, handphoneku dua-duanya nyala koq ...
Dave: Sudah ya, kami pulang dulu ...
Ibu: John, titip Sarah ya ...
John: (mengangguk dengan sungguh-sungguh)

Aku tidak bisa tidur, susah khawatir memikirkan Sarahku. Oh Tuhan, mau kau apakan aku ... bukankah aku masih hambaMu, apa aku kurang berbakti padaMu. Bakti apa lagi yang Kau inginkan dariMu. Mataku panas, airnya keluar dengan deras dan membasahi pakaianku. Akhirnya aku putuskan untuk mengambil wudhu dan menggelar sajadah ke arah kiblat. Aku ingin sholat, merayuNya, meminta Sarah dikembalikan padaku. Sarahku yang ceria, Sarahku yang suka cemberut, dan juga pencemburu ...

Sarah boleh pulang

Andai Istriku Bekas … (Sarah boleh pulang - Bagian 27)

Setelah dua rakaat yang berat, dimana tiap ayat yang aku baca selalu disertai dengan cucuran air mataku. Aku mengangkat tanganku, dengan terbata-bata aku merayuNya, meminta dengan sangat padaNya.

Ya ALLAH, aku mencintaiMu, sungguh sangat mencintaiMu. Aku tidak pernah membantah apasaja yang Engkau timpakan kepadaku, tapi aku mohon kembalikan Sarah padaku. Aku baru sekejab memilikinya, dan Engkau kini mau merenggutnya dariku. Dulu Engkau pernah melakukannya padaku, sakit itu masih berbekas Ya ALLAH, aku masih kecewa, aku masih terluka, aku masih berdarah. Tiap jengkal hatiku masih merasakan perih saat Engkau merebutnya dariku. Lalu Engkau kirimkan gadis terbaikMu untukku, luka itu hampir sembuh, aku hampir pulih, tapi kini Engkau ingin merebutnya kembali. Ya ALLAH kurang apa baktiku padaMu, wahai Dzat pemilik segala nyawa, aku bisa terkurban untuk menyenangkanMu, tapi tolong, aku memohon padaMu, jangan Kau ambil Sarahku.

Aku menangis terisak-isak, tak bermalu. Aku tidak peduli dengan orang-orang yang keheranan melihatku menangis terisak-isak sembari melantunkan permohonan memaksaku padaNya, apa artinya malu jika dengannya Sarahku bisa kembali. Aku berdo’a semalaman hingga hampir masuk waktu sholat subuh, aku mengakhiri sholatku do’aku dengan sholat witir dan berjalan menuju musholah rumah sakit.

Setelah Sholat subuh, aku memeriksa dompetku, semua uang yang ada dalam dompetku termasuk beberapa lembar dollar Singapura aku sedekahkan ke dalam kotak amal musholah, lalu aku memohon lagi padanya. Ya ALLAH, dengan keberkahan amalku yang secuil ini, aku ingin hari ini Sarahku pulang ke rumah, amiiin.

Aku berjalan lunglai menuju kamar rawat inap tempat Sarahku beristirahat. Kemudian, aku mendengarkan suara bell yang berbunyi dan lampu indikator di dalam kamar Sarah menyala. Sarah ... ada apa lagi! Aku berlari kencang, dan bergegas masuk ke dalam. Aku dapati Sarah sedang duduk, bersandarkan bantal.

John: Sarah, kamu sudah duduk?
Sarah: (mengangguk manja) berkat do’amu John, sini sayang ... bari aku pelukmu

Aku senang sekali melihat wajahnya yang berseri kembali. Sarahku telah kembali, alhamdulillah. Terima kasih ya ALLAH, terima kasih ... dengan apa aku bisa membalasnya! Setelah berdiskusi dengan dokter yang bertanggung jawab atas perkembangan kesehatan Sarah, akhirnya Sarah diizinkan pulang. Senangnya aku, aku akan selalu menjagamu Sarahku, aku akan selalu menjagamu.

Aku menghubungi Dave, dan menyampaikan kabar kalau Sarah boleh dirawat di rumah sesuai dengan permintaanku dan juga Sarah. Dave segera menjemput kami, setelah urusan administrasi kami selesaikan, kamipun bergegas pulang.

Akhirnya pulang juga, aku masih membantu Sarah berjalan menuju ranjangnya. Sarah berjalan dengan perlahan, dan aku menuntunnya dengan sangat hati-hati.

John: Sarah, mau minum apa?
Sarah: Air mineral saja cukup
John: Tunggu sebentar sayang, aku segera kembali ...
Sarah: John, I love you ...
John: I love you too darling ...

Setelah mendapatkan air mineral, aku bergegas menuju Sarah … aku dapati Sarah sedang tertidur, Sarah … ternyata kau sangat rapuh dan lemah. Aku meletakkan gelas berisi air mineral di atas meja samping tempat tidurnya, aku duduk di bibir ranjang dan sesekali membelai wajah cantiknya. Sarah, jangan sakit lagi … berjanjilah padaku

Aku begitu lelah, mataku berat … sebelum aku jatuh terjerembab karena ngantuk, aku pergi ke kamar mandi dan membersihkan diriku, kemudian berwudhu. Kali ini aku sholat dhuha dan sekali lagi aku meminta agar Dia tidak merenggut Sarah dari ‘genggamanku’. Setelah beberapa rakaan, aku lihat Sarah sudah tejaga … aku bergegas menghampirinya, lalu menawarkan air mineral yang tadi dimintanya. Sarah hanya tersenyum, lalu dia bercerita bahwa tadi dia bermimpi indah …

Sarah: John ...
John: Ada apa sayang?
Sarah: Aku bermimpi melihat surga, aku menari-nari di dalam tamannya dan aku sangat menikmatinya. Apakah waktuku sudah dekat?
John: Sarah, jangan bicara seperti itu, kamu segera akan pulih dan menjadi Sarahku. Sarah, kamu tahu nggak … semalam, yang paling kencang tangisnya bila kamu tak kunjung sembuh adalah si Otong …
Sarah: (tertawa kecil) Si Otong bagaimana kabarnya, masih cemberut ya!
John: Sepertinya masih ...
Sarah: Tunggu besok ya, mudah-mudahan Sarah sudah sembuh ...
Senang rasanya mendengarkan tawa canda dari bibir tipisnya. Aku tersenyum pada Sarahku, dan Sarah selalu bisa memberikan senyum terbaiknya padaku ...

John: Sarah, ini minumanmu ...
Sarah: Terima kasih John ...

Hari ini, aku bolos kerja ... aku menelpon Pak Robert dan minta ijin padanya, syukurlah beliau memahami keadaanku. Akhirnya aku seharian menjaga Sarah, dan selalu memenuhi kebutuhannya.

Saat maghrib tiba, aku segera menuju musholah untuk sholat berjama’ah. Setelah itu aku segera kembali untuk menjaga Sarah. Lalu, Sarah meminta aku untuk memapahnya menuju kamar mandi ...

Sarah: John, aku mau mandi ... aku mau sholat, aku sudah bersih ...
John: Oh iya .... mau mandi ya, di bathtub saja ya, sambil berendam?
Sarah: Jangan, di shower saja ... tapi tolong pegangi aku

Aku memandikan Sarah dengan salah tingkah, bagaimana tidak ... si Otong bersorak gembira karena Sarah sudah sholat, berarti sudah nggak M dong, aduh plis deh jangan piktor. Selesai mandi, aku kembali memapah Sarah, membungkusnya dengan pakaian tidur dan juga pakaian sholatnya. Sarah aku dudukkan di atas sajadah, dan aku membiarkannya sholat sambil duduk, sedangkan aku masih berjaga-jaga jangan sampai Sarah kembali pingsan.

Selepas sholat maghrib, aku menuntun Sarah berbaring di atas ranjang. Aku menawarkan sesuatu untuk Sarah, tapi tetap saja dijawab dengan gelengan kepala.

Sarah: Lidahku pahit John, aku tidak ingin makan apapun ...
John: Sarah, kamu harus makan biar cepat sembuh. Obat dari dokter harus diminum setelah makan, jadi kamu harus makan. Makan bubur saja ya sayang!
Sarah: Iya deh, tapi disuapin ya ...
John: Tentu, apa sih yang nggak mungkin kalau untuk cantikku ...
Sarah: Iya Ust Jabal Nur ...
John: Sarah, kamu sudah tahu sejak lama ya kalau rekaman suara dengan nama file Ust Jabal Nur adalah suaraku …
Sarah: Iya lah sayang, karenanya saat kamu melamarku, aku merasa tersanjung, aku mencintaimu sebelum berjumpa denganmu ...
John: Sarah, kamu puitis juga ya ...
Sarah: Ha ... ha ... sebenarnya aku belajar darimu, aku mempelajari bait-bait kalimat yang kamu pakai untuk menyemangati para mahasiswa supaya mau meluangkan waktunya bagi kegiatan sosial dan keagamaan, aku suka gayamu John ...
John: Jangan bikin aku besar kepala ...
Sarah: Beneran, sumpah ... aku belajar dari rekaman suaramu, apa kamu tidak perhatikan rangkaian kalimat yang aku susun? Mirip sekali dengan caramu merangkai kata ...
John: Ya sudah, aku buatin bubur dulu ya sayang ...
Sarah: (mengangguk kecil)

Setelah makan bubur secukupnya lalu makan obat dari dokter, aku memilih sholat Isya bersama Sarah di dalam kamar. Aku mengajak Sarah untuk sholat berjama’ah ...

John: Sarah, sholat Isya bersama yuk ...
Sarah: Yuk, aku perbarui wudhuku dulu ya ...
John: Iya, mari aku bantu ...

Setelah semua siap, kami akhirnya menjalankan sholat isya berjama’ah. Aku berdiri di hadapan dan Sarah duduk di belakangku pada shaf makmum. Aku mempersingkat sholatku, dan selesai sholat, Sarah meraih tanganku dan menciumnya dengan lembut, menempelkan punggung tanganku di pipinya, lalu merebahkan dirinya di pangkuanku ...

Sarah: John, apa si Otong sudah siap?
John: Sarah ... kamu sehat dulu, baru boleh main dengan si Otong ...
Sarah: Ok deh, aku nurut saja ...
John: mari aku bantu berdiri, kamu harus banyak beristirahat ...
Sarah: John, kamu tidur di sampingku ya ...
John: (aku mengangguk tanda bersetuju)
Sarah: Aku ingin mendekapmu malam ini ...

Setelah menuntun Sarah di tempat pembaringan, aku menyusul untuk berbaring di samping Sarah, tapi kali ini aku harus tegas pada si Otong supaya tidak macam-macam, karena Sarah masih sakit. Otong, jangan cemberut ya ... Sarah masih sakit, jadi jangan menambah sakitnya.

Di pintu surga

Andai Istriku Bekas … (Di pintu surga - Bagian 28)

Aku masih terjaga, belum bisa memejamkan mataku. Sarah berbaring menindih dadaku, dan aku hanya bisa memeluknya dengan lebut, tidak lebih ... Aku dapat merasakan hembusan nafasnya yang hangat, badannya pun sedikit panas, Sarahku masih kurang sehat.

Sarah: Sayang, kamu belum bo bo?
John: Belum cantik, nggak bisa tidur ... si Otong bangun terus
Sarah: Kasihan si Otong, puasanya lama sekali ...
John: Nggak apa, kami kuat koq

Sarah mendongakkan wajahnya ke arahku, lalu Sarah mencium bibirku. Aku merasakan nafasnya yang panas. Sarah, kamu masih sakit ... tapi aku coba untuk membalas ciumannya. Kemudian, Sarah bertanya padaku ...

Sarah: John, besok kamu ke kantor?
John: Kalau kamu sudah agak sehat, insya ALLAH aku ke kantor ...
Sarah: Kalau begitu, sebelum berangkat aku dimandikan lagi ya ...

Aku hanya bisa menelan air liurku, Sarah memang istriku, tapi Sarahku sedang sakit ... aku tidak bisa melakukannya, tidak bisa. Aku tidak bisa melakukannya ... aku tidak bisa menyakiti Sarahku hanya untuk kesenanganku

John: Ya sudah, kalau begitu sekarang istirahat dulu ya ...
Sarah: Selamat tidur sayang ...
John: Selamat tidur cantik, mimpi indah ya ... kalau mimpi bertemu denganku, si Otong jangan diapa-apakan ya, apa lagi kalau sampai di plester ...
Sarah: Kamu juga, mimpi indah ya ... nanti malam sholat tahajut sama-sama ya ...
John: Ya boleh. Sarah, bisa aku minta sesuatu padamu ...
Sarah: Minta apa John ...
John: Bacakan qur’an untukku, aku ingin mendengarnya dari bibir istriku ...
Sarah: Surah apa yang kamu suka?
John: Apa saja surah yang kamu suka, itu juga kesukaanku ...

Kemudian mulailah Sarah melantunkan ayat demi ayat, Sarahku memilih Surat Al Isra dari awal hingga beberapa ayat, Sarah tertidur dalam pelukanku ... Aku sedikit menggeser kepalanya agar bisa tidur lebih nyaman di atas bantal, bukan di atas dadaku yang keras seperti papan ...
Aku bangun lebih awal, menyiapkan tempat kami untuk sholat tahajud berjama’ah. Sambil menunggu Sarah bangun, aku membaca-baca qur’an pemberian mendiang ibuku. Lalu aku dapati Sarah telah terjaga, Sarah memandangi aku dengan hangat dan mulai mengeluarkan suaranya yang merdu ...

Sarah: John, semalam aku bermimpi melihat surga, aku juga melihatmu ...
John: Kau melihatku, bagaimana kisahmu di dalam surga ...
Sarah: Aku berlari-lari riang gembira, lalu aku melihatmu berdiri di pintu surga. Aku menarik tanganmu agar segera masuk ke dalam surga, tapi seorang penjaga melarangku dan berkata bahwa kamu belum waktunya ... bagaimana menerut kamu John ...
John: Sudah, tidak usah dipikir, hanya mimpi, hanya bunga tidur ...
Sarah: Tapi aku sudah mimpi seperti ini dua kali ...

Aku hanya bisa terdiam memandang wajah istriku. Aku tidak bisa berkomentar lebih, aku khawatir kehilangan penyejuk pandanganku, tapi jika ini kemauanNya, aku harus redho dan ikhlas dengan semua putusanNya

John: Kita sholat tahajud bareng yuk ...
Sarah: (mengangguk kecil)

Setelah menyelesaikan beberapa rakaat dengan sempurna, sesekali aku mengangkat tinggi tanganku dan melantunkan do’a untuk kesembuhan Sarah, sedangkan Sarah selalu membubuhi do’aku dengan amiiiin yang lirih …

Sesekali aku berbalik dan memandang wajah Sarahku, aku sangat khawatir dengannya. Tapi kali ini aku kaget bukan kepalang, Sarah berbaring di ats sajadah.

John: Sarah, kamu tidak apa-apa sayang?
Sarah: Tidak John, aku hanya lelah ...
John: Kalau begitu, kamu berbaring di atas tempat tidurmu saja, mari aku bantu …
Sarah: Tidak John, aku ingin menemani kamu menyelesaikan sholat malammu
John: Sarah, jangan membantah … taat pada suamimu, ayo segera berbaring ke atas tempat tidurmu…

Dengan berat hati Sarah meninggalkan sajadahnya, sekilas aku melihat matanya berkaca-kaca. Mungkin karena aku bentak … aduh, Sarah cantikku … maaf ya, aku sayang padamu, aku bukan marah, tapi aku ingin melindungimu

John: Sarah, maaf ya … tadi aku membentakmu …
Sarah: Tidak apa-apa, aku memang bandel, aku layak untuk dibentak karena tidak mau menurut kata-kata suamiku …
John: Sarah, sudah … jangan terlalu dipikirkan, sini sayang … aku hapus dulu air matamu

Sarah masih menangis kecil, aku memeluknya ... aku membiarkannya untuk kali yang ke sekian setelah pernikahan kami, Sarah menumpahkan airmatanya di dadaku. Aku membiarkannya menangis hingga puas, lalu Sarah menggigit lenganku. Akh, sakit sekali ... kenapa lagi Sarahku ...?

Sarah: John, kepalaku sakit sekali, aku tidak kuat John ...
John: Berbaring ya sayang, sambil istighfar dan bersholawat ...
Sarah: John, aku punya permintaan padamu, maukah kamu mengabulkannya
John: Sekuat mampuku, akan aku tunaikan permintaanmu
Sarah: John, jika aku harus kembali padaNya, maukah kamu berjanji untuk mencariku

Aku tidak kuasa menahan air mataku, air mataku tumpah begitu deras membasahi mukena yang masih dikenakan Sarah ...

John: Sarah, aku mohon jangan bicara seperti itu, kamu akan segera sembuh, aku akan selalu menjagamu Sarah ...
Sarah: John, tolong penuhi permintaanku kali ini. Berjanjilah padaku, aku ingin kau mengucapkannya bahwa kau berjanji akan mencariku di kehidupan setelah mati ...

Aku hanya bisa mengangguk berkali-kali, tapi bibirku masih mengucapkan kalimat yang sama, jangan katakan itu Sarah aku mohon, jangan katakan lagi ...

Sarah: John, aku sungguh-sungguh ... katakan bahwa kau akan mencariku, jika nanti di dalam surga aku tidak bisa menjadi istrimu, jadikanlah aku budakmu. Tiada suatu apapun yang lebih aku cintai kecuali kamu saja John, aku ingin menjadi pendampingmu tidak hanya di sini, tapi juga di dalam surga ...
John: Ya sayang, aku berjanji ... aku berjanji akan mencarimu
Sarah: Terima kasih John, aku mau istirahat dulu ...

Sebelum Sarah terlelap, aku mencium keningnya yang berpeluh. Badannya semakin panas, oh Tuhan, tolong Sarahku ... aku tidak sanggup jika harus kehilangannya, aku tidak sanggup