Thursday, May 24, 2012

Mengapa Aku Harus Menikahimu?

Ini adalah kisah seorang pemuda tampan yang shalih dalam memilih calon istri, kisah ini tak bisa dipastikan fakta atau tidak, namun semoga pelajaran yang ada didalamnya dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama Muslimah yang belum menikah semoga menjadi renungan.

Ia sangat tampan, taat (shalih), berpendidikan baik, orangtuanya menekannya untuk segera menikah.

Mereka, orangtuanya, telah memiliki banyak proposal yang datang, dan dia telah menolaknya semua. Orangtuanya berpikir, mungkin saja ada seseorang yang lain yang berada di pikirannya.

Namun setiap kali orangtuanya membawa seorang wanita ke rumah, pemuda itu selalu mengatakan “dia bukanlah orangnya!”

Pemuda itu menginginkan seorang gadis yang relijius dan mempraktekkan agamanya dengan baik (shalihah). Suatu malam, orangtuanya mengatur sebuah pertemuan untuknya, untuk bertemu dengan seorang gadis, yang relijius, dan mengamalkan agamanya. Pada malam itu, pemuda itu dan seorang gadis yang dibawa orangtuanya, dibiarkan untuk berbicara, dan saling menanyakan pertanyaan satu sama lainnya, seperti biasa.

Pemuda tampan itu, mengizinkan gadis itu untuk bertanya terlebih dahulu.

Gadis itu menanyakan banyak pertanyaan terhadap pemuda itu, dia menanyakan tentang kehidupan pemuda itu, pendidikannya, teman-temannya, keluarganya, kebiasaannya, hobinya, gaya hidupnya, apa yang ia sukai, masa lalunya, pengalamannya, bahkan ukuran sepatunya…

Si pemuda tampan menjawab semua pertanyaan gadis itu, tanpa melelahkan dan dengan sopan. Dengan tersenyum, gadis itu telah lebih dari satu jam, merasa bosan, karena ia sedari tadi yang bertanya-tanya, dan kemudian meminta pemuda itu, apakah ia ingin bertanya sesuatu padanya?

Pemuda itu mengatakan, baiklah, Saya hanya memiliki 3 pertanyaan. Gadis itu berpikir girang, baiklah hanya 3 pertanyaan, lemparkanlah.

Pemuda itu menanyakan pertanyaan pertama:

Pemuda: Siapakah yang paling kamu cintai di dunia ini, seseorang yang dicintai yang tidak ada yang akan pernah mengalahkannya?

Gadis: Ini adalah pertanyaan mudah, ibuku. (katanya sambil tersenyum)

Pertanyaan ke-2

Pemuda: Kamu bilang, kamu banyak membaca Al-Qur’an, bisakah kamu memberitahuku surat mana yang kamu ketahui artinya?

Gadis: (Mendegar itu wajah si Gadis memerah dan malu), aku belum tahu artinya sama sekali, tetapi aku berharap segera mengetahuinya insya Allah, aku hanya sedikit sibuk.

Pertanyaan ke-3

Pemuda: Saya telah dilamar untuk menikah, dengan gadis-gadis yang jauh lebih cantik daripada dirimu, Mengapa saya harus menikahimu?

Gadis: (Mendengar itu si Gadis marah, dia mengadu ke orangtuanya dengan marah), Aku tidak ingin menikahi pria ini, dia menghina kecantikan dan kepintaranku.

Dan akhirnya orangtua si pemuda sekali lagi tidak mencapai kesepakatan menikah. Kali ini orangtua si pemuda sangat marah, dan mengatakan “mengapa kamu membuat marah gadis itu, keluarganya sangat baik dan menyenangkan, dan mereka relijius seperti yang kamu inginkan. Mengapa kamu bertanya (seperti itu) kepada gadis itu? beritahu kami!”.

Pemuda itu mengatakan, Pertama aku bertanya kepadanya, siapa yang paling kamu cintai? dia menjawab, ibunya. (Orangtuanya mengatakan, “apa yang salah dengan itu?”) pemuda itu menjawab, “Tidaklah dikatakan Muslim, hingga dia mencintai Allah dan RasulNya (shalallahu’alaihi wa sallam) melebihi siapapun di dunia ini”. Jika seorang wanita mencintai Allah dan Nabi (shalallahu’alaihi wa sallam) lebih dari siapapun, dia akan mencintaiku dan menghormatiku, dan tetap setia padaku, karena cinta itu, dan ketakutannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan kami akan berbagi cinta ini, karena cinta ini adalah yang lebih besar daripada nafsu untuk kecantikan.

Pemuda itu berkata, kemudian aku bertanya, kamu banyak membaca Al-Qur’an, dapatkan kamu memberitahuku arti dari salah satu surat? dan dia mengatakan tidak, karena belum memiliki waktu. Maka aku pikir semua manusia itu mati, kecuali mereka yang memiliki ilmu. Dia telah hidup selama 20 tahun dan tidak menemukan waktu untuk mencari ilmu, mengapa Aku harus menikahi seorang wanita yang tidak mengetahui hak-hak dan kewajibannya, dan apa yang akan dia ajarkan kepada anak-anakku, kecuali bagaimana untuk menjadi lalai, karena wanita adalah madrasah (sekolah) dan guru terbaik. Dan seorang wanita yang tidak memiliki waktu untuk Allah, tidak akan memiliki waktu untuk suaminya.

Pertanyaan ketiga yang aku tanyakan kepadanya, bahwa banyak gadis yang lebih cantik darinya, yang telah melamarku untuk menikah, mengapa Aku harus memilihmu? itulah mengapa dia mengadu, marah. (Orangtua si pemuda mengatakan bahwa itu adalah hal yang menyebalkan untuk dikatakan, mengapa kamu melakukan hal semacam itu, kita harus kembali meminta maaf). Si pemuda mengatakan bahwa Nabi (shalallahu’alaihi wa sallam) mengatakan “jangan marah, jangan marah, jangan marah”, ketika ditanya bagaimana untuk menjadi shalih, karena kemarahan adalah datangnya dari setan. Jika seorang wanita tidak dapat mengontrol kemarahannya dengan orang asing yang baru saja ia temui, apakah kalian pikir dia akan dapat mengontrol amarah terhadap suaminya??

Pelajaran akhlak dari kisah tersebut adalah, pernikahan berdasarkan:

Ilmu, bukan hanya penampilan (kecantikan)
Amal, bukan hanya berceramah atau bukan hanya membaca
Mudah memaafkan, tidak mudah marah
Ketaatan/ketundukan/keshalihan, bukan sekedar nafsu
Dan memilih pasangan yang seharusnya:

Mencitai Allah lebih dari segalanya
Mencintai Rasulullah (shalallahu ‘alai wa sallam) melebihi manusia manapun
Memiliki ilmu Islam, dan beramal/berbuat sesuai itu.
Dapat mengontrol kemarahan
Dan mudah diajak bermusyawarah, dan semua hal yang sesuai dengan ketentuan Syari’at Islam.
Rasulullah shalalahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

“Wanita dinikahi karena empat hal, [pertama] karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Carilah yang agamanya baik, jika tidak maka kamu akan tersungkur fakir”. (HR. Bukhori no. 5090, Muslim no. 1466)

oleh: Zafaran

(muslimahzone.com/arrahmah.com)

Sunday, May 20, 2012

Di bawah naungan senyum rembulan

Hmmm, lagi liat film youtube tentang bulan.. koq jadi inget senyum rembulan ya.. saat itu, pulang kantor, buka jendela apartemen lebar-lebar lalu bawa kursi tengah ke teras dan duduk berdua dengan Sarah di bawah sengat sinar rembulan..

Aku: "Sarah, kamu tahu apa yang sedang dilakukan oleh rembulan saat ini"
Sarah: "Apaan, memangnya kamu tau?"
Aku: "bulan sedang tersenyum padamu"
Sarah: "aah, ada-ada saja.. kenapa bisa dia tersenyum padaku"
Aku: "eh, salah.. redaksinya adalah.. dia tersenyum melihatmu"
Sarah: "tersenyum melihatku, karena apa"
Aku: "karena melihat aku ada di sampingmu"
Sarah: "em.. masih bingung nih..."
Aku: "ya tentu saja bulan tersenyum, kamu yang cantik dan sempurna seharusnya bisa mendapatkan yang lebih baik daripada aku, koq hanya dapet cowok kucel seperti aku.. karenanya bulan tersenyum"
Sarah: "John, jangan pernah berkata seperti itu.. kamu adalah anugerah bagi hidupku.. langit, bumi, serta apa-apa yang tercipta diantara keduanya telah ditakdirkan untuk mentaati ALLAH, begitu juga dengan aku.. tapi engkau, adalah jalan terbaik bagiku untuk lebih mencintai ALLAH"
Aku: "la ilaha ilallah, la quwata ila billah... aku serahkan seluruh nyawaku hanya untuk mencintai ALLAH, dan aku serahkan separuh akalku untuk mencintaimu"
Sarah: "koq separuh akalmu untuk mencintai aku sih, seluruh akalmu sekalipun untuk mencintai ALLAH, bukan untuk mencitai makhluk, kamu tau kan.. dosa terbesar, dosa yang tidak terampunkan adalah syirik, tidak perduli syirik kecil, ataupun syirik besar..."
Aku: "dahulu, Umar bin Khatab ra pernah mengucapkan hal yang serupa, beliau berkata 'aku serahkan separuh nyawaku untuk ALLAH' lalu rasulullah saw meralatnya, 'wahai Umar, katakan seluruhnya karena ALLAH menginginkan seluruhnya' lalu Umar ra pun mengulangi kalimatnya, 'aku serahkan seluruh nyawaku hanya untuk ALLAH dan rasulNya'... kemudian rasulullah saw bersabda, 'benar demikian Umar, benar demikian' dan kali ini, aku ingin melihat reaksi darimu, ternyata kamu, bidadariku telah meralatnya sebagaimana dahulu kekasihku rasulullah saw telah meralat kalimat Umar ra, maka.. dibawah senyum rembulan aku akan meralat kalimatku, aku serahkan seluruh jiwa dan ragaku hanya untuk mencintai ALLAH aza wajallah"
Sarah: "benar, demikianlah yang dikehendaki oleh ALLAH dan rasulnya"
Aku: "Sarah, kamu tahu.. hari ini, banyak alasan orang mencintai dan tidak hanya karena ALLAH, ada karena harta, karena syahwat dan banyak lagi.. dan, tahu kah kamu alasan aku mencintaimu?"
Sarah: "waaaaa.. pertanyaan yang bikin hati berdebar nih, aku juga punya pertanyaan.. tahu kah kamu apa alasanku menerima pinanganmu?"
Aku: "jiaaaah, curang.. aku kan tanya duluan, koq kamu balik tanya sih.. jawab tanyaku dulu dong.."
Sarah: "Apaan ya? em.. kamu mencintai aku karena ALLAH.. betul tidak.."
Aku: "tepat sekali..."
Sarah: "haaa, gitu doang... koq nggak seru sih..."
Aku: "memangnya kamu ingin jawabannya seperti apa?"
Sarah: "apa lah, yang bikin jantung berdegub kencang.. hi3x.."
Aku: "Em, bgimana kalau jawabannya adalah.. aku memang mencintai kamu karena ALLAH, untuk sempurnakan agamaku, dan sebagai sarana bagi aku untuk mendapatkan naungan dari orang-orang pilihan ALLAH.. dan juga, untuk mententramkan hatiku, siapa sih nggak pengen punya istri cantik, seksi, asoy geboy seperti kamu, lihat bayangan kamu saja kejantananku langsung bereaksi, dan saat aku melihat bola matamu yang indah, rasanya seluruh persendian tulangku lepas, apalagi kalau mendengarkan lidahmu berdzikir, dan suaranya melewati bibir seksimu itu, alamak.. klepek-klepeklah diriku ini..."
Sarah: "astaghfirullah.. jawabannya bener-bener diluar dugaan, pengen cubit kamu... cubit cubit cubit cubit cubit..."

Waaah, gaswat nih.. kalau sudah segmen cubit, habislah badan awak ini dicubit kecil-kecil oleh jemari lentiknya..
Aku: "aduh, stop.. sakit.."
Sarah: "sudah nyerah belum...?"
Aku: "sudah, nyerah deh... lalu, kenapa kamu menerima pinanganku"
Sarah: "karena, aku suka dengan sosok yang tidak dibuat-buat, tampil apa adanya, dan yang paling penting adalah.. aku, suka pemuda tampan yang beriman dan imannya menghunjam sampai ke akar sanubarinya"
Aku: "waaaa, fitnah nih... bagaimana kamu bisa tau tentang imanku, imanku itu tipis sekali, bahkan lebih tipis dari kulit bawang, bagaimana kulit bawang bisa menghunjam dan kulit bawang tidak pernah punya akar.."
Sarah: "akan tiba suatu masa, semua akan terjawab... la ilaha ilallah, la quwata ila billah"
Aku: "la quawata ila billah..."

Tuesday, May 15, 2012

Hanya setahun sekali (?)

Hari ini, jam 08.00 pm.. berencana 'traktir' orang se-kibanadai karena ulang tahun.. sebenarnya bagi dua sih, ada yang ulang tahun juga bulan Mei.. wait a minute, you know kan.. bukan gue banget kalau pas ulang tahun lalu ada acara traktir-traktir.. tapi, kata teman dari lab kiyotake, "hanya setahun sekali ini saja, daijobu".. em, karena ada perasaan bersalah, akhirnya ditebus dengan kirim duit dengan budget setara traktiran ntar malem ke rekening Rumah Yatim.. hmmmffft, bukannya kalau buat sedekah mestinya tepat sasaran..! Sudah tajir semua koq ditraktir, mending traktir anak yatim.. kasih duit buat sekulah mereka.. manfaat, jadi amal jariyah.. btw, semoga dimaafkan olehNya.. ALLAHumaghfirlana ya rabbul alamin.. karena setiap orang punya sudut pandang yang berbeda-beda dalam memandang akhirat mereka.. prepare your jannah, please..!

Catatan kecil 'anggota' ISTI (Bagian 8)

Hello every body, lama nggak nongol nih.. hampir 5 bulan.. btw, ini mau ngelanjutin tentang ISTI the series.. kali ini wawancara dengan Pak B.. em, ada permintaan agar tidak menyebut initial, tetapi nama yang disamarkan. Misalnya Pak A menjadi Pak Arman, Pak B menjadi Pak Bambang, dan sebagainya... ok, ini juga masih konsep.. ntar, full version akan diperbaiki dalam format novel dan juga manuscript untuk film pendek the series..

Setelah janjian bertemu, diputuskan untuk ngobrol di apartemen Pak B dan tentu saja tempat tinggal ibu sekertaris yang menyandang predikat istri kedua Pak B.. *ada yang salah dengan menjadi istri ke 2..? tauk deh... all about our culture and about image in your brain.. dude*

Mr. X: "hello Pak, bagaimana kabarnya, baik..?"
Pak B: "yah, begitulah.. setiap hari sibuk..."
Mr. X: "oh, iya.. maaf sebelumnya, karena ngobrol kita kali ini memang tentang masalah yang sifatnya pribadi, dan.. kalau memang merasa tidak harus disampaikan, menurut saya tidak perlu diceritakan..."
Pak B: "ok, saya akan menyampaikan hal penting saja, dan tidak terlalu pribadi.. privasi seseorang kan memang ada batasnya, bukan untuk publik dan tidak harus diexpose semua seperti artis.."
Mr. X: "ha.. ha.. ha.. Bapak, bisa saja.. baik lah, langsung saja pak.. em, kehidupan rumah tangga Bapak tergolong unik, dimana Bapak sudah berkeluarga dan saat ini memutuskan untuk menikah lagi dan dengan sekertaris bapak sendiri... em, istri ke dua tidak menuntut yang macam-macam nih pak? bukannya beberapa hari lalu istri pertama Bapak datang ke apartemen dan marah-marah, apakah belum pernah cerita sebelumnya? berarti hubungan Bapak dengan nyonya sekertaris memang drahasiakan?"
Pak B: "waaaaa.. pertanyaannya koq banyak dan panjang yah.. em, untuk menjawab ini, baiknya saya panggil istri saya dan juga sekertaris saya.."

OK, forum semakin panas.. ada Pak B, nyonya sektertaris dan juga sang eksekutor, Mr X

Pak B: "beib, sini deh... ngobrol sama tamu kita"
Mr. X: "jiaaah, mesra amat manggilnya, seperti anak muda jaman sekarang.."
Pak B: "umur boleh banyak mas, tapi tentang cinta... jiwa muda.. ha3x.."
Ny S: "ada apaan sih, lagi sibuk nih.. atur schedule kamu buat minggu depan.."
Mr. X: "selamat sore bu, saya dari ArsitekBersastra.. hanya obrolan ringan dengan Bapak, senang sekali kalau ibu bisa bergabung.."
Ny S: "ngobrol tentang apaan nih, proyek, tender atau apaan.."
Pak B: "cinta, koq mikir kerjaan terus sih... rilex sejenak lah... mas nya ini mau tanya-tanya tentang hubungan kita, katanya sih mau di-novel-kan gitu, bener kan mas? from the real story..."
Mr. X: "eh, iya pak.. kalau saya tulis-tulis memang biasanya dari real story.. tapi, kadang dimodifikasi sedikit sesuai pesanan dari reviewer.. misalnya, kalau di Malaysia, publisher tertentu tidak ingin ada kalimat-kalimat yang dianggap tabu di tempat mereka..."
Ny S: "waaah, menarik sekali... ini mau ngobrol tentang apaan?"
Mr. X: "langsung saja ya bu, em.. tentang hubungan antara Bapak dan Ibu, memang sengaja dirahasiakan atau bagaimana?"
Ny S: "kalau saya sih, inginnya tidak ada rahasia-rahasiaan.. terus terang, saya menerima Pak B sebagai suami saya juga dengan penuh pertimbangan, dan alasan yang paling mendasar adalah saya tidak ingin main-main untuk masalah pasangan hidup"
Mr. X: "hmmm, begitu ya bu, tapi kan Pak B sudah punya keluarga, punya istri dan juga anak, apakah Ibu tidak merasa sebagai orang ke-3 diantara mereka?"
Ny S: "emmm, ini memang tentang sudut pandang mas, saya sama sekali tidak mempermasalahkan status Pak B, yang mempermasalahkan hubungan kami adalah istri pertamanya, kemarin saya dilabrak, dicaci maki, dihina, direndah-rendahkan.. saya emosi, saya balas dengan kata-kata senada.. mbok yo dia ambil kaca yang gedhe, trus lihat diri sendiri, lelaki mana yang bisa tahan dengan kelakuannya..! nggak merawat diri, lemak merata diseluruh badan, hadeeeew... gitu mau ngatain kalau saya mengganggu rumah tangga, perusak keluarganya.. wong saya juga nggak minta suami untuk menceraikan dia, kurang baik apa sih saya..? jadwal, kalau Pak B mau ke apartemen dan tidur di sini, silahkan.. mau ke rumah istri tuanya, monggo... tetapi dalam hal ini, status saya jelas.. istri yang syah.."
Mr. X: "jarang lho bu ada yang mau jadi istri ke dua, tapi alasan yang ibu lontarkan tadi memang rasional hanya saja.. ya, gitu deh... sepertinya kultur kita memang belum bisa menerima dengan baik.. istri kesekian pasti dicap sebagai perusak rumah tangga dan stempel ini sudah sangat umum"
Ny S: "yaaah, tersera kata orang sih mas.. makanya saya memilih untuk tinggal di apartemen, kalau tinggal di rumah komplek dan sejenisnya, tentu jadi omongan tetangga, tapi kalau di apartemen... this is gue.. dan ada yang lebih penting, saya memang nggak ngerti-ngerti amat tentang agama, tapi.. selama masih di jalan yang diridhoi olehNya, terserah orang lain mau bilang apa..."
Pak B: "beib, keren amat ngomongnya... iya dah, ikut.. selama masih di jalan yang diridhoi olehNya"
Ny S: "yaaah, ikut-ikut... kemarin istri kamu marah-marah, kamunya diem aja.."
Pak B: "yeeee, kalau ikut-ikutan ntar dikira belain salah satu, mending diem aja.. urusan para istri, meletakkan posisi sebagai juri yang netral saja deh.."

Sumpe, bingung... ini mereka pada ngobrol sendiri, helloooo.. ada tamu nih, kenape aye dianggurin.. he3x.. OK, untuk sementara sampai di sini dulu, ntar sambung lagi pada bagian ke 9, sebab obrolan dengan Pak B belum tergali sama sekali... tunggu tanggal mainnya.. :-)