Sarah gusar, cemberut .. Hi.. hi.. manyunnya itu bikin gemes, sebelum bertambah manyun, harus dibubuhi nih kalimatnya, “kamu kan istri pertamaku”. Sarah kembali tersenyum, “oh, gitu yah, baru menikah beberapa hari sudah buat planning mencari istri kedua dan seterusnya”. Sarah sewot, ciyah .. lucunya, bikin tambah gemes saja, rambut coklat sebahu terkibas begitu cantik saat dia palingkan wajahnya, dari pantulan cermin besar ruang tamu, aku bisa melihat bibir manyunnya yang maju beberapa senti, matanya yang biru kehijauan tampak bertambah indah, ugh ... nggak tahan deh, akhirnya aku samperin, dan berkata, “Sarah, daripada manyum-manyun seperti angkot kenjeran, liat bulan sama-sama yuk ... kursi lipatnya aku geser di depan jendela yah”
Sembari menyiapkan tempat, sesekali aku melirik ke arah Sarah cantikku, masih juga dengan performa manyunnya, yap .. tempat nonton layar tancep sudah siap, akupun memanggil Sarah, “Sarah, sini ... duduk sama aku di sini”. Karena diam saja, akupun menghampirinya dan menggiringnya dengan sesekali mencium tengkuknya yang selalu wangi ... Setelah duduk berduaan sambil memandangi bulan yang tersenyum, aku merangkai sajak garing untuk bulan ...
Bulan, dengarkan lah
Aku sedang merangkai kata
Hanya untuk katakan
Kaulah pemilik senyum terindah
Bulan saksikanlah aku
Sedang tersenyum untukmu
Ditemani pesaing beratmu
Yang sedang cemberut karenamu
Duhai istri terbaikku
Berhentilah cemberut padaku
Karena aku jadi bertambah sayang padamu
Dan juga ingin cubit pipimu
Habis juga kesabaran Sarah, akhirnya keluarlah kata-kata merdunya, “aaahh, sebel .. pokoknya sebel..”. “Sebel kenapa sih sayang”. Sarah menatap wajahku, lalu menatap mataku tajam, “John, seberapa sayang kamu padaku”. Sebelum menjawab tanyanya, aku tersenyum manis untuknya, “Sarah, aku sayang padamu melebihi sayangmu padaku, jika kamu sayangi aku setinggi gunung maka aku akan mencintaimu setinggi langit...”. Kalimatku terputus, karena Sarah memelukku dengan lembut ... “John, kalau saja waktu bisa berhenti, aku ingin waktu berhenti bergerak saat aku dalam dekapmu ...”. Kami berdua diam, diam yang lama... aku biarkan Sarah menghembuskan nafasnya yang hangat menerpa kemeja kantorku yang belum sempat kubuka..., lalu aku membuka kata, “Sarah, aku ingin memandangmu”. Sarah mendongakkan wajahnya ke arahku, mata kami bertemu, aku tersenyum melihat bening bola matanya, aku mendekatkan bibirku pada bibir ranumnya yang manis, aku mencium istriku, satu kali, dua kali, tiga kali, hingga berkali-kali ... kemudian mencium pipinya, cuping telinganya, keningnya, dagunya, rambutnya, lehernya... hmmmffffffff, aku bisa merasakan begitu hangat tubuhnya hingga aku kembali sadar kalau Sarah sedang masa pemulihan setelah pulang dari rumah sakit kemarin...
Akupun mulai kumat isengnya, usil ah ... “wahai istri pertamaku, janganlah kamu GR dan merasa memilikimu” ... kena deh .. Sarah kembali manyun, lalu membuka paksa kemejaku, “Sarah, mau ngapain sih ... aduh, geli tahu”. Setelah membuka paksa kemejaku, Sarah mulai meraba tulang rusuk kanan dan kiriku, seperti mencari-cari sesuatu, agar tidak penasaran dengan tingkahnya akupun bertanya pada Sarah, “eh, cantik .. lagi ngapain sih ... “. Sarahpun membuka mulut manyunnya, “aku sedang memeriksa tulang rusukmu, ibu bilang kalau seorang istri tercipta dari tulang rusuk suaminya” ... Aduh Ibu mertua, koq bicara nggak ilmiah banget sih, mau tertawa ... iya banget, tapi mendingan aku tambah intensitas usilnya, “hemm, sepertinya ibumu betul deh, makanya saat tes kesehatan, aku lihat tulang rusukku pendek-pendek pada bagian bawahnya, sebelah kanan tiga ruas pendek dan begitu pula sebelah kiri ada tiga ruas yang pendek, apa mungkin istriku ada enam yah ... berarti aku hanya tinggal menanti lima istriku yang lain karena satu sudah berada dalam dekapanku”
Kemudian Sarah membaca Surat Al Mu’minum dari ayat pertama, dengan perlahan, hingga memasukki ayat yang bercerita tentang surga firdaus yang diwariskan untuk orang-orang beriman, mataku menitikkan airnya, membasahi pipiku dan menetes mengenai kening istriku. Sarah menghentikan bacaannya, bertanya padaku dengan kebingungan, “John, kenapa menangis?”. Akupun menjawab tanya istriku, “di dunia ini ada tiga kata yang selalu bisa membuat aku menangis, yang pertama adalah kubur, yang kedua adalah surga, dan yang ketiga adalah Muhammad rasulullah SAW”. Sarah semakin bingung dengan tangisku, dan juga jawabku atas tanyanya, “memangnya kenapa?”.
Aku menghela nafas cukup panjang, lalu melanjutkan kalimatku untuk menjawab tanyanya, “karena kubur adalah pintu menuju kehidupan akherat, jika dalam kubur dijadikan taman-taman surga, maka ahli kubur akan selamat selama-lamanya, dan bila dijadikan lembah-lembah neraka, maka ahli kubur tadi akan hina selama-lamanya. Lalu surga, menyebutnya saja rasanya tidak pantas, apatah lagi berfikir bahwa aku adalah penghuni di dalamnya, berbahagialah para pencinta surga yang hatinya penuh cinta hanya pada kehidupan setelah mati, dan umurnya habis hanya untuk mendapatkan surga, sedangkan aku... apa bekal ku menuju kehidupan setelah ini ... dan Nabi Muhammad SAW, aku susah bila menyebut namanya, sedih, gundah gulana, karena Nabi SAW mengenali ummatnya dari amalan ummatnya di dunia, sedangkan aku ... apa amalanku di dunia? Tiadalah aku mengingati ALLAH kecuali sedikit, aku hanyalah aku yang bila mana aku bisa memilih tercipta menjadi apa, aku akan memilih menjadi sehelai rumput yang riwayatnya selesai setelah dimakan oleh binatang ternak”.
Mengenang 11 tahun tanpa Sarah
Posting Pertama di www.kemudian.com
No comments:
Post a Comment
Ingin berkomentar? cerita yang baik-baik saja, karena DIA suka dengan hal yang baik-baik. Siapa yang membuka aib, maka di akherat ALLAH akan membuka aibnya ...