Monday, May 18, 2009

Bulanpun Tersenyum

Malam ini, aku hanya memandangi bulan yang sedang bersinar terang ... sinarnya begitu hangat, walau hanya mencuri pandang dari jendela utama apartemen, senyumnya membuat akupun ikut tersenyum. Dalam keasyikanku memandangi bulan, Sarah memanggilku, “John, kamu sedang apa”. Masih dengan sungingkan senyum, aku menjawab tanya istriku, “sedang memandang senyum terbaik ke dua di alam semesta”. Sarah kembali bertanya padaku, “senyum terbaik kedua? Kalau begitu ada pemilik senyum terbaik pertama dong, senyum milik siapa?”. Walaupun bertanya, aku tahu sekali dengan gayanya ... pasti Sarah berfikir, dialah pemilik senyum terbaik itu, hmmm ... kerjain ah, “pemilik senyum terbaik itu adalah istri pertamaku ...”.

Sarah gusar, cemberut .. Hi.. hi.. manyunnya itu bikin gemes, sebelum bertambah manyun, harus dibubuhi nih kalimatnya, “kamu kan istri pertamaku”. Sarah kembali tersenyum, “oh, gitu yah, baru menikah beberapa hari sudah buat planning mencari istri kedua dan seterusnya”. Sarah sewot, ciyah .. lucunya, bikin tambah gemes saja, rambut coklat sebahu terkibas begitu cantik saat dia palingkan wajahnya, dari pantulan cermin besar ruang tamu, aku bisa melihat bibir manyunnya yang maju beberapa senti, matanya yang biru kehijauan tampak bertambah indah, ugh ... nggak tahan deh, akhirnya aku samperin, dan berkata, “Sarah, daripada manyum-manyun seperti angkot kenjeran, liat bulan sama-sama yuk ... kursi lipatnya aku geser di depan jendela yah”

Sembari menyiapkan tempat, sesekali aku melirik ke arah Sarah cantikku, masih juga dengan performa manyunnya, yap .. tempat nonton layar tancep sudah siap, akupun memanggil Sarah, “Sarah, sini ... duduk sama aku di sini”. Karena diam saja, akupun menghampirinya dan menggiringnya dengan sesekali mencium tengkuknya yang selalu wangi ... Setelah duduk berduaan sambil memandangi bulan yang tersenyum, aku merangkai sajak garing untuk bulan ...

Bulan, dengarkan lah
Aku sedang merangkai kata
Hanya untuk katakan
Kaulah pemilik senyum terindah

Bulan saksikanlah aku
Sedang tersenyum untukmu
Ditemani pesaing beratmu
Yang sedang cemberut karenamu

Duhai istri terbaikku
Berhentilah cemberut padaku
Karena aku jadi bertambah sayang padamu
Dan juga ingin cubit pipimu

Habis juga kesabaran Sarah, akhirnya keluarlah kata-kata merdunya, “aaahh, sebel .. pokoknya sebel..”. “Sebel kenapa sih sayang”. Sarah menatap wajahku, lalu menatap mataku tajam, “John, seberapa sayang kamu padaku”. Sebelum menjawab tanyanya, aku tersenyum manis untuknya, “Sarah, aku sayang padamu melebihi sayangmu padaku, jika kamu sayangi aku setinggi gunung maka aku akan mencintaimu setinggi langit...”. Kalimatku terputus, karena Sarah memelukku dengan lembut ... “John, kalau saja waktu bisa berhenti, aku ingin waktu berhenti bergerak saat aku dalam dekapmu ...”. Kami berdua diam, diam yang lama... aku biarkan Sarah menghembuskan nafasnya yang hangat menerpa kemeja kantorku yang belum sempat kubuka..., lalu aku membuka kata, “Sarah, aku ingin memandangmu”. Sarah mendongakkan wajahnya ke arahku, mata kami bertemu, aku tersenyum melihat bening bola matanya, aku mendekatkan bibirku pada bibir ranumnya yang manis, aku mencium istriku, satu kali, dua kali, tiga kali, hingga berkali-kali ... kemudian mencium pipinya, cuping telinganya, keningnya, dagunya, rambutnya, lehernya... hmmmffffffff, aku bisa merasakan begitu hangat tubuhnya hingga aku kembali sadar kalau Sarah sedang masa pemulihan setelah pulang dari rumah sakit kemarin...

Akupun diam, begitu pula dengan Sarah ... Sarah diam sambil bermain-main dengan ujung kerah kemejaku ..., “Sarah, liat bulan dan bintang yuk ...”, Sarah hanya tersenyum sambil mengangguk. Kami memandangi bulan yang tersenyum begitu indah, kerling bintang menambah romantis suasana malam kami ...”Sarah, kamu tahu berapa jumlah bintang di langit?” ... Sarah menjawab sekenanya, “sebanyak bulir pasir di laut, kurang nggak yah?” ... “Hmmm, mungkin kurang, sebab Jibril as bisa menghitung jumlah pasir di laut, tetapi tidak bisa mengira pahala para mati syahid, padahal taman surga seorang syuhada lebih luas dari 7 petala langit, dan bintang yang sedang kita lihat sekarang berada pada lapis terdalam langit pertama”. Sarah terdiam sesaat, lalu ucapkan tasbih dan tahmid, “Subhanallah, alhamdulillah ...”. Aku sedikit heran, kenapa tasbih dan tahmid, “kenapa subhanallah dan alhamdulillah wahai penyejuk mataku”. Sarahpun tersenyum dan berkata, “Subhanallah karena begitu maha dahsyatnya pahala para syuhada, dan alhamdulillah untuk syukurku karena memilikimu”...

Aku tersenyum simpul dengan rangkai kalimatnya untukku, akupun menanyakan beberapa perkara tentang dzikir pada Sarah, “Sarah, em ... apa ganjaran satu subhanallah yang dibaca oleh seorang hamba?”. Sarah menatap mataku tajam, lalu mencubit pipiku, aduh .. tatit .., “Ini pertanyaan apa ujian yah? Tapi ok deh .. hemmmm, bila seorang hamba membaca satu subhanallah, maka akan tumbuh sebuah pohon di syurga yang mana besarnya pohon tersebut bila seekor kuda bersayap terbang selama 700 tahun baru selesai mengelilingi pohon tersebut, pohon itu akan berdaun rindang, berbuah, dan juga berbunga, dimana tiap gesek dedaunnya lebih merdu dari alunan apapun di dunia, sedang buahnya begitu rindangnya, bila dipetik tumbuh lagi, dipetik lagi, tumbuh lagi, tidak ada habis-habisnya” ... Sarah menghela nafas, sedangkan aku memandangnya dengan rasa penasaran lebih, seakan membutuhkan jawaban lainnya, kemudian Sarah melanjutkan kalimatnya, “Nabi Sulaiman as bahkan pernah bersabda bahwa, “satu subhanallah lebih berharga dari pada kerajaan Sulaiman”, dan segala sesuatu ada sebabnya, saat Nabi SAW mi’raj hingga menuju arsy, Nabi SAW melihat di surga bahwa para malaikat pembangun tidak melakukan kegiatan membangun sebagaimana mestinya, Nabi SAW bertanya, “mengapa berhenti?”, para malaikatpun berkata bahwa, “bahan bangunannya belum lagi dikirim”, Nabis SAW kembali bertanya, “apakah gerangan bahan bangunannya?”, malaikatpun kembali menjawab, “bahan bangunannya adalah dzikrullah” .. masih banyak fadhilah dzikir dan dzikrullah, aku rasa kamu tau lebih banyak dari aku deh”.

Aku menghela nafas panjang, hmmmmm ...”tahukah kamu apa yang akan dikaruniakan ALLAH untuk para penghafal Al Qur’an ... jangankan untuk para hufadz, untuk orang tua mereka, ALLAH memberi hadiah berupa jubah kemegahan yang terbuat dari cahaya, lalu si anak yang hufadz akan diperintahkan membaca Al Qur’an, dimana setiap kata yang dibacanya akan meninggikan derajat syurga orang tuanya satu derajat hingga semakin tinggi, semakin tinggi, semakin tinggi hingga seluruh KalamNya selesai dibaca ...”

Sarah diam sejenak lalu kembali mengucapkan tasbih dan tahmid, “subhanallah, wal hamdulillah, subhanallah untuk maha dahsyat karunia ALLAH untuk para keluarga hufadz, dan alhamdulillah karena aku memilikimu”. Sarah memelukku begitu lembut, hingga nafasnya yang hangat menerpa dadaku, begitu nikmat rasanya hingga seluruh bagian tubuhku bisa merasakan bahagianya hatiku karena memiliki istri sebaik Sarah ...

Akupun mulai kumat isengnya, usil ah ... “wahai istri pertamaku, janganlah kamu GR dan merasa memilikimu” ... kena deh .. Sarah kembali manyun, lalu membuka paksa kemejaku, “Sarah, mau ngapain sih ... aduh, geli tahu”. Setelah membuka paksa kemejaku, Sarah mulai meraba tulang rusuk kanan dan kiriku, seperti mencari-cari sesuatu, agar tidak penasaran dengan tingkahnya akupun bertanya pada Sarah, “eh, cantik .. lagi ngapain sih ... “. Sarahpun membuka mulut manyunnya, “aku sedang memeriksa tulang rusukmu, ibu bilang kalau seorang istri tercipta dari tulang rusuk suaminya” ... Aduh Ibu mertua, koq bicara nggak ilmiah banget sih, mau tertawa ... iya banget, tapi mendingan aku tambah intensitas usilnya, “hemm, sepertinya ibumu betul deh, makanya saat tes kesehatan, aku lihat tulang rusukku pendek-pendek pada bagian bawahnya, sebelah kanan tiga ruas pendek dan begitu pula sebelah kiri ada tiga ruas yang pendek, apa mungkin istriku ada enam yah ... berarti aku hanya tinggal menanti lima istriku yang lain karena satu sudah berada dalam dekapanku”

Sarah bertambah sewot, mencubit gemas pinggangku, “uggghhhhhh, sebeeeeellll, John jeleeekkk, koq bisa-bisanya kamu ngomong seperti itu ke aku .... aku cemburu taauuuuu”. Aduh sakitnya, tapi aku biarkan saja Sarah mencubitku hingga puas. Setelah beberapa saat kami berdua hanya diam, cukup lama kami hanya bungkam tanpa satu katapun, dan akhirnya akupun membuka kata, “Sarah, bacakan Qur’an untukku, aku ingin mendengarkan suara istriku yang merdu melantunkan KalamNya”. Seperti biasa, sebelum memulai membacakan Qur’an untukku, Sarah tersenyum simpul, manis sekali, membuat wajah cantiknya bertambah cantik, kemudian Sarah bertanya padaku, “Surat apa yang kamu suka wahai suamiku yang tampan ...”. Hi.. hi.. rabunnya lagi kumat nih, aku dipanggil tampan, lalu akupun menjawab, “Surat apa saja yang kamu baca, aku akan suka”.

Kemudian Sarah membaca Surat Al Mu’minum dari ayat pertama, dengan perlahan, hingga memasukki ayat yang bercerita tentang surga firdaus yang diwariskan untuk orang-orang beriman, mataku menitikkan airnya, membasahi pipiku dan menetes mengenai kening istriku. Sarah menghentikan bacaannya, bertanya padaku dengan kebingungan, “John, kenapa menangis?”. Akupun menjawab tanya istriku, “di dunia ini ada tiga kata yang selalu bisa membuat aku menangis, yang pertama adalah kubur, yang kedua adalah surga, dan yang ketiga adalah Muhammad rasulullah SAW”. Sarah semakin bingung dengan tangisku, dan juga jawabku atas tanyanya, “memangnya kenapa?”.

Aku menghela nafas cukup panjang, lalu melanjutkan kalimatku untuk menjawab tanyanya, “karena kubur adalah pintu menuju kehidupan akherat, jika dalam kubur dijadikan taman-taman surga, maka ahli kubur akan selamat selama-lamanya, dan bila dijadikan lembah-lembah neraka, maka ahli kubur tadi akan hina selama-lamanya. Lalu surga, menyebutnya saja rasanya tidak pantas, apatah lagi berfikir bahwa aku adalah penghuni di dalamnya, berbahagialah para pencinta surga yang hatinya penuh cinta hanya pada kehidupan setelah mati, dan umurnya habis hanya untuk mendapatkan surga, sedangkan aku... apa bekal ku menuju kehidupan setelah ini ... dan Nabi Muhammad SAW, aku susah bila menyebut namanya, sedih, gundah gulana, karena Nabi SAW mengenali ummatnya dari amalan ummatnya di dunia, sedangkan aku ... apa amalanku di dunia? Tiadalah aku mengingati ALLAH kecuali sedikit, aku hanyalah aku yang bila mana aku bisa memilih tercipta menjadi apa, aku akan memilih menjadi sehelai rumput yang riwayatnya selesai setelah dimakan oleh binatang ternak”.

Aku masih sibuk dengan air mataku yang mengalir begitu deras dari kedua ujungnya, sedangkan Sarah memelukku sangat erat dengan berulang-ulang mengucapkan alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, hingga akhirnya kami tertidur dalam naungan bulan yang tersenyum menyaksikan kami menangis karena takut kan ALLAH ...

Rindu Kamu ...

Mengenang 11 tahun tanpa Sarah


Posting Pertama di www.kemudian.com

http://www.kemudian.com/node/231946

No comments:

Post a Comment

Ingin berkomentar? cerita yang baik-baik saja, karena DIA suka dengan hal yang baik-baik. Siapa yang membuka aib, maka di akherat ALLAH akan membuka aibnya ...