Aku sedang sibuk menyelesaikan sholat malamku, tapi malam ini aku mengerjakan sholat malam masih terlalu malam, belum lagi mendekati waktu sholat subuh. Akhirnya aku putuskan sholat malam sambil membaca mushaf di tangan kanan sambil bersedekap.
Rakaat demi rakaat telah aku lalui dan qur’an yang aku bacapun sudah lebih dari dua juz, tidak terasa sudah memakan waktu lebih dari dua jam untuk sholat malam dan sesekali diselingi dengan do’a dan bermunajat padaNya.
Setelah mengerjakan tiga rakaat witir sebagai penutup, akupun tertidur masih lengkap dengan pakaian sholatku. Dalam tidurku aku bermimpi berjumpa dengan Sarah, dia berlari bergitu riang ke arahku, sambil melambaikan tangannya ... sedangkan aku menemuinya dengan performa biasa dan sedikit acuh padanya ...
Sarah: "Assalamu’alaykum, John apa kabarmu?”
John: "Wa’alauykum salam, alhamdulillah aku baik-baik saja"
Sarah: "John, aku rindu sekali padamu ...”
Lalu Sarah mengambil punggung tanganku dan menciumnya, kemudian Sarah menubrukku serta memelukku dengan erat seakan enggan untuk dilepaskan, sampai sesak nafasku karenanya. Sarah mulai membelai pipiku dan bermain-main dengan ujung rambutku, tetapi aku tetap dengan performa diam dan sedikit mengacuhkannya
Sarah: "John, kamu kenapa John? kenapa kamu terlihat bersedih? Apa yang menyebabkan kamu bersedih? Apa indahnya taman-taman surga jika harus melihatmu bersedih”
Aku hanya diam dengan berondong tanyanya padaku, aku hanya menghiasi wajahku dengan senyum kecil untuknya …
Sarah: "John, kamu kenapa John? kenapa hanya diam saja, kamu tidak suka bertemu denganku?”
John: "Sarah, kamu ingat kalimat terakhir yang kamu ucapkan sebelum kita berpisah yang dengannya hatiku menjadi sakit"
Sarah: "Kalimat yang mana John?”
John: "Sepertinya kamu memang telah lupa dengan kalimatmu sendiri, baiklah aku segarkan kembali ingatanmu, kalimatnya seperti ini ‘jika nanti di dalam surga aku tidak bisa menjadi istrimu, jadikanlah aku budakmu. Tiada suatu apapun yang lebih aku cintai kecuali kamu’ … bagaimana, sudah ingatkah kamu?"
Sarah: "Iya, sudah ingat... lalu kenapa?”
John: "Sarah, mulai saat ini jadilah kamu sebagai budakku …"
Sarah kaget bukan kepalang lalu mundur beberapa langkah dariku, sepertinya masih belum percaya dengan ucapanku padanya …
Sarah: "John … kamu …”
John: "Pelankan suaramu, aku adalah tuanmu dan kamu adalah budakku"
Sarah: "ta .. tapi …”
Kali ini wajah Sarah menjadi pucat pasi, sepertinya begitu ketakutan dengan bentak suaraku. Tiba-tiba tubuhnya menjadi lemas dan hampir ambruk … segera aku ulurkan tanganku untuk menangkapnya, saat aku menolongnya tanpa sengaja mata kamipun bertemu, aku dapati matanya yang biru kehijauan berkaca-kaca, lalu kemudian dia palingkan wajahnya dari pandangan mataku …
Sarah: "Maafkan aku tuanku, aku hanyalah budakmu yang tidak pantas mendongakkan wajahku, apalagi menatap matamu”
John: "pelankan suaramu …"
Kali ini pecahlah tangisnya, tapi coba ditahan dengan kedua genggamannya untuk menutupi mata indahnya yang sedang menangis. Sarah, aku begitu sayang padamu … akupun berjalan menuju ke arahnya, berjalan membelakanginya lalu mengalungkan pelukku di lingkar pinggangnya yang ramping. Aku hirup setiap inchi wangi rambutnya, kucium jenjang lehernya, lalu membisikkan kalimat kesukaanku untuknya …
John: "Sarah, bacakan qur’an untukku karena aku sedang membutuhkannya. Tahukah kamu kalau saat ini hatiku sedang terluka, bagian itu sedang berdarah sepertinya telah bernanah dan hanya kamu saja yang bisa menyembuhkannya … Sarah, aishiteru … kamu saja yang pantas untuk mendapatkan kata cinta ini dariku dan bukan untuk orang lain, bukan untuk orang selain kamu …"
Sarah: "Ayat apa yang kamu suka untuk ku bacakan tuanku?”
John: "Sarah, bacakan surat apa saja yang kau ingin baca, karena aku ingin mendengar kalamNya dibaca dengan suaramu yang merdu, teruslah membaca hingga aku terbangun dari tidurku, Sarah … aishiteru"
Mulailah Sarah membacakan Surat Al Isra’ dari ayat pertama hingga beberapa ayat dan aku masih memeluknya erat sambil sesekali menyeka air mata yang keluar dari kedua ujung matanya yang indah, aku tetap memeluknya hingga akhirnya aku terbangun dari tidurku.
Aku masih bisa merasakan wangi tubuhnya yang melekat pada pakaian sholatku dan aku masih bisa merasakan linang air matanya di genggamanku. Mimpiku kali ini rasanya begitu nyata, ah ... semakin rindu aku pada panyejuk mataku, Sarah Al Bisri ...
Setelah mampir ke blog na, baru ngerti.
ReplyDeleteIni fragmen dari novel JADPS toh? Novel religi yang romantis dan menggetarkan hati.
Eniway, ternyata cara menulis dialognya memang begitu^^
sedddiiiiiihnya....hiks hiks hiks...!!
ReplyDeletemengharukan bgt...
ayo pak segera keluarkan buku kedua...jia you!!