Agenda ke luar kota saat itu adalah, menyelesaikan urusan orang lain. Karena jarak TKP (Tempat Kejadian Perkara) terbilang jauh, menempuh jarah lebih dari 350 km dari Surabaya, akhirnya bermalam di sana.
Tiba pukul 22.00 lebih sedikit, disambut makan malam (alamak, tadi kan sudah makan), lalu dapet kamar VIP di pojokan. Mulai rehat 23.00 hingga 02.00 dini hari dan seperti biasa, berdo'a dan meminta padaNya. Sedih, sendu, minta lagi, minta lagi, dan lagi, dengan kalimat yang sama, "selesaikan masalah ini dengan caraMu".
Menjelang subuh, aku mau perbarui wudhuku, karena perbarui wudhu adalah nur diatas nur (hi3x.. sebenernya ragu sih, perasaan tadi keluar deh anginnya... jiah ha3x... full AJ cuiy, jendela kamar dibuka supaya angin sepoi-sepoi leluasa masuk, lah... malah jadi masuk angin), saat perbarui wudhu masuk kamar mandi yang pintunya nggak ada hendle nya dan cklek.. huaaaaa, aku terkunci di kamar mandi, ampun2x dah... hadooooowwww, siapakah gerangan yang akan lewat depan kamar mandi dan menolong orang kusilitan. OMG.. Beberapa saat kemudian, ada juga yang liwat, "mas, tulung, ahak... gak bisa buka pintunya, bukain dong". Ternyata di sini terkunci di kamar mandi sudah biasa, dengan sedikit ketrampilan McGyver mereka lalu tadaaa, kamar mandipun terbuka dan aku keluar. Setelah di luar aku memandang pintu kamar mandi itu sekali lagi dan berkata, "aku haramkan diri ini masuk ke kamar mandi tanpa handle seperti kamu" (ahak, lebay...).
Tuh foto di atas lagi narsis bareng Nobel di depan TKP, dan kamar mandi itu tepat berada di belakang kami. Hemmmm... lain kali liat dulu, bisa buka kamar mandinya nggak... fuiiiihhh, alhamdulillah... tapi lumayan, jadi obat nyengir setelah dirundung sedih seraya bermanja-manja denganNya 2 jam belakang. Udahan dulu yak...
Saturday, November 28, 2009
Diabaikan
Kesedihan yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata, kesedihan yang dahsyat... Jika aku berdo'a padaNya Ya ALLAH, Ya ALLAH, Ya ALLAH... maka Dzat yang Maha Pengasih itu selalu punya secuil waktu untuk membalas sapaku...
Tapi kini, satu hurufpun dia tidak pernah membalas sapaku! Kalian bertanya, "apakah aku sedih?", jawabnya, "tentu saja, aku sedih, aku sangat sedih karenanya". Ingin memangis, air mata sudah mengering, isi dada ini rasanya selalu bergemuruh, ahh... apakah aku mengacaukannya? Begitu payahnya aku ini? Ya Rabb, tunjukkan QurdatMu, aku ingin masalah ini segera selesai, dengan QudratMu, dengan Maha Dahsyatnya ketentuan-ketentuanMu
Beberapa saat lalu, aku memang pernah bermimpi, telah dibariskan para bidadari dari timur hingga barat dan diperintahkan padaku untuk memilih salah satu dari mereka lalu diberi nama sebagaimana namanya. seruan itu berbunyi seperti ini, "hai kamu, ALLAH saja pemilik khazanah kebaikan, pilih salah satu dari mereka dan beri nama sebagaimana namanya, karena Dia tidak menginginkan kesusahan atas dirimu".
Kesusahan? Kesusahan apakah? Ah, tidak... akan aku hadapi kesusahan itu, aku mengembalikan semua yang ditawarkan padaku, aku masih inginkan dia, aku tidak peduli dengan kesusahan dan kesulitan yang akan aku hadapi jika aku memilikinya karena aku hanya menginginkannya, bukan pengganti dirinya.
Tapi hari ini, saat pesan tidak dijawab saja aku sudah sedih... aku terabaikan! ALLAH, Kau selalu saja Maha Tahu, apa yang terjadi sekarang dan akan datang, maka Engkau telah mengetahui sebarang kebaikan atau keburukan yang ada di dalamnya. Aku memang tercipta dengan watak yang keras kepala, bahkan dengan isyarat-isyarat dariMu sekalipun aku kadang masih saja keras kepala. Hmmmm, Ya ALLAH... aku serahkan masalah ini padaMu, aku tidak akan menanyakan perihalnya lagi padaMu, habis sudah, jika di dalamnya terdapat kesusahan dan Engkau tahu bahwa aku tidak sanggup menghadapinya, sudah sepatutnya aku menghindari kesusahan ini. Ya Rabb, pertemukan aku dengan kekasihku dalam keadaan baik, kesukaanku hanya dalam menyebut namaMu, penantianku hanya pada hari dimana aku berjumpa dengan kekasihku, jumpa dengan rasulullah saw, kesukaanku hanya dalam menanti hari dimana Engkau membuka hijabMu di hadapan kami, nanti di dalam surga.
Hati ini sering tersayat, tapi kali ini... dia telah terkoyak
Tapi kini, satu hurufpun dia tidak pernah membalas sapaku! Kalian bertanya, "apakah aku sedih?", jawabnya, "tentu saja, aku sedih, aku sangat sedih karenanya". Ingin memangis, air mata sudah mengering, isi dada ini rasanya selalu bergemuruh, ahh... apakah aku mengacaukannya? Begitu payahnya aku ini? Ya Rabb, tunjukkan QurdatMu, aku ingin masalah ini segera selesai, dengan QudratMu, dengan Maha Dahsyatnya ketentuan-ketentuanMu
Beberapa saat lalu, aku memang pernah bermimpi, telah dibariskan para bidadari dari timur hingga barat dan diperintahkan padaku untuk memilih salah satu dari mereka lalu diberi nama sebagaimana namanya. seruan itu berbunyi seperti ini, "hai kamu, ALLAH saja pemilik khazanah kebaikan, pilih salah satu dari mereka dan beri nama sebagaimana namanya, karena Dia tidak menginginkan kesusahan atas dirimu".
Kesusahan? Kesusahan apakah? Ah, tidak... akan aku hadapi kesusahan itu, aku mengembalikan semua yang ditawarkan padaku, aku masih inginkan dia, aku tidak peduli dengan kesusahan dan kesulitan yang akan aku hadapi jika aku memilikinya karena aku hanya menginginkannya, bukan pengganti dirinya.
Tapi hari ini, saat pesan tidak dijawab saja aku sudah sedih... aku terabaikan! ALLAH, Kau selalu saja Maha Tahu, apa yang terjadi sekarang dan akan datang, maka Engkau telah mengetahui sebarang kebaikan atau keburukan yang ada di dalamnya. Aku memang tercipta dengan watak yang keras kepala, bahkan dengan isyarat-isyarat dariMu sekalipun aku kadang masih saja keras kepala. Hmmmm, Ya ALLAH... aku serahkan masalah ini padaMu, aku tidak akan menanyakan perihalnya lagi padaMu, habis sudah, jika di dalamnya terdapat kesusahan dan Engkau tahu bahwa aku tidak sanggup menghadapinya, sudah sepatutnya aku menghindari kesusahan ini. Ya Rabb, pertemukan aku dengan kekasihku dalam keadaan baik, kesukaanku hanya dalam menyebut namaMu, penantianku hanya pada hari dimana aku berjumpa dengan kekasihku, jumpa dengan rasulullah saw, kesukaanku hanya dalam menanti hari dimana Engkau membuka hijabMu di hadapan kami, nanti di dalam surga.
Hati ini sering tersayat, tapi kali ini... dia telah terkoyak
Thursday, November 26, 2009
Sesal selalu di akhir...
Ya ALLAH, aku sungguh sangat mencintaiMu, tiada satu detik sekali pun hati ini selalu saja tawajuh padaMu. Aku tidak pernah menyesali hari ini, karena aku yakin bila kejadian hari ini sudah tertulis jelas dalam kitab takdirMu. Aku hanya khawatir, Engkau mengabaikanku... aku berjuang, bersusah payah, menangis di hadapanMu, ternyata tiada amalanku yang berkenan di hadapanMu. Kalaupun seluruh makhluk se alam raya ini memandang hina padaku, maka hal ini lebih aku sukai daripada bila Engkau mengabaikanku. Aku memanggilmu, Ya ALLAH... Ya ALLLAH... lalu Engkau tidak menjawabnya! Bila hal ini terjadi, maka binasalah aku...
Sesudah hari ini, aku tidak akan berpikir tentangnya lagi, ah... siapalah aku, mereka punya penilaian sendiri terhadap diriku yang hina ini. Jika syarat untuk mendatangkan pertolonganMu terputus, akupun akan memutuskannya, jika syarat perjuangan tidak lengkap karenanya, aku akan tetap tawajuh dengan aturanMu saja. Kurbankan diri atasMu memang suatu kesenangan, tetapi bila di dalamnya tidak dilengkapi dengan syarat yang semestinya kau kehendaki, maka akupun akan berpaling darinya.
Dahulu, aku tidak begitu paham mengapa ahli ibadah hanya kau beri 10 hak untuk mensyafaati keluarganya di hari yang sulit, huru hara padang mahsyar, sedangkan para pendakwah agamaMu mendapatkan hak atas 2.5 juta manusia untuk mendapatkan syafaat darinya. Aku sedikit demi sedikit melihatnya walau masih di dunia, bagaimana sulitnya para ahli ibadah berkurban, dan betapa mudahnya para pendakwah agama dikurbankan.
Hari ini merupakan hari dimana seluruh umat Islam merayakan hari Idul Qurban, lihatlah Ibrahim as, bisa kurbankan anak yang dicintainya, bahkan untuk disembelih. Tapi disaat yang sama pula datang pertolongan ALLAH, bukan satu, bukan dua, tetapi pertolongan yang tidak bisa dipikir oleh akal manusia. Mata pedang tidak bisa memotong bahkan menggores kulit ari Ismail as, lalu diganti dengan kambing yang besar lagi gemuk, bahkan amalan ini menjadi trend setter dunia, bahkan setiap bulu hewan kurban yang terkurban untuk meniru-niru kurban Ibrahim as adalah pahala atasnya. Karenanya, itulah iman, yakin dengan yang ghaib, yakin dengan perkara dibalik sebarang hiruk pikik dunia yang menyebalkan ini.
Seandainya kemarin mereka katakan YA, maka aku selesaikan urusan mereka, dan akan aku kembalikan pula anak mereka tanpa tersentuh kulit arinya. Ah, aku hanya ingin menilik hati mereka, tidak lebih. Semua telah terjadi, jika mereka berpaling, aku pun demikian, asalkan aku masih dalam jalan yang dengannya aku masih bisa menyebut nama Dzat yang paling kusuka, ALLAH, ALLAH, ALLAH... di jalan yang dengannya aku menjadi senang bila terkurban, semuanya karena ALLAH, semua fii sabilillah, semua hanya sebagai syarat untuk berjumpa dengan kekasihku, rasulullah saw, semua hanya sebagai syarat untuk melihat wajahMu, nanti di hari jum'at, nanti di dalam surgaMu
Sesudah hari ini, aku tidak akan berpikir tentangnya lagi, ah... siapalah aku, mereka punya penilaian sendiri terhadap diriku yang hina ini. Jika syarat untuk mendatangkan pertolonganMu terputus, akupun akan memutuskannya, jika syarat perjuangan tidak lengkap karenanya, aku akan tetap tawajuh dengan aturanMu saja. Kurbankan diri atasMu memang suatu kesenangan, tetapi bila di dalamnya tidak dilengkapi dengan syarat yang semestinya kau kehendaki, maka akupun akan berpaling darinya.
Dahulu, aku tidak begitu paham mengapa ahli ibadah hanya kau beri 10 hak untuk mensyafaati keluarganya di hari yang sulit, huru hara padang mahsyar, sedangkan para pendakwah agamaMu mendapatkan hak atas 2.5 juta manusia untuk mendapatkan syafaat darinya. Aku sedikit demi sedikit melihatnya walau masih di dunia, bagaimana sulitnya para ahli ibadah berkurban, dan betapa mudahnya para pendakwah agama dikurbankan.
Hari ini merupakan hari dimana seluruh umat Islam merayakan hari Idul Qurban, lihatlah Ibrahim as, bisa kurbankan anak yang dicintainya, bahkan untuk disembelih. Tapi disaat yang sama pula datang pertolongan ALLAH, bukan satu, bukan dua, tetapi pertolongan yang tidak bisa dipikir oleh akal manusia. Mata pedang tidak bisa memotong bahkan menggores kulit ari Ismail as, lalu diganti dengan kambing yang besar lagi gemuk, bahkan amalan ini menjadi trend setter dunia, bahkan setiap bulu hewan kurban yang terkurban untuk meniru-niru kurban Ibrahim as adalah pahala atasnya. Karenanya, itulah iman, yakin dengan yang ghaib, yakin dengan perkara dibalik sebarang hiruk pikik dunia yang menyebalkan ini.
Seandainya kemarin mereka katakan YA, maka aku selesaikan urusan mereka, dan akan aku kembalikan pula anak mereka tanpa tersentuh kulit arinya. Ah, aku hanya ingin menilik hati mereka, tidak lebih. Semua telah terjadi, jika mereka berpaling, aku pun demikian, asalkan aku masih dalam jalan yang dengannya aku masih bisa menyebut nama Dzat yang paling kusuka, ALLAH, ALLAH, ALLAH... di jalan yang dengannya aku menjadi senang bila terkurban, semuanya karena ALLAH, semua fii sabilillah, semua hanya sebagai syarat untuk berjumpa dengan kekasihku, rasulullah saw, semua hanya sebagai syarat untuk melihat wajahMu, nanti di hari jum'at, nanti di dalam surgaMu
Tuesday, November 24, 2009
Aku dan Ibuku
Aku punya seorang Ibu yang begitu aku sayangi, hanya saja aku sering sekali tidak sejalan dalam ide perjuangan dengan Ibu, walau pada akhirnya diluruskan bersama.
Suatu hari Ibu memarahi ku karena saat liburan kuliah aku tidak pulang ke rumah, aku malah pergi untuk urusan agama ke Indonesia bagian timur. Liburan sisa satu minggu, aku pun pulang dan bertemu Ibuku. Mulailah beliau bercerita dengan nada sedikit marah tentang ini, itu, dan sebagainya. Lalu aku pun menjawab, “Bu, apakah selama aku pergi untuk urusan agama, Ibu selalu menangis dan menangis sambil berdo’a dan bermunajat untuk kebaikanku?”, lalu dijawab dengan singkat, “iya, memang seperti itu setiap hari”. Aku pun melanjutkan kalimatku, “demikianlah janji ALLAH, sesiapa saja yang keluar di jalan ALLAH, semata mencari keredhoan ALLAH, maka ALLAH akan mendidik ahli rumah sebagaimana ALLAH mendidik keluarga Ibrahim as, hati, diri dan jiwa akan dicondongkan selalu pada ALLAH, sehingga sedikit demi sedikit iman Ibu pun meningkat sampai kepada tingkat iman yang dikehendaki olehNya”.
Ibu ku terdiam sesaat, mungkin ingin menimpali kalimatku, tetapi tidak dilakukannya. Aku pun kembali berkata-kata, “Bu, tahukah Ibu apa itu wanita mandul?”, Ibuku terlihat ingin menjawab, tetapi suaranya tercekat dan terhenti dengan isak tangisnya. Aku memang sudah pernah menyampaikan perkara ini sebelumnya pada Ibuku melalui surat. Karena diam saja, akupun menjelaskan,”wanita mandul adalah wanita yang dari rahimnya tidak lahir para pejuang agama, tidak lahir para syuhada, yang dengan kurban mereka maka tegaklah agama ini”.
Kami berduapun diam sambil menahan tangis kami masing-masing, Ibuku sudah hilang marahnya dan akupun sedikit lega karenanya.
*Seraya mengenang Ibu (alm)
Suatu hari Ibu memarahi ku karena saat liburan kuliah aku tidak pulang ke rumah, aku malah pergi untuk urusan agama ke Indonesia bagian timur. Liburan sisa satu minggu, aku pun pulang dan bertemu Ibuku. Mulailah beliau bercerita dengan nada sedikit marah tentang ini, itu, dan sebagainya. Lalu aku pun menjawab, “Bu, apakah selama aku pergi untuk urusan agama, Ibu selalu menangis dan menangis sambil berdo’a dan bermunajat untuk kebaikanku?”, lalu dijawab dengan singkat, “iya, memang seperti itu setiap hari”. Aku pun melanjutkan kalimatku, “demikianlah janji ALLAH, sesiapa saja yang keluar di jalan ALLAH, semata mencari keredhoan ALLAH, maka ALLAH akan mendidik ahli rumah sebagaimana ALLAH mendidik keluarga Ibrahim as, hati, diri dan jiwa akan dicondongkan selalu pada ALLAH, sehingga sedikit demi sedikit iman Ibu pun meningkat sampai kepada tingkat iman yang dikehendaki olehNya”.
Ibu ku terdiam sesaat, mungkin ingin menimpali kalimatku, tetapi tidak dilakukannya. Aku pun kembali berkata-kata, “Bu, tahukah Ibu apa itu wanita mandul?”, Ibuku terlihat ingin menjawab, tetapi suaranya tercekat dan terhenti dengan isak tangisnya. Aku memang sudah pernah menyampaikan perkara ini sebelumnya pada Ibuku melalui surat. Karena diam saja, akupun menjelaskan,”wanita mandul adalah wanita yang dari rahimnya tidak lahir para pejuang agama, tidak lahir para syuhada, yang dengan kurban mereka maka tegaklah agama ini”.
Kami berduapun diam sambil menahan tangis kami masing-masing, Ibuku sudah hilang marahnya dan akupun sedikit lega karenanya.
*Seraya mengenang Ibu (alm)
Thursday, November 19, 2009
Andai Saja ...
13.00 WIB, Rektorat ITS
Siang itu aku masih berkutat dengan berkas beasiswa yang deadline-nya adalah tanggal 1 Desember besok (ughhhhh, selalu mendadak begini ya!) lalu teringat bahwa pukul 14.30 aku harus bertemu dengan Bapak itu di terminal kota.
14.12 WIB, A Yani menuju terminal
Akupun menelponnya
"sudah sampai?" tanyaku
"alhamdulillah sudah", begitu jawabnya diseberang sana
"sebentar Pak, 10 menit lagi, saya masih di Jalan A Yani"
14.22 WIB, Terminal Kota
Aku melihatnya ada diujung gang menuju musholah dalam gedung ruang tunggu penumpang, aku tersenyum padanya dan mengambil punggung tangannya untuk kucium. Lalu, mulailah aku berbasa-basi bertanya tentang keadaannya
"bagaimana hari ini Pak, baik..?" begitu tanyaku
"alhamdulillah..." jawabnya singkat
Hmmm, aku merasa ada beban berat sedang menghimpit pundaknya, beban yang ingin segera dilepaskannya. Ya ALLAH, bisakah aku membantunya? Hanya dengan qudratMu saja aku bisa!
"sholat ashar dulu ya Pak!" tawarku
"boleh, tapi jangan jauh-jauh, dekat-dekat sini saja" pintanya
"lho, kita nggak jadi ke Gresik nih?" tanyaku sedikit keheranan
"nggak, ahad nanti orangnya mau ke rumah" jelasnya padaku
Aku hanya mantuk-mantuk tanda mengerti, emm... lalu apa agendanya hari ini kalau tidak jadi ke Gresik? begitu pikir di dalam benakku
14.35 WIB, Masjid Al Akbar
Mobilku masuk ke dalam komplek masjid terbesar di Asia Tenggara, hemmm... walau sudah berkali-kali ke masjid ini, masih saja bingung dengan pintu masuknya. Setelah turun dari mobil lalu aku menunjukkan tempat wudhu padanya
"wudhunya di bawah sana..." sambil telunjukku menunjuk arah basement masjid
"emm, saya sudah sholat tadi di terminal" jawabnya
"oh, sudah ya... sudah dijamak tadi ya, ok deh.. tunggu sebentar di sini ya Pak, saya segera kembali" jelasku padanya
14.55 WIB, Ruang Tunggu, Basement Masjid
Aku memberinya dua gantungan kunci bergambar masjid Al Akbar sebagai cindera mata khas masjid ini, lalu diterima dengan wajah sedikit tersenyum. Lalu selang beberapa saat mulailah dia bercerita tentang beban yang aku rasakan saat menjumpainya di terminal.
...(cerita ini, itu dan panjang lebar, tentang hutangnya dan beban bunga pokok yang kian hari kian menumpuk, hmmff OMG)...
Setelah selesai, akupun membuka kata
"andai saja saya mendengar cerita ini tahun lalu" kalimatku tertunda
"lho, memangnya kenapa?" tanyanya seraya bingung mendengar kalimatku
"hari ini, saya hanya seorang staf pengajar di perguruan tinggi saja, tidak lebih. Dalam sebulan penghasilan saya 3 juta sedangkan pengeluaran saya 6 juta, tapi setelah mendengar cerita Bapak barusan, ingin rasanya berbuat lebih, tapi bagaimana bisa!" jelasku sederhana
Sebelum dia menanggapi kalimatku, aku menambahkannya lagi dengan kalimat senada
"saya sudah bosan dengan konsultan, rasanya iman saya tercabut jika tetap berkutat di dunia konsultan, padahal mensekutukan ALLAH adalah dosa yang tidak terampunkan. Saat masih sibuk di konsultan, mana pernah aku merasa kekurangan, karenanya aku merasa tidak patut, ada perasaan bahwa yang memberi rizki adalah kantor dan sungguh aku termasuk pemilik iman yang lemah, karenanya aku merasa malu untuk mensekutukanNya" jelasku lagi
"jadi, bagaimana? ada solusi lain?" tanyanya
Aku sempat melirik mobilku, karena dia saja 'fresh money'-ku saat ini, aku seakan melihat Nobel (sebutan untuk mobil kelabu, si imut lucuku) sedang memandangku begitu melas, aku hanya tersenyum pada pandangan matanya (ahak, imajinatif banget yah aku). Kemudian aku coba menjawab tanyanya lagi...
"hmmm, coba nanti saya pikirkan dulu, nanti akan saya coba mengkomunikasikan dengan teman-teman saya yang mungkin mau membantu" kataku singkat
"terima kasih, mudah-mudahan diberi jalan!"
"iya, mudah-mudahan diberi jalan"
Kamipun diam.. diam yang lama, aku mau bicara apa? Aku sungguh kehabisan bahan bicara, mulut diam terkunci. Ah, andai saja aku mendengar cerita ini tahun lalu. Kemudia dia mulai berkemas, akupun bertanya padanya
"Kita kembali ke terminal?" tanyaku
"Iya, karena memang agenda saya hari ini adalah menemui anda saja" begitu jawabnya yang membuat hati ini rasanya tersayat-sayat kembali
15.05 WIB, Perjalanan menuju terminal
Aku telah habis kata, aduuuhh... bingung tau, bagaimana caranya aku bisa menolongnya. Dalam perjalanan menuju terminal, kalimat itu saja yang selalu aku ucapkan, hanya kalimat itu, "andai aku mendengar cerita ini tahun lalu"
15.25 WIB, Terminal Kota
Si Nobel sudah masuk areal parkir dan kamipun berpisah
"mari, saya pulang dulu" katanya
"Iya Pak, hati-hati di jalan" ujarku singkat
Aku mengambil punggung tangannya dan menciumnya, lalu hanya bisa melihat sekilas punggungnya di samping si Nobel yang masih cemberut (Ahak, Nobel...! Mau nangis ya cayang, cup cup... sudah ya, jangan nangis)...
Terlintas beberapa deret kata yang berbeda, "andai saja dia ayahku"... Ah, andai saja dia ayahku, aku bahkan sanggup memberi separuh nyawaku untuknya. Andai saja dia ayahku, apa saja layak aku korbankan untuknya, bukan hanya 'Nobel', nyawa sekalipun akan aku berikan. Tapi bagaimana mungkin? Aku baru mengenalnya 2 hari, walaupun dia adalah ayah dari 'seseorang', tetapi sebagai mantan pengusaha, aku sudah terlalu sering jatuh bangun karena ditipu oleh rekan bisnis. Aku bukan menuduhnya hendak menipuku, tidak sama sekali... tapi yang aku baca adalah, dia ditipu oleh seseorang dengan kedok perjuangan agama. Hmmmm, aku menghela nafasku... tanpa terasa mataku mengeluarkan air dari ujungnya, seraya berkata, "Ya ALLAH, beri aku jalan, aku bisa apa hari ini? tapi mau meminta padaMu, aku juga tidak bisa...".
Ah, andai saja dia ayahku... akupun memacu kencang si Nobel menuju pintu tol, segera pulang ke rumah, untuk kembali bermain dengan Umair, si jagoan tampanku yang sedang dalam masa pemulihan dari demam tingginya 2 hari lalu.
Ah, andai saja dia ayahku...
Siang itu aku masih berkutat dengan berkas beasiswa yang deadline-nya adalah tanggal 1 Desember besok (ughhhhh, selalu mendadak begini ya!) lalu teringat bahwa pukul 14.30 aku harus bertemu dengan Bapak itu di terminal kota.
14.12 WIB, A Yani menuju terminal
Akupun menelponnya
"sudah sampai?" tanyaku
"alhamdulillah sudah", begitu jawabnya diseberang sana
"sebentar Pak, 10 menit lagi, saya masih di Jalan A Yani"
14.22 WIB, Terminal Kota
Aku melihatnya ada diujung gang menuju musholah dalam gedung ruang tunggu penumpang, aku tersenyum padanya dan mengambil punggung tangannya untuk kucium. Lalu, mulailah aku berbasa-basi bertanya tentang keadaannya
"bagaimana hari ini Pak, baik..?" begitu tanyaku
"alhamdulillah..." jawabnya singkat
Hmmm, aku merasa ada beban berat sedang menghimpit pundaknya, beban yang ingin segera dilepaskannya. Ya ALLAH, bisakah aku membantunya? Hanya dengan qudratMu saja aku bisa!
"sholat ashar dulu ya Pak!" tawarku
"boleh, tapi jangan jauh-jauh, dekat-dekat sini saja" pintanya
"lho, kita nggak jadi ke Gresik nih?" tanyaku sedikit keheranan
"nggak, ahad nanti orangnya mau ke rumah" jelasnya padaku
Aku hanya mantuk-mantuk tanda mengerti, emm... lalu apa agendanya hari ini kalau tidak jadi ke Gresik? begitu pikir di dalam benakku
14.35 WIB, Masjid Al Akbar
Mobilku masuk ke dalam komplek masjid terbesar di Asia Tenggara, hemmm... walau sudah berkali-kali ke masjid ini, masih saja bingung dengan pintu masuknya. Setelah turun dari mobil lalu aku menunjukkan tempat wudhu padanya
"wudhunya di bawah sana..." sambil telunjukku menunjuk arah basement masjid
"emm, saya sudah sholat tadi di terminal" jawabnya
"oh, sudah ya... sudah dijamak tadi ya, ok deh.. tunggu sebentar di sini ya Pak, saya segera kembali" jelasku padanya
14.55 WIB, Ruang Tunggu, Basement Masjid
Aku memberinya dua gantungan kunci bergambar masjid Al Akbar sebagai cindera mata khas masjid ini, lalu diterima dengan wajah sedikit tersenyum. Lalu selang beberapa saat mulailah dia bercerita tentang beban yang aku rasakan saat menjumpainya di terminal.
...(cerita ini, itu dan panjang lebar, tentang hutangnya dan beban bunga pokok yang kian hari kian menumpuk, hmmff OMG)...
Setelah selesai, akupun membuka kata
"andai saja saya mendengar cerita ini tahun lalu" kalimatku tertunda
"lho, memangnya kenapa?" tanyanya seraya bingung mendengar kalimatku
"hari ini, saya hanya seorang staf pengajar di perguruan tinggi saja, tidak lebih. Dalam sebulan penghasilan saya 3 juta sedangkan pengeluaran saya 6 juta, tapi setelah mendengar cerita Bapak barusan, ingin rasanya berbuat lebih, tapi bagaimana bisa!" jelasku sederhana
Sebelum dia menanggapi kalimatku, aku menambahkannya lagi dengan kalimat senada
"saya sudah bosan dengan konsultan, rasanya iman saya tercabut jika tetap berkutat di dunia konsultan, padahal mensekutukan ALLAH adalah dosa yang tidak terampunkan. Saat masih sibuk di konsultan, mana pernah aku merasa kekurangan, karenanya aku merasa tidak patut, ada perasaan bahwa yang memberi rizki adalah kantor dan sungguh aku termasuk pemilik iman yang lemah, karenanya aku merasa malu untuk mensekutukanNya" jelasku lagi
"jadi, bagaimana? ada solusi lain?" tanyanya
Aku sempat melirik mobilku, karena dia saja 'fresh money'-ku saat ini, aku seakan melihat Nobel (sebutan untuk mobil kelabu, si imut lucuku) sedang memandangku begitu melas, aku hanya tersenyum pada pandangan matanya (ahak, imajinatif banget yah aku). Kemudian aku coba menjawab tanyanya lagi...
"hmmm, coba nanti saya pikirkan dulu, nanti akan saya coba mengkomunikasikan dengan teman-teman saya yang mungkin mau membantu" kataku singkat
"terima kasih, mudah-mudahan diberi jalan!"
"iya, mudah-mudahan diberi jalan"
Kamipun diam.. diam yang lama, aku mau bicara apa? Aku sungguh kehabisan bahan bicara, mulut diam terkunci. Ah, andai saja aku mendengar cerita ini tahun lalu. Kemudia dia mulai berkemas, akupun bertanya padanya
"Kita kembali ke terminal?" tanyaku
"Iya, karena memang agenda saya hari ini adalah menemui anda saja" begitu jawabnya yang membuat hati ini rasanya tersayat-sayat kembali
15.05 WIB, Perjalanan menuju terminal
Aku telah habis kata, aduuuhh... bingung tau, bagaimana caranya aku bisa menolongnya. Dalam perjalanan menuju terminal, kalimat itu saja yang selalu aku ucapkan, hanya kalimat itu, "andai aku mendengar cerita ini tahun lalu"
15.25 WIB, Terminal Kota
Si Nobel sudah masuk areal parkir dan kamipun berpisah
"mari, saya pulang dulu" katanya
"Iya Pak, hati-hati di jalan" ujarku singkat
Aku mengambil punggung tangannya dan menciumnya, lalu hanya bisa melihat sekilas punggungnya di samping si Nobel yang masih cemberut (Ahak, Nobel...! Mau nangis ya cayang, cup cup... sudah ya, jangan nangis)...
Terlintas beberapa deret kata yang berbeda, "andai saja dia ayahku"... Ah, andai saja dia ayahku, aku bahkan sanggup memberi separuh nyawaku untuknya. Andai saja dia ayahku, apa saja layak aku korbankan untuknya, bukan hanya 'Nobel', nyawa sekalipun akan aku berikan. Tapi bagaimana mungkin? Aku baru mengenalnya 2 hari, walaupun dia adalah ayah dari 'seseorang', tetapi sebagai mantan pengusaha, aku sudah terlalu sering jatuh bangun karena ditipu oleh rekan bisnis. Aku bukan menuduhnya hendak menipuku, tidak sama sekali... tapi yang aku baca adalah, dia ditipu oleh seseorang dengan kedok perjuangan agama. Hmmmm, aku menghela nafasku... tanpa terasa mataku mengeluarkan air dari ujungnya, seraya berkata, "Ya ALLAH, beri aku jalan, aku bisa apa hari ini? tapi mau meminta padaMu, aku juga tidak bisa...".
Ah, andai saja dia ayahku... akupun memacu kencang si Nobel menuju pintu tol, segera pulang ke rumah, untuk kembali bermain dengan Umair, si jagoan tampanku yang sedang dalam masa pemulihan dari demam tingginya 2 hari lalu.
Ah, andai saja dia ayahku...
Tuesday, November 17, 2009
Komik Tsunami
Standar Operasi dan Prosedur dibuat dalam bentuk komik? Gambar di bawah ini adalah prototipe komik SOP untuk kebencanaan. Akan segera dibuat SOP macam-macam bencana lain, yang segera menyusul adalah Komik SOP bencana banjir, tanah longsor, kebakaran, gempa dan sebagainya. Dukung kami ya...
Ingin download contohnya, klik SOP Tsunami
Ingin download contohnya, klik SOP Tsunami
Wednesday, November 11, 2009
Insert Ayat Qur'an pada dokumen MsWord
Insert ayat qur'an dan sejenisnya dalam dokumen MsWord. Sekarang bukan lagi masalah karena anda bisa langsung insert dengan plug in ayat qur'an tersebut langsung dari komputer anda. Image di samping merupakan tampilan plug in kemudian pilih jenis perintah, misalnya teks arab ayat yang diinginkan saja atau teks ayat beserta terjemahnya. Begitu cepat, mudah dan tanpa harus scan qur'an edit gambar dan sebagainya. Juga tidak perlu menulis ulang dengan resiko kesalahan dalam menulis ayat.
Untuk memilih nama surat dan ayat yang dikehendaki, tampak seperti pada gambar di samping. Setelah itu pilih jenis translasi (terjemah) yang diinginkan. Pada contoh di samping hanya ada pilihan (check box) terjemah bahasa Indonesia saja, sedangkan layanan yang ditawarkan juga termasuk terjemah bahasa Inggris dan Melayu, tergantung plug in yang di install ke dalam komputer.
Sedangkan gambar di bawah ini merupakan tampilan sisipan (insert) ayat qur'an dan terjemahnya dalam bahasa Indonesia pada dokumen MsWord. Mudah, cepat dan bermanfaat, silahkan download zip file plug in, materinya ada pada link di bawah ini...
Plug In Qur'an (Indonesia)
Plug In Qur'an (English)
Untuk memilih nama surat dan ayat yang dikehendaki, tampak seperti pada gambar di samping. Setelah itu pilih jenis translasi (terjemah) yang diinginkan. Pada contoh di samping hanya ada pilihan (check box) terjemah bahasa Indonesia saja, sedangkan layanan yang ditawarkan juga termasuk terjemah bahasa Inggris dan Melayu, tergantung plug in yang di install ke dalam komputer.
Sedangkan gambar di bawah ini merupakan tampilan sisipan (insert) ayat qur'an dan terjemahnya dalam bahasa Indonesia pada dokumen MsWord. Mudah, cepat dan bermanfaat, silahkan download zip file plug in, materinya ada pada link di bawah ini...
Plug In Qur'an (Indonesia)
Plug In Qur'an (English)
Monday, November 2, 2009
Unknow
Ditelpon sama makhluk ber-ID unknow, ughhh menyebalkan. Maunya apa si unknow itu, telpan-telpon misscall bolak-balik seperti nggak ada kerjaan saja. Penggemar gelap? atau hanya iseng? Eh, yang merasa unknow, tampakkan dirimu, siapa dirimu, jati dirimu. Kalau hanya ingin sekedar mendengarkan suara saya, ngaku dong... setiap telpon diangkat lalu bilang, "hallo, siapa ya?" kemudian 'klik'... dari seberang sana langsung memutuskan sambungan telpon. Unknow, aku tantang dirimu untuk bertemu sapa, kalau kamu takut ingin katakan cinta padaku, carilah foto Tom Cruise dan katakan saja cintamu pada foto itu, semoga kamu lega karenanya.
Subscribe to:
Posts (Atom)