Aku punya seorang Ibu yang begitu aku sayangi, hanya saja aku sering sekali tidak sejalan dalam ide perjuangan dengan Ibu, walau pada akhirnya diluruskan bersama.
Suatu hari Ibu memarahi ku karena saat liburan kuliah aku tidak pulang ke rumah, aku malah pergi untuk urusan agama ke Indonesia bagian timur. Liburan sisa satu minggu, aku pun pulang dan bertemu Ibuku. Mulailah beliau bercerita dengan nada sedikit marah tentang ini, itu, dan sebagainya. Lalu aku pun menjawab, “Bu, apakah selama aku pergi untuk urusan agama, Ibu selalu menangis dan menangis sambil berdo’a dan bermunajat untuk kebaikanku?”, lalu dijawab dengan singkat, “iya, memang seperti itu setiap hari”. Aku pun melanjutkan kalimatku, “demikianlah janji ALLAH, sesiapa saja yang keluar di jalan ALLAH, semata mencari keredhoan ALLAH, maka ALLAH akan mendidik ahli rumah sebagaimana ALLAH mendidik keluarga Ibrahim as, hati, diri dan jiwa akan dicondongkan selalu pada ALLAH, sehingga sedikit demi sedikit iman Ibu pun meningkat sampai kepada tingkat iman yang dikehendaki olehNya”.
Ibu ku terdiam sesaat, mungkin ingin menimpali kalimatku, tetapi tidak dilakukannya. Aku pun kembali berkata-kata, “Bu, tahukah Ibu apa itu wanita mandul?”, Ibuku terlihat ingin menjawab, tetapi suaranya tercekat dan terhenti dengan isak tangisnya. Aku memang sudah pernah menyampaikan perkara ini sebelumnya pada Ibuku melalui surat. Karena diam saja, akupun menjelaskan,”wanita mandul adalah wanita yang dari rahimnya tidak lahir para pejuang agama, tidak lahir para syuhada, yang dengan kurban mereka maka tegaklah agama ini”.
Kami berduapun diam sambil menahan tangis kami masing-masing, Ibuku sudah hilang marahnya dan akupun sedikit lega karenanya.
*Seraya mengenang Ibu (alm)
Tuesday, November 24, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Ingin berkomentar? cerita yang baik-baik saja, karena DIA suka dengan hal yang baik-baik. Siapa yang membuka aib, maka di akherat ALLAH akan membuka aibnya ...