Friday, January 29, 2010
Katanya sih begitu
Untuk menjadi mahasiswa doctoral program di University of Miyazaki, Japan... katanya sudah tidak perlu ada entrance test. Lhaaa, aku kan bingung, kemarin saat ditanya Prof Haryo, aku iya kan saja tentang kesediaan mengikuti test di sana. Atau, aku siapin surat full acceptance dari UoM untuk perkara ini, lalu kirim ke DIKTI. Hmmffff, harus tanya ke Murakami sensei nih sepertinya. Kalau memang nggak perlu enterance test, berarti bisa langsung berangkat ke sana dong...
Di luar norma kelaziman
Tadi di sela-sela sholat malam, aku mengingati nama mereka-mereka yang pernah menyusahkan hatiku lalu aku mulai berdo'a, "ya ALLAH, selesaikanlah masalah mereka, bantu urusan mereka, bilamana mereka berhutang maka bayarlah hutang mereka, bilamana mereka dalam masalah maka selesaikan masalah mereka dengan qudratMu. Engkau saja yang dapat menyelesaikan masalah, dengan asbab, tanpa asbab bahkan bertentangan dengan asbab sekalipun, semua perkara dihadapanMu adalah mudah".
Tidak lazim, bahkan di luar batas kelaziman orang-orang pada umumnya. Sebenarnya apa urusanku mendo'akan mereka??? Hmmfffff, aku hanya tidak ingin terjadi kemudharatan pada diri mereka karena pernah menyusahkan aku, berulang aku bermunajat padaNya, "ya ALLAH, apalah aku, kalau tidak adanya aku lebih Engkau sukai, aku ingin agar diriku dihapus saja dari muka bumi ini, tapi bila adanya aku di bumi ini mendatangkan kesukaanmu, jangan biarkan aku menjadi mudharat pada orang lain, disengaja maupun tidak disengaja. Ya ALLAH, selesaikanlah masalah umat ini dengan caraMu, hanya dengan caraMu saja.. amiiin"
Tidak lazim, bahkan di luar batas kelaziman orang-orang pada umumnya. Sebenarnya apa urusanku mendo'akan mereka??? Hmmfffff, aku hanya tidak ingin terjadi kemudharatan pada diri mereka karena pernah menyusahkan aku, berulang aku bermunajat padaNya, "ya ALLAH, apalah aku, kalau tidak adanya aku lebih Engkau sukai, aku ingin agar diriku dihapus saja dari muka bumi ini, tapi bila adanya aku di bumi ini mendatangkan kesukaanmu, jangan biarkan aku menjadi mudharat pada orang lain, disengaja maupun tidak disengaja. Ya ALLAH, selesaikanlah masalah umat ini dengan caraMu, hanya dengan caraMu saja.. amiiin"
Monday, January 25, 2010
Materi Interview Beasiswa S3
Emmm, kali ini tentang wawancara yang diadakan oleh DIKTI untuk beasiswa S3 di Hotel Inna Simpang, Surabaya. Mulanya tegang, karena wawancara menggunakan bahasa Inggris dan juga ini kali pertama wawancara menyangkut jenjang karir pendidikan lebih tinggi.. eeehhh, nggak ding, dulu juga pernah interview buat ke Austria tapi sayang saat itu hanya diperuntukkan bagi staff pengajar Kampus anggota Uninet, akhirnya nggak bisa deh...
Persiapan wawancara, tentu saja tentang mental, dan secara teknis jangan pernah melupakan berkas yang dulu pernah di bawa seperti Letter of Acceptance, Letter of Recomendation, Form A, living cost estimation, dan sebagainya. Jika ada data terbaru tentang LoA, nilai TOEFL, dan sebagainya maka segera dibawa juga untuk memperbaiki point penilaian.
Saat wawancara, saya dapet nomer urut 23.. fuiiihhhh, untung saja ada 3 meja, jadi sesi wawancara mulai dari jam 8 sampai ketemu nomer urut 23 membuat aku diwawancara sekitar pukul 12.15 karena seorang kandidiat akan diwawancara sekitar 20-30 menit.
Sekarang tentang konten dan materi wawancara, hampir semuanya berkutat pada Research Proposal, lalu tentang status pernikahan, kesiapan professor di negara asal, dan pertanyaan pendukung lainnya. Yang mewawancara saya kemarin ada 2 orang, Prof Haryo dari ITS (ini mah kenal banget, dosen saya saat kuliah di Arsitektur ITS cuiy), dan seorang lagi Prof dari Universitas Padjajaran.
Haryo: "Selamat, karena anda sudah sampai pada sesi wawancara untuk beasiswa ini"
Saya: "ya Pak, terima kasih"
Haryo: "proposal penelitianmu tentang tsunami di Pacitan, kenapa tsunami?"
Saya: "sebenarnya ini tentang disaster management Pak, resiko gelombang tsunami di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa selalu ada, karena barada di patahan (plate) yang aktif dan selalu bergerak"
Haryo: "apa sudah mempelajari kasus di Aceh"
Saya: "emmm, yang ingin saya pelajari tentang pendekatan non fisik, karena setahu saya pendekatan mitigasi bencana yang ada sering berorientasi pada penyelesaian teknis dan pendekatan fisik saja"
Haryo: "bagaimana kamu mau memindahkan masyarakat yang sudah tinggal di sana sejak lama, apa masih feasible?"
Saya: "itu memang tugas panjang, karena merubah paradigma bermukim, dan beberapa usulan dalam hipotesa riset saya adalah memasukkannya ke dalam kurikulum pembelajaran sekolah sejak SD, SMP dan seterusnya sehingga masyarakat mengenal bencana sejak dini"
Haryo: "koordinasi terakhir dengan professor murakami dari universitas miyazaki tentang proposal risetmu, kapan?"
Saya: "minggu lalu beliau menemui saya dan saya ajak ke Pacitan untuk melihat kondisi terkini di Pacitan dan sekitarnya"
Haryo: "OK, dari saya cukup sekian"
Saya: "ya Pak, terima kasih"
UNPAD: "berapa banyak jurnal yang kamu tulis"
Saya: "kalau untuk urusan menulis, setiap tahun saya membuat dua tulisan"
UNPAD: "ini tentang jurnal???"
Saya: "kalau jurnal baru 2 Pak, tapi kalau urusan seminar, conference, simposium berkaitan dengan disaster management, planning, da pelestarian, setiap tahun saya nggak pernah absen"
UNPAD: "ok, sekarang tentang keluarga.. selama menempuh studi di Jepang, apakah keluarga akan di bawa serta?"
Saya: "tidak Pak, agar saya bisa berkonsentrasi menyelesaikan Doktor saya on schedule"
UNPAD: "anak ada berapa?"
Saya: "ada 3 dari istri pertama..." (jawabku santai)
Mendengarkan jawaban dariku, mereka berdua saling pandang dan tertawa bareng, hi3x... sempat-sempatnya guyon saat wawancara...
UNPAD: "Hayooo, punya istri lain ya???"
Haryo: "beneran nih, dari istri pertama?"
Saya: "lhaaa, kan memang dari istri pertama" (jawabku sambil tertawa lebar)
Haryo: "ok, ini pertanyaan serius... jika nanti di Jepang kamu bertemu seorang gadis berparas cantik, baik hati dan suka sama kamu.. apakah kamu akan menyambutnya? katakanlah seperti artika dewa dan atau desi ratnasari???"
Saya: "maaf Pak, bukan tipe saya.. kecuali dia bisa membantu saya menterjemahkan bahasa Inggris saya ke bahasa Jepang sehingga bisa dipublikasikan di Jurnal berbahasa Jepang.. mungkin akan saya pertimbangkan gadis cantik itu..."
mereka: (speachless, nggak bisa ngomong apa-apa)
Saya: "tidak lah pak, hanya bercanda... saya akan konsentrasi dengan urusan studi saya saja" (jiaaaah, gaya amat omongan gua??? otong butuh plester nih sepertinya)
UNPAD: "baiklah, sepertinya cukup"
Haryo: "iyah, sepertinya cukup..."
Saya: "terima kasih pak, terima kasih banyak"
Byuuuuhhhh, ngobrol ngalor ngidul... yaaahhh, walaupun dalam sesi wawancara tapi dibawa santai saja. Bahasa Inggris mereka cukup mudah dicerna, tidak seperti orang Jepang kalau bicara seperti kumur-kumur dengan spelling yang nggak karuan, tapi karena orang Indonesia yang ngomong Inggris, alhamdulillah... so far so good...
Tahun depan masih ada 2011 untuk pendaftaran dan wawancara, yang belum terdaftar segera daftar... karena dana yang disediakan rata-rata 1-2M rupiah per kandidat doktor, tapi ingat.. ini uang negara, gunakan kesempatan ini sebaik mungkin...
Persiapan wawancara, tentu saja tentang mental, dan secara teknis jangan pernah melupakan berkas yang dulu pernah di bawa seperti Letter of Acceptance, Letter of Recomendation, Form A, living cost estimation, dan sebagainya. Jika ada data terbaru tentang LoA, nilai TOEFL, dan sebagainya maka segera dibawa juga untuk memperbaiki point penilaian.
Saat wawancara, saya dapet nomer urut 23.. fuiiihhhh, untung saja ada 3 meja, jadi sesi wawancara mulai dari jam 8 sampai ketemu nomer urut 23 membuat aku diwawancara sekitar pukul 12.15 karena seorang kandidiat akan diwawancara sekitar 20-30 menit.
Sekarang tentang konten dan materi wawancara, hampir semuanya berkutat pada Research Proposal, lalu tentang status pernikahan, kesiapan professor di negara asal, dan pertanyaan pendukung lainnya. Yang mewawancara saya kemarin ada 2 orang, Prof Haryo dari ITS (ini mah kenal banget, dosen saya saat kuliah di Arsitektur ITS cuiy), dan seorang lagi Prof dari Universitas Padjajaran.
Haryo: "Selamat, karena anda sudah sampai pada sesi wawancara untuk beasiswa ini"
Saya: "ya Pak, terima kasih"
Haryo: "proposal penelitianmu tentang tsunami di Pacitan, kenapa tsunami?"
Saya: "sebenarnya ini tentang disaster management Pak, resiko gelombang tsunami di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa selalu ada, karena barada di patahan (plate) yang aktif dan selalu bergerak"
Haryo: "apa sudah mempelajari kasus di Aceh"
Saya: "emmm, yang ingin saya pelajari tentang pendekatan non fisik, karena setahu saya pendekatan mitigasi bencana yang ada sering berorientasi pada penyelesaian teknis dan pendekatan fisik saja"
Haryo: "bagaimana kamu mau memindahkan masyarakat yang sudah tinggal di sana sejak lama, apa masih feasible?"
Saya: "itu memang tugas panjang, karena merubah paradigma bermukim, dan beberapa usulan dalam hipotesa riset saya adalah memasukkannya ke dalam kurikulum pembelajaran sekolah sejak SD, SMP dan seterusnya sehingga masyarakat mengenal bencana sejak dini"
Haryo: "koordinasi terakhir dengan professor murakami dari universitas miyazaki tentang proposal risetmu, kapan?"
Saya: "minggu lalu beliau menemui saya dan saya ajak ke Pacitan untuk melihat kondisi terkini di Pacitan dan sekitarnya"
Haryo: "OK, dari saya cukup sekian"
Saya: "ya Pak, terima kasih"
UNPAD: "berapa banyak jurnal yang kamu tulis"
Saya: "kalau untuk urusan menulis, setiap tahun saya membuat dua tulisan"
UNPAD: "ini tentang jurnal???"
Saya: "kalau jurnal baru 2 Pak, tapi kalau urusan seminar, conference, simposium berkaitan dengan disaster management, planning, da pelestarian, setiap tahun saya nggak pernah absen"
UNPAD: "ok, sekarang tentang keluarga.. selama menempuh studi di Jepang, apakah keluarga akan di bawa serta?"
Saya: "tidak Pak, agar saya bisa berkonsentrasi menyelesaikan Doktor saya on schedule"
UNPAD: "anak ada berapa?"
Saya: "ada 3 dari istri pertama..." (jawabku santai)
Mendengarkan jawaban dariku, mereka berdua saling pandang dan tertawa bareng, hi3x... sempat-sempatnya guyon saat wawancara...
UNPAD: "Hayooo, punya istri lain ya???"
Haryo: "beneran nih, dari istri pertama?"
Saya: "lhaaa, kan memang dari istri pertama" (jawabku sambil tertawa lebar)
Haryo: "ok, ini pertanyaan serius... jika nanti di Jepang kamu bertemu seorang gadis berparas cantik, baik hati dan suka sama kamu.. apakah kamu akan menyambutnya? katakanlah seperti artika dewa dan atau desi ratnasari???"
Saya: "maaf Pak, bukan tipe saya.. kecuali dia bisa membantu saya menterjemahkan bahasa Inggris saya ke bahasa Jepang sehingga bisa dipublikasikan di Jurnal berbahasa Jepang.. mungkin akan saya pertimbangkan gadis cantik itu..."
mereka: (speachless, nggak bisa ngomong apa-apa)
Saya: "tidak lah pak, hanya bercanda... saya akan konsentrasi dengan urusan studi saya saja" (jiaaaah, gaya amat omongan gua??? otong butuh plester nih sepertinya)
UNPAD: "baiklah, sepertinya cukup"
Haryo: "iyah, sepertinya cukup..."
Saya: "terima kasih pak, terima kasih banyak"
Byuuuuhhhh, ngobrol ngalor ngidul... yaaahhh, walaupun dalam sesi wawancara tapi dibawa santai saja. Bahasa Inggris mereka cukup mudah dicerna, tidak seperti orang Jepang kalau bicara seperti kumur-kumur dengan spelling yang nggak karuan, tapi karena orang Indonesia yang ngomong Inggris, alhamdulillah... so far so good...
Tahun depan masih ada 2011 untuk pendaftaran dan wawancara, yang belum terdaftar segera daftar... karena dana yang disediakan rata-rata 1-2M rupiah per kandidat doktor, tapi ingat.. ini uang negara, gunakan kesempatan ini sebaik mungkin...
Tuesday, January 12, 2010
ngalor ngidul tapi keren
Hari ini ketiban nyupir, ahak.. yang biasa supir mobil menuju puncak gunung ada keperluan dengan ELF, akhirnya dirikulah yang nyetir. Pendek kata, arsitek + supir. Kalau Icha bilang, "anda memang multi talenta..". Sempat bangga diri juga disebut multi talenta, ternyata kalimat itu ada ekornya, "selain jadi arsitek, ternyata bisa jadi supir juga... cuci baju, kora-kora toilet pasti bisa juga nih". Dalam perjalanan, aku mulai membuka cerita pemanis perjalanan sambil diiringi guyur deras hujan rahmat dariNya...
"Pak Kyai, tau kan tentang cerita saya dikerjain kemarin itu" aku memulai percakapan
"iya, memangnya kenapa..???" sahut beliau singkat
"wah, pokoknya parah banget..." hi..hi.. blow up nih ceritanya , biar tambah penasaran
"memangnya kenapa???" dengan wajah rada jengkel
"tadinya dia bilang bersedia, lalu kalimatnya berubah jadi mengijinkan.. OK lah kalau beg beg beg, OK lah kalau begitu.. (hi3x.. nggak mungkin banget bisa bilang beg beg beg di depan kyai)... tapi, seharusnya kalau tidak bersedia bilangnya kan di muka dan bukan di akhir"
"Oooooww (panjang nih bilang ow nya) begitu, lalu masalahnya dimana"
"malunya itu lho Pak, nggak ketulungan.. hmmm, secara itung-itungan matematik sebenarnya saya sudah yakin banget Bapaknya apalagi Ibunya akan bilang TIDAK, tapi saya tetep saja ngotot nyamperin ke rumahnya" celotehku panjang lebar
Beliau hanya mantuk-mantuk.. mbuh yo, paham opo nggak.. *ragu dot com*
"yang lebih menyakitkan, dia tidak mau minta maaf sama sekali... uggghhhhhh, sombongnya... karena kesal saya sampai keluarkan do'a yang berat, 'Ya ALLAH, selesaikan dengan caraMu, perlakukan dia sebagaimana Engkau mau memperlakukanNya'... mungkin dia tidak merasa bersalah dan begitu pula keluarganya, tapi malu ini bekas banget di wajah" halah, hiperbolik nih kalau sudah begini
Lalu beliau mengeluarkan nasihatnya atas nama orang lain, "Kyai Abdul Aziz pernah bilang bahwa orang miskin di dunia ini dibagi ke dalam dua golongan besar, pertama miskin tapi pandai bersyukur, dapat rezki sedikit saja mereka pandai bersyukur, apalagi kalau banyak. Golongan pertama jumlahnya tidak banyak karena mereka segera akan diangkat ALLAH swt menjadi kaya dengan multi tafsir, bisa kaya secara lahir, dan juga batin atau kaya hati yang tidak bisa diukur dengan benda-benda dunia kekayaannya. Dan golongan kedua adalah, mereka miskin tapi angkuh, biasanya tidak punya kemampuan berpikir, tidak berdaya, ingin selalu dimuliakan, padahal dalam hatinya selalu angkuh dan congkak. Kelompok kedua ini, walau mereka ada tetapi hanya sebagai ujian untuk meningkatkan iman orang-orang di sekitarnya dengan keangkuhannya".
Aku hanya diam terpaku dan... yaaahh, tercengang lah.. masalahnya, ini masih nyambung kah dengan cerita sebelumnya??? *bingung mode on*
Akhirnya kami putuskan ganti tipok, iya nih... jutek ndas kalau membahas cerita begituan. Aku menyambung ceritanya...
"Pak Kyai kenal sama Kyai ini (hiden name)?" tanyaku
"emmm, nggak begitu sih... memangnya kenapa?" beliau bertanya balik
"Anaknya bolak-balik mengingatkanku, 'jangan pergi, jangan pergi, karena kamu akan dipermainkan, hanya akan membuat kamu malu', tapi karena saya keras kepala.. yaudah, tetep saya samperin", lalu aku menunjukkan foto gadis itu melalu layar HP pada beliau
"waaaahh, cantik mas... cantikan ini dari dia" puji beliau
"dulu sekali, 3 tahun yang lalu, saya pernah minta khusus pada ALLAH swt tentang dia, gadis yang mempermalukan aku, dan konyolnya adalah aku meminta padaNya berulang-ulang, lalu dalam sebuah isyarat mimpi saya melihat telah dibariskan bidadari dari timur sampai ke barat dan aku disuruh memilih salah satu diantaranya tapi dengan melupakannya, pesannya agar aku tidak mendapatkan kesusahan karenanya"
"waaahhh, sudah dijawab tuh.. yah ini bidadarinya" jawaban beliau sambil menuding layar di HP murahanku, sungguh spontanitas beliau membikin aku terkejut setengah semaput, hufff... iya kah demikian, dia bidadari itu???
Aku akhirnya diam, tidak melanjutkan ceritaku, beliau juga demikian... sampai ke Puncak gunung kami hanya diam saja tanpa ada percakapan yang berarti...
"Pak Kyai, tau kan tentang cerita saya dikerjain kemarin itu" aku memulai percakapan
"iya, memangnya kenapa..???" sahut beliau singkat
"wah, pokoknya parah banget..." hi..hi.. blow up nih ceritanya , biar tambah penasaran
"memangnya kenapa???" dengan wajah rada jengkel
"tadinya dia bilang bersedia, lalu kalimatnya berubah jadi mengijinkan.. OK lah kalau beg beg beg, OK lah kalau begitu.. (hi3x.. nggak mungkin banget bisa bilang beg beg beg di depan kyai)... tapi, seharusnya kalau tidak bersedia bilangnya kan di muka dan bukan di akhir"
"Oooooww (panjang nih bilang ow nya) begitu, lalu masalahnya dimana"
"malunya itu lho Pak, nggak ketulungan.. hmmm, secara itung-itungan matematik sebenarnya saya sudah yakin banget Bapaknya apalagi Ibunya akan bilang TIDAK, tapi saya tetep saja ngotot nyamperin ke rumahnya" celotehku panjang lebar
Beliau hanya mantuk-mantuk.. mbuh yo, paham opo nggak.. *ragu dot com*
"yang lebih menyakitkan, dia tidak mau minta maaf sama sekali... uggghhhhhh, sombongnya... karena kesal saya sampai keluarkan do'a yang berat, 'Ya ALLAH, selesaikan dengan caraMu, perlakukan dia sebagaimana Engkau mau memperlakukanNya'... mungkin dia tidak merasa bersalah dan begitu pula keluarganya, tapi malu ini bekas banget di wajah" halah, hiperbolik nih kalau sudah begini
Lalu beliau mengeluarkan nasihatnya atas nama orang lain, "Kyai Abdul Aziz pernah bilang bahwa orang miskin di dunia ini dibagi ke dalam dua golongan besar, pertama miskin tapi pandai bersyukur, dapat rezki sedikit saja mereka pandai bersyukur, apalagi kalau banyak. Golongan pertama jumlahnya tidak banyak karena mereka segera akan diangkat ALLAH swt menjadi kaya dengan multi tafsir, bisa kaya secara lahir, dan juga batin atau kaya hati yang tidak bisa diukur dengan benda-benda dunia kekayaannya. Dan golongan kedua adalah, mereka miskin tapi angkuh, biasanya tidak punya kemampuan berpikir, tidak berdaya, ingin selalu dimuliakan, padahal dalam hatinya selalu angkuh dan congkak. Kelompok kedua ini, walau mereka ada tetapi hanya sebagai ujian untuk meningkatkan iman orang-orang di sekitarnya dengan keangkuhannya".
Aku hanya diam terpaku dan... yaaahh, tercengang lah.. masalahnya, ini masih nyambung kah dengan cerita sebelumnya??? *bingung mode on*
Akhirnya kami putuskan ganti tipok, iya nih... jutek ndas kalau membahas cerita begituan. Aku menyambung ceritanya...
"Pak Kyai kenal sama Kyai ini (hiden name)?" tanyaku
"emmm, nggak begitu sih... memangnya kenapa?" beliau bertanya balik
"Anaknya bolak-balik mengingatkanku, 'jangan pergi, jangan pergi, karena kamu akan dipermainkan, hanya akan membuat kamu malu', tapi karena saya keras kepala.. yaudah, tetep saya samperin", lalu aku menunjukkan foto gadis itu melalu layar HP pada beliau
"waaaahh, cantik mas... cantikan ini dari dia" puji beliau
"dulu sekali, 3 tahun yang lalu, saya pernah minta khusus pada ALLAH swt tentang dia, gadis yang mempermalukan aku, dan konyolnya adalah aku meminta padaNya berulang-ulang, lalu dalam sebuah isyarat mimpi saya melihat telah dibariskan bidadari dari timur sampai ke barat dan aku disuruh memilih salah satu diantaranya tapi dengan melupakannya, pesannya agar aku tidak mendapatkan kesusahan karenanya"
"waaahhh, sudah dijawab tuh.. yah ini bidadarinya" jawaban beliau sambil menuding layar di HP murahanku, sungguh spontanitas beliau membikin aku terkejut setengah semaput, hufff... iya kah demikian, dia bidadari itu???
Aku akhirnya diam, tidak melanjutkan ceritaku, beliau juga demikian... sampai ke Puncak gunung kami hanya diam saja tanpa ada percakapan yang berarti...
Friday, January 8, 2010
Kalau saja
Kalau saja hari ini seorang bidadari turun dari langit, lalu merayuku dengan sejuta cara. Aku akan menghindar darinya dengan seribu cara yang lebih ampuh. Kalau saja hari ini seluruh penduduk langit bersekutu agar aku bisa mencinta lagi. Aku akan melaporkannya pada pemilik seluruh langit dan bumi agar aku terselamat dari makar mereka.
Hey.. bisakah kalian berhenti menggangguku? Aku ini sedang luka dan kalian sudah tahu sebarang apapun yang baru saja terjadi padaku. Apa? Kalian bilang aku ketus, sinis, dan seabreg kelimat tak menyenangkan lainnya kalian tumpahkan padaku... Aku sudah tidak perduli. Bisa kan kalau kalian urus saja diri kalian sendiri, karena akupun akan mengurus diriku sendiri.
Seorang gadis mermartabat karena dari kalangan pemuka agama di negeri ini telah datang padaku dan mengatakan "aku akan menolongmu, aku juga akan menyembuhkan luka di hatimu, maka terimalah aku". Aku hanya menjawab dengan bibir tersenyum getir, "Eheem, bisa minta tolong.. jangan pernah mengganggu aku... aku tidak perduli jika kau mampu melihat apa yang terjadi di depan, karena sedikitpun... kamu, aku dan kalian semua tidak bisa mengubahnya kecuali dengan keidzinan dariNya saja".
Lalu gadis itu bercerita kepada Ibunya bahwa cintanya tulus padaku, hmmmm... sebenarnya apa sih maumu? Hey, tahukah kamu... kemarin aku telah mendatangi gadis normal dengan prilaku brilliant di pandangan kebanyakan orang yang dikenalnya, lalu aku menginginkannya. Tapi catat kalimatku, dia normal, dia sangat normal sehingga dengannya dia menolakku. Dia bahkan tidak pernah menginginkan aku, mungkin di matanya aku tidak lebih daripada najis yang menempel di telapak kaki kuda pacuan. Ini semua karena keingan kita untuk memperbaiki masa depan yang ternyata kita tidak kuasa untuk mengubahnya. Ahh, aku melihatnya menangis dan mulai mengkira-kira apakah penyebabnya, aku kira dia menangis karena ini dan itu... lalu saat ayahnya datang menemui aku maka aku melihat peluang untuk menghapus air matanya dengan segala cara. Tapi, hemmmm... kamu tau kan, kalau ALLAH tidak suka maka usaha apapun yang kamu lakukan tidak akan berhasil...
Ah, sudahlah... bukan urusanku untuk menghapus air matanya... lagi pula sejak kemarin rasa enggan mengurusi urusan orang lain mulai tumbuh subur di dalam sanubariku. Walau ada orang lapar, sekarat, merintih di depanku, aku sudah bisa memandang dengan kaca mata yang berbeda, kaca mata keengganan, dengan kalimat lugas di dalamnya, 'Kalian Bukan Urusanku'.
Hufff, rasanya koq egois.. tapi lihatlah gadis yang sempat menanyakan kengininannya untuk merawat hatiku. Bahkan upaya meluluhkan hati ibunya sekalipun dia lakukan.. Hey, tidakkah kamu tahu tentang aku, cobalah melihat aku dengan kacamata mereka-mereka yang normal, tidak ada seorangpun mau dengan aku kecuali pelacur, sampah masyarakat, makhluk hina lainnya dan buka orang normal seperti kalian. Ability?? Halah, bull shit... sejak lama aku tidak menginginkan kemampuan ini.
Aku suka kata ini, lembaran baru... tapi aku punya catatan kecil tentangnya. Jika dulu hatiku bisa luluh bila seorang kaya datang padaku dan berkata, "pren, bantu aku... aku lagi nggak punya duit". Aku tidak perduli jaguar yang parkir di depan kantorku, yang aku perhatikan adalah apa yang baru saja keluar dari bibirnya, kalau dia lagi tidak punya duit. Atau seorang pelacur cantik nan seksi datang padaku sambil berkata, "tuan, aku mau bertobat, beri aku uang untuk menutupi auratku". Aku tidak perduli dengan lelaki yang berada dalam gandengannya atau pada pakaian minim yang dia kenakan, aku akan menyelesaikan masalahnya. Tapi hari ini, walau berpenampilan syeh, walau dia tidak disentuh dosa lalu datang padaku sambil berkata, "tolong selesaikan masalahku", maka aku bisa dengan tegas mengatakan, "kalian bukan urusanku".
Aku belajar egois dari hariku yang kemarin, dan ternyata berhasil... masa depan bukanlah urusanku, masa kini... bagaimana selalu mempesonakanNya dengan hidup tanpa menyusahkan orang lain, karena kalian memang bukan urusanku... mau rumahmu disegel, asetmu disita atau ditempeli papan bertulisan Dalam Pengawasan BANK... hey.. hey.. hey.., bukan urusanku tau, itu urusanmu sendiri. Dan kamu, BPR resek... jangan telpan telpon aku lagi dong, bikin sebel saja sih
Hey.. bisakah kalian berhenti menggangguku? Aku ini sedang luka dan kalian sudah tahu sebarang apapun yang baru saja terjadi padaku. Apa? Kalian bilang aku ketus, sinis, dan seabreg kelimat tak menyenangkan lainnya kalian tumpahkan padaku... Aku sudah tidak perduli. Bisa kan kalau kalian urus saja diri kalian sendiri, karena akupun akan mengurus diriku sendiri.
Seorang gadis mermartabat karena dari kalangan pemuka agama di negeri ini telah datang padaku dan mengatakan "aku akan menolongmu, aku juga akan menyembuhkan luka di hatimu, maka terimalah aku". Aku hanya menjawab dengan bibir tersenyum getir, "Eheem, bisa minta tolong.. jangan pernah mengganggu aku... aku tidak perduli jika kau mampu melihat apa yang terjadi di depan, karena sedikitpun... kamu, aku dan kalian semua tidak bisa mengubahnya kecuali dengan keidzinan dariNya saja".
Lalu gadis itu bercerita kepada Ibunya bahwa cintanya tulus padaku, hmmmm... sebenarnya apa sih maumu? Hey, tahukah kamu... kemarin aku telah mendatangi gadis normal dengan prilaku brilliant di pandangan kebanyakan orang yang dikenalnya, lalu aku menginginkannya. Tapi catat kalimatku, dia normal, dia sangat normal sehingga dengannya dia menolakku. Dia bahkan tidak pernah menginginkan aku, mungkin di matanya aku tidak lebih daripada najis yang menempel di telapak kaki kuda pacuan. Ini semua karena keingan kita untuk memperbaiki masa depan yang ternyata kita tidak kuasa untuk mengubahnya. Ahh, aku melihatnya menangis dan mulai mengkira-kira apakah penyebabnya, aku kira dia menangis karena ini dan itu... lalu saat ayahnya datang menemui aku maka aku melihat peluang untuk menghapus air matanya dengan segala cara. Tapi, hemmmm... kamu tau kan, kalau ALLAH tidak suka maka usaha apapun yang kamu lakukan tidak akan berhasil...
Ah, sudahlah... bukan urusanku untuk menghapus air matanya... lagi pula sejak kemarin rasa enggan mengurusi urusan orang lain mulai tumbuh subur di dalam sanubariku. Walau ada orang lapar, sekarat, merintih di depanku, aku sudah bisa memandang dengan kaca mata yang berbeda, kaca mata keengganan, dengan kalimat lugas di dalamnya, 'Kalian Bukan Urusanku'.
Hufff, rasanya koq egois.. tapi lihatlah gadis yang sempat menanyakan kengininannya untuk merawat hatiku. Bahkan upaya meluluhkan hati ibunya sekalipun dia lakukan.. Hey, tidakkah kamu tahu tentang aku, cobalah melihat aku dengan kacamata mereka-mereka yang normal, tidak ada seorangpun mau dengan aku kecuali pelacur, sampah masyarakat, makhluk hina lainnya dan buka orang normal seperti kalian. Ability?? Halah, bull shit... sejak lama aku tidak menginginkan kemampuan ini.
Aku suka kata ini, lembaran baru... tapi aku punya catatan kecil tentangnya. Jika dulu hatiku bisa luluh bila seorang kaya datang padaku dan berkata, "pren, bantu aku... aku lagi nggak punya duit". Aku tidak perduli jaguar yang parkir di depan kantorku, yang aku perhatikan adalah apa yang baru saja keluar dari bibirnya, kalau dia lagi tidak punya duit. Atau seorang pelacur cantik nan seksi datang padaku sambil berkata, "tuan, aku mau bertobat, beri aku uang untuk menutupi auratku". Aku tidak perduli dengan lelaki yang berada dalam gandengannya atau pada pakaian minim yang dia kenakan, aku akan menyelesaikan masalahnya. Tapi hari ini, walau berpenampilan syeh, walau dia tidak disentuh dosa lalu datang padaku sambil berkata, "tolong selesaikan masalahku", maka aku bisa dengan tegas mengatakan, "kalian bukan urusanku".
Aku belajar egois dari hariku yang kemarin, dan ternyata berhasil... masa depan bukanlah urusanku, masa kini... bagaimana selalu mempesonakanNya dengan hidup tanpa menyusahkan orang lain, karena kalian memang bukan urusanku... mau rumahmu disegel, asetmu disita atau ditempeli papan bertulisan Dalam Pengawasan BANK... hey.. hey.. hey.., bukan urusanku tau, itu urusanmu sendiri. Dan kamu, BPR resek... jangan telpan telpon aku lagi dong, bikin sebel saja sih
Saturday, January 2, 2010
Jangan terlalu baik
Kadang niat baik ditafsirkan salah
Kadang terlalu baik juga salah
Kadang ingin rasanya selalu membantu
Kadang pusing juga dibuatnya
.. lha, kenapa juga dipikir ... piye toh mas
Kemarin lihat ada orang naik sepeda motor bersama istri dan bayinya yang baru dilahirkan, tahu baru dilahirkan dari tas yang digantung pada sepeda motornya ada tulisan Bidan Persalinan dan sebagainya.
Yang bikin sebel adalah, ini orang tua rada gila atau memang gila... gerimis lalu pulang bawa bayi yang baru dilahirkan pake sepeda motor. Ughhh, maunya aku stop trus bilang, "pak, bu... bisa minta tolong, ini ada duit 200rb, Ibu dan bayinya naik taksi saja yah, kasihan bayinya kena hujan". Setelah lampu merah, saya pacu sepeda motor untuk menyusul kedua orang tua ndablek itu, tapi kemudian terhenti... Aku melihat si Ibu mengenakan gelang emas banyak sekali di tangan kirinya, lalu sekilas aku juga melihat si Bapak bertato di lengannya.
Lha, kalau niatan baik tadi aku teruskan, ntar dikira menghina mereka.. wah repot juga nih, akhirnya... dengan berat hati aku urungkan niat membantu si bayi malang yang dibawa pulang kedua orang tuanya saat gerimis.
Hati hanya bisa menangis, tapi khawatir salah melangkah. Sudahlah, jangan terlalu baik pada orang lain, nanti disalah tafsirkan pula... repot tau, belum lagi kalau sampai bikin malu...
Kadang terlalu baik juga salah
Kadang ingin rasanya selalu membantu
Kadang pusing juga dibuatnya
.. lha, kenapa juga dipikir ... piye toh mas
Kemarin lihat ada orang naik sepeda motor bersama istri dan bayinya yang baru dilahirkan, tahu baru dilahirkan dari tas yang digantung pada sepeda motornya ada tulisan Bidan Persalinan dan sebagainya.
Yang bikin sebel adalah, ini orang tua rada gila atau memang gila... gerimis lalu pulang bawa bayi yang baru dilahirkan pake sepeda motor. Ughhh, maunya aku stop trus bilang, "pak, bu... bisa minta tolong, ini ada duit 200rb, Ibu dan bayinya naik taksi saja yah, kasihan bayinya kena hujan". Setelah lampu merah, saya pacu sepeda motor untuk menyusul kedua orang tua ndablek itu, tapi kemudian terhenti... Aku melihat si Ibu mengenakan gelang emas banyak sekali di tangan kirinya, lalu sekilas aku juga melihat si Bapak bertato di lengannya.
Lha, kalau niatan baik tadi aku teruskan, ntar dikira menghina mereka.. wah repot juga nih, akhirnya... dengan berat hati aku urungkan niat membantu si bayi malang yang dibawa pulang kedua orang tuanya saat gerimis.
Hati hanya bisa menangis, tapi khawatir salah melangkah. Sudahlah, jangan terlalu baik pada orang lain, nanti disalah tafsirkan pula... repot tau, belum lagi kalau sampai bikin malu...
Subscribe to:
Posts (Atom)