Emmm, kali ini tentang wawancara yang diadakan oleh DIKTI untuk beasiswa S3 di Hotel Inna Simpang, Surabaya. Mulanya tegang, karena wawancara menggunakan bahasa Inggris dan juga ini kali pertama wawancara menyangkut jenjang karir pendidikan lebih tinggi.. eeehhh, nggak ding, dulu juga pernah interview buat ke Austria tapi sayang saat itu hanya diperuntukkan bagi staff pengajar Kampus anggota Uninet, akhirnya nggak bisa deh...
Persiapan wawancara, tentu saja tentang mental, dan secara teknis jangan pernah melupakan berkas yang dulu pernah di bawa seperti Letter of Acceptance, Letter of Recomendation, Form A, living cost estimation, dan sebagainya. Jika ada data terbaru tentang LoA, nilai TOEFL, dan sebagainya maka segera dibawa juga untuk memperbaiki point penilaian.
Saat wawancara, saya dapet nomer urut 23.. fuiiihhhh, untung saja ada 3 meja, jadi sesi wawancara mulai dari jam 8 sampai ketemu nomer urut 23 membuat aku diwawancara sekitar pukul 12.15 karena seorang kandidiat akan diwawancara sekitar 20-30 menit.
Sekarang tentang konten dan materi wawancara, hampir semuanya berkutat pada Research Proposal, lalu tentang status pernikahan, kesiapan professor di negara asal, dan pertanyaan pendukung lainnya. Yang mewawancara saya kemarin ada 2 orang, Prof Haryo dari ITS (ini mah kenal banget, dosen saya saat kuliah di Arsitektur ITS cuiy), dan seorang lagi Prof dari Universitas Padjajaran.
Haryo: "Selamat, karena anda sudah sampai pada sesi wawancara untuk beasiswa ini"
Saya: "ya Pak, terima kasih"
Haryo: "proposal penelitianmu tentang tsunami di Pacitan, kenapa tsunami?"
Saya: "sebenarnya ini tentang disaster management Pak, resiko gelombang tsunami di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa selalu ada, karena barada di patahan (plate) yang aktif dan selalu bergerak"
Haryo: "apa sudah mempelajari kasus di Aceh"
Saya: "emmm, yang ingin saya pelajari tentang pendekatan non fisik, karena setahu saya pendekatan mitigasi bencana yang ada sering berorientasi pada penyelesaian teknis dan pendekatan fisik saja"
Haryo: "bagaimana kamu mau memindahkan masyarakat yang sudah tinggal di sana sejak lama, apa masih feasible?"
Saya: "itu memang tugas panjang, karena merubah paradigma bermukim, dan beberapa usulan dalam hipotesa riset saya adalah memasukkannya ke dalam kurikulum pembelajaran sekolah sejak SD, SMP dan seterusnya sehingga masyarakat mengenal bencana sejak dini"
Haryo: "koordinasi terakhir dengan professor murakami dari universitas miyazaki tentang proposal risetmu, kapan?"
Saya: "minggu lalu beliau menemui saya dan saya ajak ke Pacitan untuk melihat kondisi terkini di Pacitan dan sekitarnya"
Haryo: "OK, dari saya cukup sekian"
Saya: "ya Pak, terima kasih"
UNPAD: "berapa banyak jurnal yang kamu tulis"
Saya: "kalau untuk urusan menulis, setiap tahun saya membuat dua tulisan"
UNPAD: "ini tentang jurnal???"
Saya: "kalau jurnal baru 2 Pak, tapi kalau urusan seminar, conference, simposium berkaitan dengan disaster management, planning, da pelestarian, setiap tahun saya nggak pernah absen"
UNPAD: "ok, sekarang tentang keluarga.. selama menempuh studi di Jepang, apakah keluarga akan di bawa serta?"
Saya: "tidak Pak, agar saya bisa berkonsentrasi menyelesaikan Doktor saya on schedule"
UNPAD: "anak ada berapa?"
Saya: "ada 3 dari istri pertama..." (jawabku santai)
Mendengarkan jawaban dariku, mereka berdua saling pandang dan tertawa bareng, hi3x... sempat-sempatnya guyon saat wawancara...
UNPAD: "Hayooo, punya istri lain ya???"
Haryo: "beneran nih, dari istri pertama?"
Saya: "lhaaa, kan memang dari istri pertama" (jawabku sambil tertawa lebar)
Haryo: "ok, ini pertanyaan serius... jika nanti di Jepang kamu bertemu seorang gadis berparas cantik, baik hati dan suka sama kamu.. apakah kamu akan menyambutnya? katakanlah seperti artika dewa dan atau desi ratnasari???"
Saya: "maaf Pak, bukan tipe saya.. kecuali dia bisa membantu saya menterjemahkan bahasa Inggris saya ke bahasa Jepang sehingga bisa dipublikasikan di Jurnal berbahasa Jepang.. mungkin akan saya pertimbangkan gadis cantik itu..."
mereka: (speachless, nggak bisa ngomong apa-apa)
Saya: "tidak lah pak, hanya bercanda... saya akan konsentrasi dengan urusan studi saya saja" (jiaaaah, gaya amat omongan gua??? otong butuh plester nih sepertinya)
UNPAD: "baiklah, sepertinya cukup"
Haryo: "iyah, sepertinya cukup..."
Saya: "terima kasih pak, terima kasih banyak"
Byuuuuhhhh, ngobrol ngalor ngidul... yaaahhh, walaupun dalam sesi wawancara tapi dibawa santai saja. Bahasa Inggris mereka cukup mudah dicerna, tidak seperti orang Jepang kalau bicara seperti kumur-kumur dengan spelling yang nggak karuan, tapi karena orang Indonesia yang ngomong Inggris, alhamdulillah... so far so good...
Tahun depan masih ada 2011 untuk pendaftaran dan wawancara, yang belum terdaftar segera daftar... karena dana yang disediakan rata-rata 1-2M rupiah per kandidat doktor, tapi ingat.. ini uang negara, gunakan kesempatan ini sebaik mungkin...
Monday, January 25, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
good job, mas.. semoga sukses & bermanfaat. amin..
ReplyDeleteMudah2an diterima ya bro dan segera bergabung dengan temans disana....salam..
ReplyDeletesmoga sukses & mendapatkan beasiswa untuk pengabdian pada negara
ReplyDeletesaya doain pak, bapak keterima tahun ini...amin....
ReplyDeletesecara, dr taon 2008 bilang mw ke jepang na....hehe
@nugie: thanks supportnya
ReplyDelete@Kang Wahid: siap pak boss
@teddy: tengkyu
@Lia: awas ya, belum finalisasi laporan skripsi kan??