Wednesday, December 9, 2009

Mengenang Senyummu

Akhirnya aku tiba di rumahku di bilangan Tebet, hmmm … seperti biasa, rumah selalu sepi karena penghuninya sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing, hanya Mbok Sum yang menyambut kedatanganku, dan setelah berbasa-basi aku segera menuju ke kamarku.

Merebahkan punggungku di kasur berpegas, memandangi langit-langit kamar dan sekali lagi senyum manis Sarah terlintas di benakku. Dengan imajinasiku, ku lukis wajahnya di langit-langit kamarku, membelai rambutnya yang indah, meraba pipinya yang merah merona, memandangi wajahnya yang selalu menyejukkan pandanganku. Sarah, aku begitu merindukanmu.

Di rumah ini lah masa kecilku dibangun, dibangun dengan penuh kasih belaian ibu, dengan jadwal padat ala militer dari bapak, dengan pola bandel bentukan aku dan adik-adikku yang terkadang jenuh dengan cara ayah membentuk kami, hi ... hi ... hi ... Bapakku kalau sudah marah, melihat diamnya saja kami semua langsung ketakutan, apalagi kalau sampai keluar sabuknya untuk menakut-nakuti kami yang telat pergi ke masjid setelah adzan subuh ...

Jadi teringat saat Sarah bercerita tentang masa kecilnya, kehidupan yang ceria tanpa pernah tahu bahwa dirinya mengidap penyakit kanker darah.

... ... ... ... ...

Sarah: "waktu kecil, aku suka sekali kalau diajak papa pergi ke taman kota, main kejar-kejaran, main ayunan, beli permen lolipop, seneng banget rasanya ..”
John: "Dave nggak ikutan...?"
Sarah: "kadang-kadang ikut, Dave nggak begitu suka jalan-jalan, sukanya sibuk sendiri di rumah, main musik bareng gank punk nya, brantakin seisi rumah”
John: "Ha.. ha.. ha.. keren dong, nanti kalau kita punya anak lelaki, kira-kira bandel seperti Dave nggak yah"
Sarah: "Aduuuhhhh, amit-amit ... Dave kecil badelnya nggak ketulungan, pernah suatu hari aku pulang belanja sama Ibu bawa kura-kura kecil, lalu aku masukin ke aquarium. Besok paginya aku hanya bisa menangis sedih karena kura-kuraku sudah mati dengan keadaan tubuhnya keluar dari cangkangnya”
John: "Koq bisa begitu?"
Sarah: "Dave bereksperimen dengan kura-kuraku, tubuh kura-kura kecilku dikeluarkan dari cangkangnya pakai obeng, lalu disiram air dingin, katanya Dave biar seger sebab kasihan lihat kura-kuranya dalam jaket batu, sepertinya kepanasan”
John: "Ha.. ha.. ha.. Dave, ada-ada saja, bandel koq sejak lahir ... sampai sekarang Dave kan masih bandel juga"

Sarah memandangku, sepertinya ingin bertanya tentang jenis kenakalan seperti apa yang dilakukan Dave sekarang ...
Sarah: "Dave nakal? Memangnya nakalnya seperti apa? Paling juga usilin kamu doang”
John: "Iya, kalau usilin aku itu sudah menu wajib, tapi kadang pak Robert diusilin juga, misalnya lagi presentasi ada lembaran slide yang menyisipkan gambar Pak Robert bertelanjang dada sedang diapit oleh Luna Maya dan Julie Estle, pokoknya usil yang bikin orang lain ketawa terpingkal-pingkal deh ..."
Sarah: "Memangnya bisa foto Pak Robert diapit oleh artis-artis gitu”
John: "Bisa banget, hari gini ada PhotoShop gitu lho ... aku juga bisa buat foto kita berdua jadi berlima, aku di tengah lalu kamu ada di samping kiri, kanan, dan depan jejer dua, jadi seperti raja minyak yang diapit oleh istri-istrinya"
Sarah: "Oh, gitu yah ... keren dong”
John: "atau begini, dalam frame ada kita berdua, lalu Lindsay Louhan, Jessica Alba, Putri Patricia, Rianti Catwright, dan Carissa Putri, semua dalam satu frame, gimana ... keren abiiiis kan"

Sarah melotot, sepertinya tidak terima kalau dirinya harus dijejer dengan gadis-gadis cantik lainnya, walau hanya dalam bingkai foto ...

Sarah: "John, kamu nggak boleh melakukannya, walau hanya foto, aku pasti akan cemburu jika kamu melakukannya”
John: "Aduh, istrinya Batman belum apa-apa sudah cemburu ... sini, aku kasih peluk ala raja minyak aja deh"

Sarahpun tersenyum dan menyandarkan kepalanya di dadaku, lalu melanjutkan cerita tentang masa kecilnya bersama keluarga di Jerman

Sarah: "Saat aku kecil, cita-citaku ingin menjadi guru”
John: "hi.. hi.. cita-cita yang mulia, koq bisa kepikiran jadi guru"
Sarah: "Abisnya sebel liat Dave, sekolah dasar kelas 4 masih juga belum lancar membaca, dan parahnya lagi kalau untuk urusan hitung menghitung selalu nggak mau kerjain PR, dibantuin terus sama Ibu, dan kadang tanya ke kakak perempuanku ... parah kan”
John: "Dave dulu lelet bin dudul gitu ya ..."
Sarah: "Hmmm, banget deh pokoknya”
John: "Hi... hi... hi..."
Sarah: "Sebenarnya bukan hanya itu, suatu hari aku pulang membawa buku tugas sekolah dengan nilai matematika hanya 20 saja, aduh ... Papa marah banget, tapi setelah diperiksa Papa ternyata yang salah bukan aku tapi Bu Guru di sekolah salah menilai, hanya karena beda cara mengerjakan lalu disalahkan semua”
John: "Nggak komplain ke Bu Guru mu?"
Sarah: "Sudah, Ibu yang menanyakan prihal nilaiku pada Ibu Kepala Sekolah dan jawabnya sungguh bikin aku sebal, kepala sekolahnya bilang, ‘maklumlah Bu, guru-guru kita yang sudah usia lanjut sulit mengerti dengan cara berfikir anak-anak sekarang yang selalu bisa mendapatkan cara dan metode baru dalam berhitung, mohon dimaklumi’, aku tambah sebel saja karena jawaban Ibu Kepala Sekolah, koq gitu sih???”
John: "Ha.. ha.. ada-ada saja, sampai kelas berapa punya cita-cita jadi guru?"
Sarah: "Sampai saat melihat kakakku terbaring berbulan-bulan di rumah sakit, lalu aku ganti cita-citaku, aku ingin menjadi dokter supaya tidak ada lagi orang yang sakit dan menderita seperti kakakku”
John: "cita-cita yang sungguh mulia, seorang musafir telahpun kelelahan lalu beristirahat di bawah rerindang pohon kurma sambil memandangi hamparan padang pasir dihadapannya. Musafir tadi berkata, ‘seandainya padang pasir ini adalah gandum, semuanya akan aku sedekahkan agar tidak ada lagi yang kelaparan’, dan saat dia tertidur dalam istirahatnya terdengar bisikan yang berbunyi, ‘diterima, niatmu telah diterima oleh ALLAH dan kamu mendapatkan pahala seperti orang yang bersedekah gandum sebanyak padang pasir’. Begitulah pahala niat yang diterima ALLAH"
Sarah: "Padahal si musafir kan hanya niat doang, koq bisa yah???”
John: "karena niat diberi pahala satu sedangkan niat yang diamalkan mendapatkan pahala minimal sepuluh kali lipat, atau sekehendak ALLAH"
Sarah: "Sekehendak ALLAH, maksudnya???”
John: "misalnya sholat di masjid mendapatkan pahala 27 derajat daripada sholat di rumah, sholat di masjidil Haram Mekkah akan mendapat pahala 100.000 kali, sholat saat fii sabilillah mendapat pahala 700.000 kali dan seterusnya sekehendak ALLAH"
Sarah: "subhanallah, besarnya karunia ALLAH ... sebagaimana Dia telah mengkaruniakan aku untuk mendapatkan kamu John ... ahlamdulillah”

Sarah merapatkan tubuhnya, kembali merebahkan kepalanya di dadaku dan mulai memelukku penuh mesra. Sesekali dia meraba dadaku, bermain dengan kancing bajuku, dan terakhir selalu ditutup dengan mencubit pipiku ... aduhhhh, sakit banget kalau sudah dicubit sama Sarah

Sarah: "John, kamu tahu nggak kalau Dave nggak bisa renang?”
John: "Denger-denger dari temen sekantor sih begitu, memang beneran Dave nggak bisa renang?"
Sarah: "Iya, pokoknya parah banget deh, anak laki-laki koq nggak bisa renang”
John: "Koq bisa begitu? Memangnya nggak pernah diajakin renang sama Papamu?"
Sarah: "Sering, tapi Dave nggak begitu suka main di kolam renang, lebih suka main gitar listriknya, main video game, dan kumpul sama gank-gank nya”
John: "Waaahhhh, anak-anak kita nanti harus bisa renang semua, ini sunah rasulullah supaya anak-anak diajari untuk bisa berenang"
Sarah: "John, kamu suka punya anak lelaki atau perempuan”
John: "Aku suka anak lelaki dan juga perempuan, aku suka semua"
Sarah: "Kalau punya anak, pengen punya anak berapa”
John: "Hmmm, berapa yah? Emmmm, selusin deh"
Sarah: "Whaaaa, banyak banget ... memangnya aku kucing apa beranak sampe dua belas”
John: "Kan nggak harus dari satu istri"
Sarah: "maksud loe, ughhhhhh .... John, kamu koq bikin sebel aku yahhh”
John: "aduh... aduh... ampun nona manis, ampun ratuku, sakit banget cubitanmu"

Sarah mulai mencubit apa saja bagian tubuhku yang bisa digapainya, aduuuhh sakit banget deh, lalu aku balas dengan menggelitik perutnya yang seksi hingga dia kegelian dan minta ampun. Hi.. hi.. lucu sekali ekspresi wajahnya kalau sudah lemas karena kegelian aku gelitik perutnya, dan selalu aku tutup dengan memeluk dan mencium keningnya ...

... ... ... ... ...

Hmmmm, hanya dengan mengingati kenangan indah bersama Sarah sudah cukup untuk membahagiakan hatiku. Ya ALLAH, bimbinglah aku, kuatkanlah aku karena hari ini aku sedang bimbang dan juga rapuh.

Mataku tertuju pada jam dinding di kamarku, sudah mendekati pukul 12 siang, sebentar lagi masuk waktu dzuhur di Jakarta. Akupun berbenah, membersihkan diri, pergi ke musholah komplek untuk sholat dzuhur dan bergegas ke kantor LSM tempat aku akan interview. Ya ALLAH, kuatkan aku, bimbing aku wahai Tuhan penguasa seluruh semesta alam. Sesekali aku mencium cincin perak pernikahanku, layaknya pemain Manchester United yang girang setelah membobol gawang lawan, tapi aku mencium cincin ini hanya untuk mengobati kerinduanku yang begitu besar pada Sarah. Selepas sholat dzuhur, aku memilih sepeda motor untuk bisa segera sampai di kantor LSM Penanggulangan Bencana. Wawancara dijadwal pukul 15.00 tapi aku ingin segera berada di sana sebelum waktu wawancaraku, syukurlah di rumah masih ada kendaraan yang tersisa, kalau sedang tidak ingin buru-buru mungkin aku akan memilih Baby Benz tua milik bapakku, walau tua tapi mesinnya enak dan juga terawat dengan baik.

Aku pacu sepeda motorku dengan kecepatan sedang, sambil kembali mengingat-ingat ruas jalan di kota super sibuk seperti Jakarta. Memang hidup di Jakarta begitu melelahkan, dengan rutinitas harian seperti macet, kendaraan padat, polusi, dan banyak lagi masalah sosial penyertanya, membuat aku tidak terlalu suka untuk tinggal di Jakarta.

Ruas jalan tempat kantor LSM Penanggulangan Bencana sudah ada di depan trafict light, hanya tinggal belok kiri dan sampailah aku. Hmmm, semoga saja wawancara hari ini berjalan dengan baik, semua sudah aku serahkan padaNya, semoga selalu diberi jalan yang terbaik.

No comments:

Post a Comment

Ingin berkomentar? cerita yang baik-baik saja, karena DIA suka dengan hal yang baik-baik. Siapa yang membuka aib, maka di akherat ALLAH akan membuka aibnya ...