Sunday, August 31, 2008

Rapat anti repot

H - 3 (Rapat anti repot)

Menjelang dini hari, aku memanggil 3 pejabat kerajaan yang rela mati karena merasa pantas untuk mati, kami melakukan rapat kecil di ruang tamu instana kerajaan. Dengan ditemani perdana menteri kerajaan, aku memulai pembicaraan dan membuka rapat. “tuan-tuan sekalian, apakah kalian tahu, kenapa kalian aku panggil untuk hadir ke istana kerajaan tengah malam seperti ini”. Semua senyap, tidak ada yang menjawab, “baiklah, aku selaku raja kerajaan ini, kerajaan tumpah darahku, kerajaan ibu pertiwi, ingin mengajak kalian rembuk tentang masa depan kerajaan ini, dari semua pejabat tinggi kerajaan, kalian aku anggap orang yang masih loyal pada kerajaan, kalian tidak wajib loyal padaku tapi kaliah wajib loyal pada kerajaan. Daftar nama koruptor versi kalangan pemberantas korupsi telah memasukkan semua menteri kerajaan sebagai koruptor, tadinya aku bingung, apa parameter yang mereka pakai sehingga tanpa terkecuali, semua menteri masuk ke dalam daftar nama para pejabat korup, tapi setelah aku melakukan safari keliling kerajaan bersama perdana menteri, aku temui tidaklah pejabat kecil, dari tingkat kampung, village, distrik, negara bagian, hingga pejabat tinggi kerajaan, semua koruptor dengan skala kerusakan mereka masing-masing”.

Aku menghela nafas panjang, lalu melanjutkan kalimatku, “sebelum rapat kita lanjutkan, panggil pejabat tertinggi dari kalangan militer kerajaan untuk ikut rapat bersama kita”. Beberapa saat kemudian, datanglah seorang jendral bintang tujuh dengan puluhan bintang jasa di dadanya, setelah memberi salam kepada raja, jendral pun duduk di kursi yang kosong.

Setelah memberi penjelasan seadanya pada jendral, aku melanjutkan petuahku, “apa yang harus aku lakukan, haruskah aku membunuh mereka semua, karena dalam rapat kabinet kemarin, aku telah perintahkan untuk menghukum mati semua koruptor, pancung kepala para menteri yang memberikan izin exploitasi hasil alam negeriku, dan bunuh pejabat abdi investor ... tapi, jika aku lakukan, aku khawatir kerajaan kita akan bubar, aku akan membunuh semua pejabat kerajaan dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi, dari kepala kampung, gubernur, sampai menteri, besok semua akan mati ... haruskah aku lakukan”.

Sang jendral mengomentari, “paduka jangan khawatir, aku telah menghitung semua personil dan prajurit pilihanku, jika mereka harus dikerahkan untuk membunuh para koruptor itu, dalam waktu yang tidak terlalu lama, semua mereka akan mati, para koruptor itu akan menjadi mayat ...”.

Sekali lagi aku menghela nafas, “jendral, bukan itu maksudku, apakah tindakanku ini benar? Raja macam apa aku, menurut perdana menteri, mereka ini orang-orang pilihan, haruskah aku renggut nyawa mereka dengan alasan mereka korupsi?”.

Semua masih senyap, tidak ada yang berani berkomentar dan menimpali kalimatku, “ah, sudahlah, besok ... kalian semua harus hadir dalam hari eksekusi, kita putuskan besok saja, dan kamu jendral, sebagaimana kalimatmu tadi, wujudkan sesumbarmu, siapkan semua prajurit dan personil terbaikmu di semua tempat, semua distrik, semua negara bagian, dan jaga dengan ketat lapangan upacara kerajaan, besok aku ingin melakukannya dengan benar ...”

Oh Tuhan, apa yang akan aku lakukan besok, apakah aku akan membunuh semua menteri kerajaanku, semua kepala kampung, gubernur, semua akan mati besok, karena mereka semua adalah koruptor ...

bersambung

No comments:

Post a Comment

Ingin berkomentar? cerita yang baik-baik saja, karena DIA suka dengan hal yang baik-baik. Siapa yang membuka aib, maka di akherat ALLAH akan membuka aibnya ...