Andai Istriku Bekas … (Aku mencintaimu karena ALLAH - Bagian 14)
Aku masih belum bisa percaya kalau keluarga Dave mau menerimaku, oh god … thanks to you, alhamdulillah and barokallah. Dave datang merangkulku, dan aku membiarkan dia mengguncang-guncangkan tubuhku …
Dave: John, apa maharmu? Seperangkat alat gambar? Satu unit laptop, atau apa?
John: Sempat-sempatnya kamu ngerjain aku Dave, kalian koq bisa kompak sih negrjain aku
Ibu: Iya lah, biar seru dan dramatis ...
Sarah: Yang penting kan happy ending …
Ugh, aku gemas sekali melihat wajah sarah yang masih basah dengan air mata aktingnya, merah pipinya yang merona, bening biru matanya … eh, itu biru atau hijau yah? Ini keluarga benar-benar kompak, suka usil dan hobbi ngerjain orang, bisa-bisa nanti aku mati berdiri karena bolak-balik dikerjain mereka …
Aku masih belum bisa percaya kalau keluarga Dave mau menerimaku, oh god … thanks to you, alhamdulillah and barokallah. Dave datang merangkulku, dan aku membiarkan dia mengguncang-guncangkan tubuhku …
Dave: John, apa maharmu? Seperangkat alat gambar? Satu unit laptop, atau apa?
John: Sempat-sempatnya kamu ngerjain aku Dave, kalian koq bisa kompak sih negrjain aku
Ibu: Iya lah, biar seru dan dramatis ...
Sarah: Yang penting kan happy ending …
Ugh, aku gemas sekali melihat wajah sarah yang masih basah dengan air mata aktingnya, merah pipinya yang merona, bening biru matanya … eh, itu biru atau hijau yah? Ini keluarga benar-benar kompak, suka usil dan hobbi ngerjain orang, bisa-bisa nanti aku mati berdiri karena bolak-balik dikerjain mereka …
Dave: Bagaimana Dave, kamu bawa apa untuk mahar?
John: Eh, anu … apa tidak terlalu terburu-buru? Saya bisa menghubungi keluarga saya dulu, atau bagaimana bagusnya lah …
Dave: Malam ini kita laksanakan akad nikahnya, sedangkan untuk acara walimah dan atau resepsi, bisa kita lakukan minggu depan atau dua minggu lagi, bagaimana?
John: Up to you deh, you are the boss … (aku melirik ke arah Sarah, calon Istriku)
Ibu: Bagus juga, lebih cepat lebih baik … ibu telpon ustadzmu dulu yah untuk acara nanti malam, kamu tidak menelpon teman-temanmu yang lain untuk menjadi saksi?
John: Emm, iya Bu … saya mau telpon teman-teman di tempat kost untuk menjadi saksi
Dave: Iya, aku juga mau telpon beberapa teman kantor kita, juga memberi tahu beberapa tetangga kita …
Sarah: Aku telpon ke Pondok juga yah, mau memberi tahu Pak Kyai kalau sebentar lagi aku akan jadi nyonya arsitek lulusan sekolah pemerintah … sungguh mengecewakan
Dave: Sarah, jangan dikerjain lagi, jantungnya sudah mau copot, apa kamu mau menikah dengan mayatnya saja!
Ibu: (mencubit pipi Sarah)
John: (aku hanya bisa tersenyum simpul)
Setelah telpon sana sini, akhirnya diputuskan acara akan dilaksanakan ba’da Isya di apartemen Dave. Sesekali aku mencuri pandang ke arah Sarah, kemudian pandangan kami bertemu, aku sedikit malu dan palingkan wajahku sedangkan Sarah kerlingkan matanya padaku. Aduh, genitnya istriku, awas ya ntar malem abis Isya ... aku cubit pipinya sampai merah semua.
Dave: Kamu harus aku permak dulu John
John: Eh, mau diapain? Dipermak?
Dave: Iya, kita ke salon … ranselmu di tinggal aja di sini, nggak usah di bawa kemana-mana lagi seperti bujangan aja!
John: Memang masih, ntar malem sudah beda …
Selang 20 menit, kami sudah sampai ke salon kulit dan wajah yang dimaksud Dave. Aku mau diapain sih, ternyata facial, cuci rambut, creambath, dan sebagainya … kemudian kami melanjutkan perjalanan untuk membeli setelan jas yang harganya cukup lumayan, semua Dave yang bayarin! Aku jadi sungkan karenanya, dan terakhir mampir di Masjid Kampusku untuk sholat maghrib.
Dave: Di sinilah pertama kali kita bertemu, aku sudah menyangka bahwa kita akan menjadi keluarga, tidak hanya sebagai saudara seiman, tapi benar-benar sebagai saudara
John: Ha … ha … kalau aku tidak pernah menyangka Dave …
Dave: Habis sholat maghrib, kita balik ke apartemen yuk, eh hampir lupa ... sudah punya mahar belum?
John: Eh, sebenarnya tadi siang aku sudah beli sepasang cincin untuk aku hadiahkan kepada Sarah, bagaimana kalau aku jadikan mahar?
Dave: Boleh juga, ... walau hanya berupa cincin besi ...
John: Nggak segitunya kaliiii, ini cincin perak terbaik, itu kata penjualnya …
Dave: Selesai sholat magrib di masjid, kita langsung balik ke apartemenku. Sebelum akad nikah, kita sholat isya’ berjamaah di apartemenku dulu, lalu baru acaramu ...
John: Dave ... kamu yang terbaik, kamu saudaraku yang paling baik ...
Dave: Biasa aja kaliiiii, nggak usah sampe sebegitunya ...
Seruan iqomah berkumandang, aku dan Dave bersegera masuk ke dalam barisan sholat untuk sholat magrib berjama’ah di masjid kampusku, jadi ingat masa-masa kuliah ... selesai salam, aku berdo’a sedikit panjang, aku menangis kecil dalam do’aku, haru karena aku mendapatkan permata dalam lautan perhiasan dunia, aku akan menikahi Sarah yang cantik, alim, dan juga penghafal Al Qur’an. Terbayang dalam benakku bila aku sedang tilawah Qur’an selesai sholat malam, Sarah akan berulang-ulang meluruskan bacaanku, lalu aku akan dicubitnya karena terlalu sering salah dalam melaantunkan ayat-ayatNya. Dave ternyata sejak lama mengincarku, dan sepertinya skenario ini benar-benar Dia yang mengatur. Setelah aku patah hati 4 tahun lalu, bergabung dengan kantornya Dave 3 tahun lalu, dan itu berarti bersamaan dengan pertama kali Sarah sekolah di Pondok Pesantren untuk mendalami ilmu agama 3 tahun yang lalu. Ya Tuhan, Engkau pun memperhatikan aku dengan sangat sempurna, mempersiapkan yang terbaik untukku dan tidak membiarkan aku berserak di jalan. Engkau tahu bahwa aku ini lemah, menyebut namaMu saja rasanya aku tidak pantas, apatah lagi jika harus bersanding dengan kecintaanMu, gadis yang bersemayam kalamMu di hatinya. Terima kasih Tuhan, terima kasih wahai Dzat pemilik seluruh alam raya, terima kasih
Selesai sholat maghrib berjama’ah, kami segera meluncur menuju apartemen Dave, tempat pelaksanaan akad nikahku. Setiap detik begitu mendebarkan, ah ... akad nikah. Akhirnya aku gantung raket juga seperti pemain bulu tangkis yang pensiun dari karir bulu tangkisnya. Kalau aku koq gantung raket yah, seharusnya apa yang aku gantung? Halah, yang begituan koq difikir sih, yang penting aku segera akan menjadi suami, suami dari istriku, penyejuk pandanganku, pententram hatiku.
Setibanya di apartemen Dave, aku bertambah tegang, jantung berdegub kencang layaknya beduk takbiran. Iya, seperti bedug takbiran yang dibunyikan berulang-ulang menyambut hari raya Idul Fitri, suka ria setelah sebulan berpuasa ... sedangkan aku, suka ria setelah... em, aku sekarang umurnya berapa yah, sampai lupa! Pokoknya dua puluhan banyak deh, setelah lama menjomblo, akhirnya datang juga ... Sarah datang padaku untuk menjadi bagian dari hidupku, bukan aku yang datang padanya, tapi permataku telah hadir dalam gengamanku. Takkan pernah aku lepaskan, sampai kapanpun. Sarah, aku mencintaimu ... semua karena ALLAH.
No comments:
Post a Comment
Ingin berkomentar? cerita yang baik-baik saja, karena DIA suka dengan hal yang baik-baik. Siapa yang membuka aib, maka di akherat ALLAH akan membuka aibnya ...