Wednesday, May 28, 2008

Curhat pertama

Andai Istriku Bekas … (Curhat pertama - Bagian 4)

Dave memanggil pelayan untuk meminta tagihan meja kami, setelah membayar dan memberi sedikit tips, kamipun menuju parkiran dan segera meninggalkan restoran ...

John: Aku suka gadis itu Dave, suka sekali ... beberapa kali aku berkirim surat padanya, hanya ingin dapatkan kepastian, apakah dia suka aku atau tidak ...
Dave: Pasti jawabannya tidak, karena cewek yang kamu suka ternyata matanya normal dan tidak rabun, jadinya bisa bedakan dengan sempurna mana cowok cakep dan cowok bertampang standar, iya kan ...
John: Ha .. ha ... komentarmu keren, lucu ... jawabannya ternyata iya, dia juga suka padaku
Dave: Ternyata, ada juga cewek rabun yang suka padamu ... ha.. ha... becanda, trus
John: Itu kejadiannya semester tujuh, perkiraan aku lulus adalah tahun berikutnya. Boleh dong STMJ, semester tujuh masih jomblo ... aku ingin menikah dengan cara yang benar Dave, dengan cara yang benar sesuai agama ...
Dave: Maksudnya ...
John: Mulai dari ta’aruf, berkenalan dengannya ditemani keluarganya, kemudian melamarnya dan seterusnya, jadi aku sudahi surat-surat itu supaya aku tidak terjerumus dalam angan-angan semu ...
Dave: Halah, seperti penyair aja pake angan-angan semu segala. Eh, aku anterin ke tempat kost-mu ya ...
John: Nggak ngerepotin nih, aku bisa koq naik taksi dari sini ...
Dave: Ceritamu belum abis, ayo lanjutin ... eh beli martabak dulu yuk, kamu mau ... sekalian beliin oleh-oleh buat orang di rumah ...
John: Anak kost mau banget dapet gratisan
Dave: Kamu memang anak kost, tapi sudah kerja ...

Dave menepi sejajar dengan penjual martabak di pinggir jalan Manyar Kertajaya, aku tetap duduk di dalam mobil, sembari berfikir tentang romantika hidupku yang ternyata tidak serumit Dave. Ah, semua orang ternyata punya masalah dan aku yakin, masalah yang sedang aku hadapai ini sesuai dengan kapasitasku sebagai seorang Joko, Joko Sutikno sang arsitek (lokal)

John: Waduh, belinya banyak sekali
Dave: Iya, kamu aku beliin martabak dan terang bulan juga, buat anak kost ... temen-temen kostmu banyak kan ... sudah jangan malu-malu
John: Thanks ya Dave
Dave: Sudah, biasa aja ...
John: Lalu, selama masa penantian, ternyata aku salah duga Dave, dia suka sama orang lain. Aku jadi susah, katanya suka padaku ternyata suka sama cowok lain. Tapi aku yakin semua ada hikmahnya, lebih baik seperti ini ...
Dave: Aduh kacian, anak mami patah hati ya ...
John: Sejak saat itu, aku jadi nggak peduli dengan cewek, tampilan luar bisa saja terlihat alim, tapi ternyata ... semuanya bohong, kenapa bisa aku begitu suka padanya ....
Dave: Brother, listen to me ... dunia ini penuh dengan cewek, apalagi cewek cantik, pinter dan seksi seperti yang kamu ceritakan, dan untuk gadis sholehan idamanmu itu, cobalah cerita padaNya, aku yakin Dia punya solusinya ...
John: Omonganmu gaya banget, tapi memang untuk urusan satu ini akupun malu kalau harus cerita padaNya, rasanya gak pantes ...
Dave: Astaghfirullah, kamu bisa cerita ke aku, tapi gak bisa cerita pada Dzat pemilik gadis sholehah di seluruh alam raya ini, tobat John ...
John: Hmmmm (menghela nafas), iya .. sepertinya aku harus tobat, supaya tidak berlarut-larut dalam susah hatiku ini ...
Dave: Eh jangan lupa, senin kita ada jadwal ke Denpasar lho, inget project Cottage ... gambarnya sudah selesai belom, jangan lupa email ke aku ya draft proposalnya, yang presentasi aku, jadi aku nggak mau terlihat bodoh di depan klien
John: Tenang, sudah aku kerjain ..., filenya sudak aku email koq, belum baca email ya
Dave: Hi ... hi ... iya belom, abisnya hari ini jum’at sih, fikiranku sudah libur sejak tadi pagi

Mobil Dave sudah nongkrong di depan tempat kostku, akupun turun untuk pulang, tidak lupa membawa martabak dan terang bulan ’bagianku’, Ah ... Dave, tidak disangka punya teman sebaik dia, tampang memang bule, tapi hatinya Indonesia ... baik hati dan tidak sombong.

Malam itu, aku hanya bisa menatap langit-langit kamarku, sesekali mataku tertuju pada display laptop yang sengaja aku hidupkan untuk memutar beberapa lagu sendu dengan winamp. Terkadang speaker di laptopku melantunkan ’musnah’ milik tulang punggung (back bone), atau nyanyikan tembang ’cinta ini membunuhku’ milik d’masiv. Ah, semua senandung itu hanya bisa menambah goresan di hatiku semakin dalam, aku semakin lara, aku larut dalam kesedihanku ... rasanya tiada hujung ... cinta, kenapa kau tidak pernah berpihak padaku. Aku hanya seorang arsitek jebolah kampus pemerintah yang sepertinya tidak pantas mendapatkan seorang gadis yang alim dan mencintai agama, padahal aku sangat butuh sosok yang bisa membimbing anak-anakku supaya tidak seperti aku yang buta agama. Halah, anak-anakku ... nikah aja belum, sudah ah ... ngantuk nih, ntar malem harus cepet bangun lalu sholat tahajut.
Alarm di Handpone CDMA ku mulai meraung-raung, berarti sudah pukul 02.30 waktu dimana aku selalu bangun untuk sholat malam. Aku memang bukan jebolan pondok, tapi arsitek juga butuh kasih sayang dariNya. Malam itu, aku terima usulan Dave untuk cerita padaNya, mulanya aku masih tetap malu, tapi akhirnya aku berani juga untuk curhat padaNya. Selesai dua rakaat pendek, aku duduk bersimpuh dan mengangkat dua tanganku agak tinggi, mulailah aku lantunkan do’a pada Dzat pemilik seluruh gadis cantik di muka alam raya ini ...

”Ya Tuhan, aku mencintaiMu ... tapi malam ini aku ingin cerita padaMu. Engkau pasti tau kalo aku masih jomblo, aku yakin pasti ada gadis sholehah yang mau dengan arsitek jebolan sekolah pemerintah seperti aku, tapi aku tidak punya clue, di manakah dia berada ... aku ingin segera mengakhiri penderitaanku ini, aku sudah cukup lama kecewa dengan wanita, tapi ... menikah juga sunah dari NabiMu, karenanya ya Tuhan ... Aku ingin sekali mengakhiri gelar jomblo ini, segera pertemukan kami ... amiiin”.

Ingin rasanya aku tertawa geli, do’aku koq seperti curhat ke Dave sih ... ah, biarin aja, sekarang rada lega. Aku melanjutkan rakaat demi rakaat hingga akhirnya masuk di penghujung, aku sholat witir 3 rakaat. Tapi kali ini, ada rasa hangat di dadaku, aku teringat dia yang telah menyayatkan sembilu di hatiku, aku menitikkan air mata ... kenapa orang sebaik dia bisa mengecewakan aku dan memilih pemuda lain selain aku, ok ... aku ini lemah, aku hanya sampah, aku hanya seorang yang mengerti agama sedikit saja, tapi apakah orang seperti aku tidak boleh besanding dengan seorang dengan pemahaman agama yang lebih dari aku. Agh, hatiku semakin sakit ... aku, pemegang sabuk hitam tae kwon do harus menangis karena wanita, bagaimana bisa. Kakiku pernah patah karena ditendang oleh petarung dari seoul, tapi setitik air matapun tidak keluar dari mataku, hanya karena wanita aku menangis layaknya seorang anak kacil yang mainannya direbut paksa oleh berandal kampung. Aku biarkan tangis ini tumpah di sejadah pemberian mendiang ibuku, aku menangis terisak-isak hingga adzan subuh berkumandang, aku mengangkat kepalaku dan mengakhiri sholat witirku karena ada panggilan wajib yang harus aku tunaikan, yaitu sholat shubuh berjama’ah di musholah dekat tempat kostku.
Pagi ini hari sabtu, Dave menelponku, dia meminta aku memperbaiki beberapa kalimat dalam materi presentasi yang akan di bawa ke Denpasar, hanya masalah redaksional ... maklumlah, klien kami kali ini seorang dari Amerika yang ingin mencoba peruntungan di Indonesia dengan membuat cottage, tapi dengan langgam bangunan kolonial. Sebagai arsitek Indonesia, aku tetap mengedepankan gaya bangunan tradisional, tetapi di sisi lain aku juga mencoba memasukkan ide dari klien dengan konsep kolonialnya, gaya bangunan Eropa yang penuh ukiran dan detail ornamentasi yang njelimet.

No comments:

Post a Comment

Ingin berkomentar? cerita yang baik-baik saja, karena DIA suka dengan hal yang baik-baik. Siapa yang membuka aib, maka di akherat ALLAH akan membuka aibnya ...