Wednesday, May 28, 2008

'Ditolak'

Andai Istriku Bekas … (’Ditolak’ (ternyata) - Bagian 13)

Wajah mereka tampak tegang saat aku menyampaikan keinginanku. Sedangkan Sarah berlari meninggalkan kami menuju kamarnya ...

Dave: Sarah, koq pergi sih ...
Ibu: Biarkan saja ...
John: (sedikit bengong) maksud kedangan saya memang untuk melamar Sarah, tapi itupun kalau Sarah mau, saya sudah siap untuk ditolak ...
Ibu: Sebenarnya ada sedikit masalah (lalu memandang Dave), ibu harus sampaikan ini sejak awal padamu John.
John: Saya siap untuk mendengarkannya, bu ...
Dave: (bingung dengan kalimat ibunya), saya lihat Sarah dulu ya bu
Ibu: Sarah anak perempuan ibu satu-satunya, kami sangat menyayanginya, kami inginkan yang terbaik untuknya ...
John: (aku tertunduk, aku mulai merasa tidak pantas) saya memang bukan siapa-siapa bu, dan juga tidak punya apa-apa ... saya hanya arsitek junior di kantor dengan gaji yang sepersepuluh dari gajinya Dave, saya juga bukan anak jebolan pondok pesantren yang mengerti banyak tentang agama, saya hanya seorang John, harap dimaklumi jika mengecewakan ...
Ibu: Sejujurnya ibu sangat kecewa padamu John ...
John: (aku tersentak, jantungku rasanya berhenti berdetak, tapi aku harus tegar) jadi bu?
Ibu: Tunggu sebentar, ibu musyawarah dulu dengan Dave dan Sarah ...

Aku sungguh bingung dengan tingkah mereka, ah ... cepatlah berlalu, apapun yang terjadi aku sudah siap. Kalaupun harus ditolak, aku harus tegar ... aku bahkan sudah pernah kecewa untuk waktu yang lama. Jika hari ini harus kecewa lagi, tidak masalah bagiku untuk melanjutkan kecewaku. Aku sudah biasa, aku sudah sangat biasa ... Kemudian, aku melihat Dave dan Ibunya keluar dari kamar Sarah, perbincanganpun dilanjutkan

John: jadi bagaimana?
Ibu: Ibu tidak sanggup untuk menyampaikannya! Dave saja yang akan menyampaikannya, Dave mewakili ayahnya sebagai wali dari Sarah ...
Dave: Jadi John, kami sekeluarga cukup kecewa denganmu ...
John: (aku tersentak untuk kali kedua) maksudnya?
Ibu: (hanya diam membisu) ...
Dave: Kamu tadi sudah dengar sendiri dari ibuku, kalau ibu sangat kecewa denganmu. Kini aku tegaskan kembali, kalau sesungguhnya yang kecewa padamu bukan hanya ibu tapi aku juga, bahkan Sarah ...
John: (aku semakin tidak faham) kalau begitu jawabannya tidak ... kalau memang demikian... tidak mengapa, Dave tetap teman dan juga saudaraku, begitu juga dengan keluarga ini masih kuanggap sebagai keluargaku sendiri ... terima kasih karena telah menjamuku sebagai tamu. Sepertinya aku tidak bisa berlama-lama lagi di sini, saya mau permisi dan pamit untuk pulang ...
Ibu: (hanya mengangguk kecil)
Dave: Maafkan aku John, maafkan aku ...
John: Ah, tidak apa-apa ... biasa saja bro ...

Aku segera ingin berkemas setelah tadi berpamitan. Sebenarnya hatiku saat itu masih belum bisa terima, tapi mau bagaimana lagi ... Dave menawarkan diri untuk mengantarku pulang

Dave: John, aku anter pulang ya ...
John: Nggak usah repot-repot, saya naik taksi saja ...

Beberapa saat sebelum meninggalkan apartemen Dave, tiba-tiba Ibu Dave memanggil aku untuk kembali karena urusan belum selesai. Aku sebenarnya enggan, tapi untuk menghormati kelurga Dave, aku kembali duduk di ruang tamu masih dengan menggendong ranselku sebagai pertanda bahwa aku sudah tidak ingin berlama-lama lagi ...

John: Ada apa lagi bu?
Ibu: Kamu tidak bertanya, kenapa kami kecewa?
John: (aku sedikit heran, lalu) jadi, kenapa ibu, Dave dan juga Sarah kecewa pada saya?

Ibu Dave memanggil Sarah untuk duduk di sampingnya, aku hanya bisa melihat wajahnya sekilas karena aku tidak ingin terlalu berlama-lama merekam wajah cantiknya ke dalam hatiku. Aku melihat kesedihan yang terbersit dari raut wajah Sarah, ah … aku semakin sakit, kenapa Sarah menampakkan wajah sendunya padaku …

John: Saya memang mengecewakan Bu, tapi saya sungguh minta maaf. Saya tidak pernah tau alasan Ibu, Dave dan juga Sarah kecewa pada saya, tapi sejak awal saya memang merasa kalau saya ini tidak pantas untuk Sarah, jadi sekali lagi saya minta maaf pada Ibu sekeluarga …

Sarah menangis sesegukan di pundak Ibunya, aku semakin tidak faham kenapa dan ada apa ini sebenarnya. Aku coba untuk menenangkannya dan juga memberikan penjelasan sekenanya pada Sarah ...

John: Sarah, jangan menangis ... semua adalah hasil musyawarah keluarga kalian, aku ikhlas, aku tidak apa-apa ... aku tidak apa-apa ...

Tiba-tiba Sarah berdiri, lalu Sarah mengeluarkan suara yang sedikit ditinggikan masih dengan isak tangis dan derai air mata di pipi merahnya. Aku menanti setiap kata yang ingin ia tumpahkan padaku, aku menunggu cerca dari ...

Sarah: John, aku kecewa padamu John ... aku sangat kecewa, kenapa baru sekarang, kenapa baru hari ini!
John: (aku bingung) maksud kamu apa Sarah, aku tidak faham? Apanya yang sekarang?
Ibu: (hanya diam saja)
Sarah: Kenapa kau baru datang hari ini dan mengatakan bahwa kau ingin melamarku, seharusnya kau datang sejak dulu, aku selalu menunggu orang seperti kamu John, sosok berilmu tapi tidak pernah sombong dengan keilmuannya, sosok taat tapi tidak pernah menampakkan ketaatannya, sosok yang tawadhu yang selalu menyerahkan hatinya hanya untuk Tuhannya ... bukan sekelompok orang yang bangga dengan titel luar negerinya, tetapi ternyata hanya punya setumpuk ilmu tanpa mampu mengamalkannya. Kau mungkin hanya bisa menggigit perkara wajib dengan gerahammu, walau sedikit tapi kau mengamalkan ilmu yang kau miliki dan bukan memamerkan, menghujat orang yang belum mampu amalkan agama, atau mencela orang lain yang tidak berilmu. Sedikit ilmu tapi beramal jauh lebih baik dari pada segudang ilmu tanpa amal, aku selalu menunggumu John, aku kecewa kenapa baru sekarang kau datang untuk melamarku
John: Ta ... tapi ...
Sarah: Kau bukan sampah John, kau terlalu merendah. Kau adalah emas yang terbungkus rapi dengan arsitekmu. Kau bukan sampah John, kau terlalu merendah. Kau adalah bintang yang dengannya pelaut mabuk bisa pulang ke daratan. Kau bukan sampah John …. Kalaupun kau sampah, aku ingin menjadi pemulung buta untukmu, aku akan mengambil sampah itu dan menyimpannya di hatiku. Aku tidak ingin menunggu lebih lama lagi, aku menerimamu John begitu juga dengan Ibu dan Dave …
Ibu: (hanya mengangguk berulang-ulang dengan mata berkaca-kaca)
Dave: Stop-stop, nanti dulu … wait a minute please, aku tidak setuju …
Ibu: (menampakkan mimik ingin menentang perkataan Dave) sekarang apa lagi Dave ...
John: (hanya diam, padahal sudah sempat bahagia)
Dave: Aku tidak setuju kalau ini dibuat lebih lama, aku ingin semua disegerakan, aku Ingin John segera menikah dengan Sarah, aku ingin akad nikah dilaksanakan malam ini juga, di sini … di apartemenku ini … bagaimana?

Sarah memeluk ibunya, Ibu Dave membalas dengan rangkulan hangat pada Sarah. Aku masih belum bisa percaya kalau ternyata aku diterima, John sang arsitek diterima, sedangkan Dave … awas kamu yah, sempat-sempatnya ngerjain aku sampe aku ‘hancur’ berkeping-keping seperti ini ….

No comments:

Post a Comment

Ingin berkomentar? cerita yang baik-baik saja, karena DIA suka dengan hal yang baik-baik. Siapa yang membuka aib, maka di akherat ALLAH akan membuka aibnya ...