Thursday, December 31, 2009
URL Beasiswa DIKTI
Ada beasiswa dari Jerman, India, Belanda dan tentu saja beasiswa untuk staf pengajar di Indonesia raya melalui Dirjen Pendidikan Tinggi...
Wednesday, December 30, 2009
Sebaran penonton blog 2
Indonesia (ID) 931, United States (US) 232, Malaysia (MY) 33, Norway (NO) 9, Europe (EU) 5, Singapore (SG) 4, Australia (AU) 2, Germany (DE) 2, Asia/Pacific Region (AP) 2, Qatar (QA) 2, Russian Federation (RU) 2, Brunei Darussalam (BN) 2, Egypt (EG) 2, Austria (AT) 1, France (FR) 1, Netherlands (NL) 1, Morocco (MA) 1, Taiwan (TW) 1, Angola (AO) 1, Japan (JP) 1, Turkey (TR) 1, Italy (IT) 1, dan Bulgaria (BG) 1
Tuesday, December 29, 2009
Indonesia telah bubar!!!
Sakitnya teramat sakit
Tentang kalimat yang tepat
Kalimat yang sesuai untuk hatiku
Hatiku yang sedang lara
Apakah bisa disembukan?
Aku tidak tahu
Apakah bisa pulih kembali?
Aku juga tidak tahu
Aku terbiasa sakit seperti ini
Tapi kali ini...
Sakitnya teramat sakit
Luka perih mendalam
Aku sudah bersiap untuk kata TIDAK
Tapi sungguh tidak menyangka
Ternyata dia memutar balik lidahnya
Sehingga dia juga berkata TIDAK
Kalau memang TIDAK
Coba katakan sejak dulu
Jangan pernah bilang bersedia
Sekali-kali jangan pernah bilang bersedia
Mau ditaruh di mana wajah ini
Setelah berhadap-hadapan
Ternyata begitu mudah kau menafikkannya
Yang dengannya ragaku berasa tak bertulang
Seringan itukah lidahmu membalik kata
Semudah itukah kalammu bisa berkhianat
Jika kata tidak bisa lagi dipegang
Maka manusia tak ada harga
Segeralah bertobat
Atas semua tingkah di dunia
Bertobat pada sang pencipta
Juga maaf pada pemilik hati yang terluka
Note: aku belum mendapat kata apapun darinya
Monday, December 28, 2009
Al-Anfal 25-29
26. dan ingatlah (hai Para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, Maka Allah memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur.
27. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.
28. dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.
29. Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. dan Kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa) mu. dan Allah mempunyai karunia yang besar.
Sunday, December 27, 2009
Cover sering menipu, hati-hati teman
Tampilan cover memang selalu menipu... "huffff, untung nggak sempat beli", bagi yang kecewa ternyata isi buku tidak sesuai harapan, atau "aduuuhh, koq gini doang sih", bagi yang terperosok membeli buka karena tertipu cover.
Baik luar dan juga dalam, cobalah untuk selalu mempesona. Pesona diri hanya untuk senangkan ALLAH, dan jangan pernah berkhianat pada ALLAH dan rasulNya. Tapi bila hati telah terhijab dengan dunia, seorang murid dari Nabi Isa as sekalipun berkhianat pada gurunya.
Jika memilih istri, jangan lupa istikhara... karena hanya ALLAH yang tahu luar dan dalam seorang wanita, tampang bisa saja terlihat alim, tapi isi... siapa yang bisa menduga, ALLAH saja Dzat yang Maha Tahu. Huffff, 'untung nggak jadi beli'... ahak, paragraf terakhir sudah pernah rilis di NC jilid 1, mungkin ada yang masih inget.. byuuhhh, sudah 3 tahun lalu aku melihatnya tapi sungguh takdir tidak bisa diubah kecuali dengan keidzinanNya. Allahu Akbar...
Salam dari bintang yang selalu tersenyum
Saturday, December 26, 2009
Aib...
"Eh, you know nggak... hari gini, banyak sekali orang suka membuka aib?" ujarnya membuka diskusi
"iya, dan sepertinya sudah biasa banget!" sahutku
Kemudian, Jack nimbrung... secara Jack anak jebolan pondok yang penuh dalil dalam bercakap, Jack bercerita lebih rinci, "tahukah kamu, sesiapa saja membuka aib saudara muslim maka akan dibuka aibnya di dunia sampai akherat, dan sesiapa saja yang menutupi aib saudara muslim maka akan ditutupi aibnya di dunia sampai akherat selama-lamanya".
Kamipun terlihat mantuk-mantuk.. ahak, sebenernya omongannya selalu mbosenin sih, nih mantuk-mantuk bukan pertanda mengerti tapi karena ngantuk saja.
Lalu aku mengeluarkan kalimat yang membuat mereka semua berpikir tentang inti kalimat dan juga... what's wrong brother? mereka seakan bertanya, 'kamu ada masalah apa teman?'
"emmm, jika mempermalukan seorang iman, apa yang akan ALLAH timpakan pada orang tersebut?" tanyaku lugu
Samsul mengeluarkan sumpah serapahnya, "celakalah dia, laknatullah alaih... laknat ALLAH atas orang itu, karena ALLAH akan mempermalukannya sebelum dia mati". Woooow, serem banget kalimatnya
Jack coba berkata bijak, "iman... karenanya para rasul di turunkan, karena perkara iman. Ka'bah ditinggikan oleh tangan seorang Nabi Ibrahim as, tetapi bila ada yang hendak menghancurkan ka'bah maka cukup ALLAH hantar burung ababil dengan sebutir kerikil dari neraka untuk menghancurkan seluruh pasukan gajah. Sedangkan hati, ALLAH menciptanya dengan tanganNya sendiri. Maka kecelakaan apa yang akan ditimpakan pada orang yang mempermalukan orang iman? sungguh kesusahan, kesengsaraan, malapetaka yang tidak bisa dipikirkan oleh akal manusia, tidak pernah terlintas dalam benak manusia, karena sejak saat itu... cukup ALLAH yang akan putuskan apa saja yang akan ditimpakan pada orang tersebut karena memperlakukan orang iman".
Samsul bingung, Agus apalagi, sedangkan aku hanya bisa diam dengan dada bergemuruh. Samsul melirikku, "hey pren, lu ada masalah ya? Tahukah kamu, bila dua orang iman berdo'a, salah satu mengucapkan do'a dan seorang yang lain berkata 'amin' maka sungguh do'anya tidak akan ditolak, bila ada yang melukaimu, ada yang menyakitimu, kami semua akan ucapkan 'amin' untuk do'amu".
Aku hanya tersenyum dengan tawarannya, lalu aku mulai mengangkat tangan dan saudara-saudaraku yang lain duduk merapat hendak mengaminkan do'aku, "Ya Rabb, aku punya hati yang sedang terluka, wajahku telah dipermalukan, dan jasadku serasa tak bertulang... saat mereka mempermalukan aku, maka cukup Engkau saja yang memutuskan apa saja caraMu untuk membalasnya, Ya Rabb... dengan kesusahan hatiku ini, aku ingin do'aku Kau terima tanpa hisab, tanpa perhitungan... Ya Rabb, hapus semua siksa kubur, hapus semua siksa neraka, hapus neraka dari sederet makhluk-makhluk yang pernah Engkau ciptakan... Ya Rabb, sungguh aku takut salah berucap do'a... aku hanya menginginkan kebaikan atas seluruh manusia, aku hanya menginginkan agar semua manusia berkumpul bersama rasulullah saw dalam naungan yang sama, nanti di dalam surgaMu".
Semua teman hanya berkata amin dengan lirih, seseorang diantara mereka memegang pundakku, sepertinya hendak membaca hatiku, sepertinya dia ingin ikut terlibat dengan mengetahui masalahku saat ini. Tapi pegangan tangannya aku tepis, ini masalahku sendiri dan hanya antara aku dengan ALLAH, Rabb hatiku...
Cukup ALLAH yang putuskan mau diapakan dia, cukup ALLAH saja, cukup ALLAH
Thursday, December 24, 2009
Kenalan dong!!!
Dilihat lebih lama seperti itu membuatku panas, "nih orang natangin amat sih" begitu pikirku. Akupun membalas pandangan matanya, kami saling melotot, aku melihat matanya tajam dan dia melihat aku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ughhhhh, minta dihajar nih orang.
Secara postur tubuh, aku memang sedikit berperut (baca: berlemak.. hi3x, asal bukan bergajih saja dah), sedangkan dia... uiihhh, body ateletis, tangan kekar, dada bidang, perut datar, pasti rajin ke Gym nih buat body build.
Karena kesal, akupun menghampirinya... dengan tangan terkepal, jaga-jaga kalau ternyata dia mau pukul aku duluan, lalu setelah berhadapan akupun bertanya padanya, "ada apa ya? apa kamu ada masalah dengan aku?". Dia diam sejenak, lalu mengulurkan tangannya sambil berucap, "kenalan dong, aku Andre.. kamu siapa?". Aku yang tadi marah langsung nggak bisa ngomong... speechless, lhaaaa... ini orang ternyata berhati gadis remaja walau berbadan kekar. Ampun deh, gubraaaaakkkk... kabuuurr ajaaaaa
Thursday, December 17, 2009
Aku tidak begitu
2 hari yang lalu
Kau berujar panjang lebar tentang kondisi kesehatanmu, "Tensiku drop, hanya 80/60 saja. Dokter yang periksa aku sampai bingung dan heran, bagaimana mungkin aku masih kuat berdiri".
Aku hanya bisa menghela nafas dan berkata, "banyakin do'a, semoga selalu dalam perlindungan ALLAH".
1 Bulan yang lalu
Aku susah dengan masalahku saat ini lalu coba melegakan sedikit hatiku dengan bercerita pada ALLAH dan juga padanya...
"aku ada masalah, ayah dari temanku berhutang hingga puluhan juta rupiah dan aku sedang tidak punya cukup uang untuk membayarnya... hmmfff, padahal ayah dari temanku itu datang menemuiku, bukankah hal itu menunjukkan bahwa ALLAH memilih aku untuk menyelesaikan masalahnya".
Lalu dia mengucapkan kalimat yang membuat aku terperangah, "aku bisa membantumu, aku akan melunasi hutang ayah temanmu itu, tetapi dengan satu syarat... nikahi aku, jadikan aku istrimu dan aku akan tunaikan hak dan kewajibanku sebagai istri".
Aku terperanjat, lalu meluncur begitu saja sebaris kalimat balasan untuknya, "aku tidak bisa, aku tidak bisa karena hatiku tidak pernah condong padamu".
1 hari lalu
Aku belum lagi menjawab tawarannya untuk menjadikannya sebagai istriku, aku hanya bisa terenyuh melihat kondisinya yang kian paraha. Di seberang sana, dia kembali bertanya dengan suara lirih...
"Bagaimana, jadilah imam bagi diriku yang lemah ini, walau hanya sekejab".
"maaf, aku tidak bisa" begitu jawabku singkat
Lalu kalimat yang tertahan di dadanya tumpah ruah, walau masih dengan tutur kata halus dan diatur hirarkis, dia mulai berkata-kata, "aku bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan hatimu, kau bahkan tidak perlu menikahiku asalkan kau melupakannya, kau melupakan temanmu yang ingin kau bantu ayahnya".
Aku hanya diam, diam yang lama tanpa menjawabnya...
Hari ini...
Aku masih diam, tidak mampu menjawab tanya darinya. Hanya bisa mengucapkan kalimat yang sama dengan kemarin, "maaf, aku tidak bisa, hatiku tidak bisa dipaksa untuk condong padamu".
Sempat terbersit dalam benakku bagaimana jika Sarahku melihat kondisiku saat ini, ahhh... apakah hanya gadis sekarat saja yang mau mencintaiku apa adanya, bagaimana jika kalimat itu aku lontarkan pada Sarah...
Malamnya
Aku berjumpa dengan Sarahku, lalu dia memelukku dari belakang. Sarah memelukku dengan erat, bahkan sangat erat. Aku merasakan punggunggu hangat, punggungku basah karena air matanya mulai keluar dan dia tumpahkan dipunggungku sembari memelukku erat.
Sarah mulai berkata-kata, "tidak John, aku tidak begitu.. aku mencintaimu sebelum aku berjumpa denganmu, walau aku tidak sekarat, sungguh aku bersumpah.. demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggamanNya, aku akan tetap mencintaimu... karena memang aku sungguh mencintaimu dari dasar hatiku.. tolong jangan pernah kau ragukan aku, jangan pernah pula kau samakan aku dengan mereka, karena aku selalu akan mencintaimu".
Aku ikut menangis dalam mimpiku, "Sarah, maafkan aku... maafkan aku sayang, maafkan aku"...
*Maaf ini untuk Sarah
Thursday, December 10, 2009
Selamat Tinggal Surabaya
Di dalam ruang tunggu, aku menghidupkan laptop Sarah sambil mengakses internet dengan menggunakan wifi. Sesekali aku tersenyum bila aku singgah ke situs dan blog yang menyimpan beberapa kenanganku dengan Sarah. Tanpa aku sadari, seorang Ibu dan anak gadisnya sedang memperhatikan aku, kemudian mataku tertuju pada tas punggung yang di bawa oleh anaknya, tertulis Sarah Amalia ...
Inikah Cinta? Apa saja yang berhubungan dengan yang aku cintai, akan selalu bisa menggetarkan hatiku, walau hanya sebaris nama dari kecintaanku. Tapi membaca baris nama yang tertulis pada tas punggung tersebut bukan membuat aku bahagia, aku jadi teringat Sarahku ... Kemudian mataku bertemu dengan mata gadis itu, manis ... bahkan cantik. Matanya indah sama seperti ibunya, senyumnya renyah, lalu aku coba mengajak mereka berbicara walau hanya sekedar basa-basi ...
"Mau ke Jakarta Bu?" tanyaku
"Eh, iya sebenarnya mau pulang ke Jakarta ... adik sendiri mau ke Jakarta juga?" seraya balik bertanya padaku
"Iya, ada keperluan di Jakarta ... Hanya berdua saja?" tanyaku lagi
"Iya, hanya sama anak saya ini saja. Ke Jakarta pulang kampung atau urusan bisnis?"
"Ada wawancara kerja, jadwalnya nanti sore..." ujarku
"Wah, berani sekali berangkatnya di hari yang sama... maskapai kita kan sering telat dan delay bolak-balik, kenapa tidak berangkat sejak kemarin saja..." anjurnya
"Saya baru tahu panggilan interviewnya tadi pagi, pemberitahuannya via email. Em, anak Ibu sekolah di Surabaya?" tanyaku lagi
"Ah tidak, anak Ibu ke Surabaya untuk berobat..." jelasnya
"Berobat? Memangnya di Jakarta tidak bisa? Di Jakarta kan lebih lengkap peralatan medisnya..."
"Penyakitnya khusus, ini juga rekomendasi dari teman kantor papanya..." jawabnya meluruskan
"Kalau boleh tahu, memangnya sakit apa Bu?" tanyaku penasaran
Ibu tersebut menghentikan obrolannya, memandang anaknya seperti minta persetujuan dari gadis yang duduk manis di sebelahnya tanpa banyak bicara ... kemudian melanjutkan obrolannya ...
"Anak Ibu pecandu obat, dan dia juga depresi ... ah, ini semua salah Ibu karena kurang memberikan kasih sayang padanya. Ibu terlalu sibuk bekerja, padahal anak jauh lebih berharga dari pada uang" jelasnya sambil menghela nafas
"Emmm, nama anak Ibu ... Sarah?" tebakku
"Iya, koq kamu tahu?" jawabnya keheranan
"Saya baca tulisan yang ada di tas punggungnya. Nama itu sama dengan nama istri saya..."
"Oh, adik sudah menikah! Nama istrinya Sarah juga ya... Tapi kalau Sarah lebih akrab dipanggil Amel, nama belakangnya…"
Aku melihat raut wajah gadis tersebut berubah, seperti ingin menampakkan keceriaan walau terpendam. Aku juga sedikit bingung, apa yang kurang dari Ibu ini ... sepertinya baik dan perhatian. Tutur katanya lembut, kenapa bisa anaknya terjerumus hingga menjadi pecandu obat...
John: "Setelah berobat, bagaimana keadaannya Bu"
Ny: "Mudah-mudahan lebih baik, harapan Ibu ... Sarah bisa sembuh"
John: "Mudah-mudahan Bu, kita hanya bisa berusaha dan juga berdo’a, karena kesembuhan hanya milik ALLAH saja ..."
Aku coba memandang Amel dan mencoba untuk berbicara dengannya ... ah, apa yang sedang aku lakukan? Aku hanya ingin melepas rinduku dengan berbincang dengan Sarah Amalia dan bukan Sarah Al-Bisri ...
John: "Saya boleh bicara dengan anak Ibu ...?"
Ny: "Oh boleh sekali, Mel ... itu, ada yang mau ajakin ngobrol..."
John: "Hai, aku John ... Kamu Amel ya..."
Amel: (hanya mengangguk kecil dengan bibir sedikit tersenyum)
John: "Gimana Surabaya, rame ya? Tapi Jakarta lebih rame lagi … Di Surabaya biasa nongkrong di mana saja?"
Mulanya Amel hanya bisa tersenyum saja, karena aku berondong dengan banyak pertanyaan, akhirnya Amel buka mulut juga ...
Amel: "Mmmm, aku suka jalan-jalan ke Tunjungan Plaza ..."
John: "Waw, shoping ya?"
Amel: "Ah, nggak juga ... abisnya Mama sekarang pelit, kartu kreditku diambil, jadinya aku nggak bisa belanja, hanya nonton orang belanja ..."
Ah, aku benar-benar rindu Sarah, aku melihat wajah cemberut Amel seakan aku sedang menganggu Sarah sampe manyun dan siap untuk menangis ...
John: "Emang, sepertinya begitu koq, aku bisa lihat kalau Ibumu itu pelit ... lihat aja badan Ibumu, langsing singset, untuk diri sendiri saja Ibumu males makan ..."
Amel: "Ha... ha... ha... aku sekarang punya sekutu, nggak ada yang berani bilang kalau mamaku itu pelit, kamu orang pertama yang berani bilang ... ha.. ha.. ha.."
Ny: (hanya melotot saja karena kami jadikan bahan gosip)
Tiba-tiba terdengar pengumuman bahwa pesawat kami segera akan berangkat. Aku mengemas barang-barangku dan berpamitan kepada Amel dan Ibunya ...
John: "Sepertinya pesawat kita sudah mau berangkat ... senang mengenal Ibu dan juga Amel ... Amel, kamu cepat sembuh ya..."
Amel: "Hi.. hi.. saya juga senang bisa ketemu kakak, bahagia sekali istrinya kakak karena punya suami yang bisa membuatnya selalu tertawa ... hi.. hi.."
Ny: "Iya, saya juga senang bisa kenal sama adik ... sejak lama Amel tidak pernah seceria ini, eh ... kita belum berkenalan, nama saya Sri Lestari ... , punya kartu nama?"
John: "Hmmm, punya ... kartu nama dari kantor saya yang lama ... tapi nama dan nomer telponnya betul koq ..."
Ny: "Terima kasih, ini kartu nama Ibu ... kalau selama kamu di Jakarta butuh apa-apa, jangan sungkan untuk menghubungi kami ya ..."
John: "Iya Bu, terima kasih tawarannya ..."
Aku membiarkan Amel dan Ibunya berjalan mendahuluiku, karena aku ingin melangkah dengan bersantai sambil membiarkan penumpang lain untuk masuk ke dalam pesawat. Di dalam pesawat, aku sedang sibuk mencari tempat dudukku, 15D ... di tengah dan waw ... aku duduk tepat di seberang Amel dengan nomer seat 15C. Aku hanya bisa tersenyum saat Amel sepertinya begitu girang mengetahui aku duduk di sebelahnya, hanya dipisahkan oleh koridor di dalam pesawat saja ...
John: "Eh, ketemu lagi..."
Amel: "Kakak bohong ya, katanya namanya John ... di kartu nama kok namanya Joko?"
John: "Hi.. hi.. iya, John hanya nama panggilan saja, temen-temen di kantor suka panggil aku John, jadinya kalau kenalan sama orang pasti pake nama John ..."
Amel: "Gak pantes tau, kalau namanya John mestinya orangnya itu keren, macho, cool ... bukan lecek dan kucel seperti kakak …"
John: "Ha.. ha.. kamu bisa aja. Eh, Amel sekolah apa kuliah?"
Amel: "Seharusnya sudah kuliah, tapi Amel harus jalanin terapi obat sudah hampir satu tahun... jadinya gitu deh, sudah lulus SMU tapi belum kuliah"
John: "Oh begitu ya! Kalau kuliah mau masuk jurusan apa?"
Amel: "Amel suka gambar, lukis dan seni ... kalau tidak disain produk, mungkin mau jadi arsitek. Tapi nggak mau seperti mama, mama perancang busana ..."
John: "Kenapa nggak mau seperti mama, kan bisa tajir dan banyak duit?"
Amel: "Ogah ah, ntar anak-anakku terlantar juga seperti aku..."
John: "Eh jangan gitu sama orang tua, ayo minta maaf sama mamamu ..."
Amel: "Enak aja, mama seharusnya yang minta maaf ke aku"
Diluar dugaanku, Ibu Amel memeluk anaknya dan menangis sesegukan. Ups, apa yang sudah aku perbuat? Ahhh, jadi ikut haru deh...
John: "Iya nak, mama minta maaf... maafkan mama ya, mama janji akan selalu ada untuk kamu, tapi kamu cepat sembuh ya..."
Amel: "Iya ma, Amel juga minta maaf... sebenarnya Amel yang bandel"
Aku hanya bisa diam menyaksikan mereka menumpahkan tangisnya. Aku sandarkan punggungku lebih santai di kursi pesawat, aku pejamkan mataku perlahan. Aku sedang menahan tangis yang hampir tumpah di ujung mataku, aku kembali teringat Sarah ... Sarah bila sedang menangis, wajah meweknya bisa membuat aku tersenyum ...
Akhirnya lepas landas juga. Untuk terakhir kali aku memandang Surabaya dari atas, tanpa sadar aku melambaikan tanganku ke arah jendela, tingkahku hanya mengundang tawa Amel dan hal itu juga yang telah sadarkan lambaianku...
Amel: "Hei, ngapain pake dada dada segala?"
John: "Hi.. hi.. gak tau ya, hanya pengen dada doang"
Amel: "Memangnya gak akan balik ke Surabaya lagi?"
John: "Nggak tau juga sih, lihat nanti saja deh..."
Amel: "Memangnya tinggal di mana sih? Istrinya tinggal di mana?"
John: "Asli Jakarta, istri tinggal di Surabaya..."
Amel: "Berarti pasti balik lagi dong ke Surabaya..."
John: "Sebenarnya istri kakak sudah meninggal, dimakamkan di Surabaya ..."
Amel sejenak menghentikan obrolannya, kedua tangannya dipakai untuk menutupi mulutnya, matanya menjadi sedikit terbelalak ...
Amel: "Maaf, saya nggak tahu ... I'm sorry"
John: "Ah, nggak apa ... biasa saja cantik, kakak tidak apa-apa"
Ups, aku menyebut Amel dengan sebutan cantik. Aduh, koq bisa keceplosan begini sih ... aku memandang Amel hanya untuk melihat reaksinya ... Amel hanya diam membisu, aku coba menyapanya ...
John: "Hei, koq bengong sih?"
Amel: "Eh, anu … kaget saja, kamu panggil aku cantik …"
John: "Halah, GR lu … kamu itu cantik kalau semua stok cewek di muka bumi ini habis, baru kamu bisa dipanggil cantik …"
Amel: "Enak aja, aku kan memang cantik beneran … iya kan ma" (sambil meminta dukungan mamanya)
Ny: "Iya cantik, tapi nomer dua … mama nomer satu" (sambil tersenyum dan kerlingkan mata)
Amel: "Hu .. uh, mama koq sekongkol sama Kak John, sebel deh ..."
John: "Iya hanya becanda, iya kamu cantik beneran ... tapi seperti kata mamamu, nomer dua, dua juta sembilan ratus ribu lima belas ... hua ha ha ..."
Obrolan kami sedikit banyak membikin gaduh suasana di dalam pesawat. Sesekali pramugari menghampiri kami dan mengingatkan supaya tidak terlalu ramai kalau berbicara, tapi tetap saja kami ngobrol kesana kemari tidak tentu arah ...
John: "Tuh, diomelin sama pramugarinya ... kalau pramugari tadi cantiknya nomer berapa ya? Nomer tiga deh, tiga ratus lima belas ribu ... lebih tinggi dari rangkingmu"
Amel: "Ugh, awas ya ... ntar aku cubit pipi Kak John"
Di luar dugaanku, Amel berdiri dari tempat duduknya dan menghampiriku lalu benar-benar mencubit pipiku, aduh ... sakit banget
John: "Amel, apa-apaan sih, nggak boleh ... bukan muhrimnya ..."
Amel: "Eh, maaf Kak ... abisnya aku gemes sama kakak..."
John: "Ya sudah, tuh lihat ... pramugarinya melotot ke kita, ntar kamu turun rangking lagi baru tahu rasa ..."
Amel: "Hi.. hi.." (tersenyum lebar, karena dipelototin pramugari dengan rangking tiga ratus lima belas ribu ...)
Akhirnya pesawat kami mendarat di bandara Soekarno Hatta, aku mulai berkemas dan berjalan menuju pintu keluar. Aku berpisah dengan Amel, sepertinya Amel enggan berpisah dariku ...
John: "Amel, kita berpisah di sini ya ..."
Amel: "Kak, kalau ada waktu mampir ke rumah ya..."
Ny: "Iya lho nak John, jangan sungkan ..."
John: "Iya bu, nanti kalau urusan di Jakarta sudah selesai, insya ALLAH saya mampir ke rumah Ibu. Amel, kalau aku datang, siapin makanan yang enak yah ..."
Amel: "Hi.. hi.. tenang saja Kak John, pokoknya beres ..."
Kamipun berpisah, dan sebelum benar-benar berpisah, Amel menubrukku dan memelukku. Aku sungguh kaget dibuatnya, tapi aku harus bagaimana?
John: "Amel, sudah ya ... malu dilihat orang-orang"
Amel: "Kak John, aku baru kenal Kakak, tapi aku baru kali ini kenal orang yang tulus, nggak seperti temen-temen Amel yang lain, berteman karena ingin uangnya Amel, bahkan tubuhnya Amel ..."
John: "ya sudah, lain kali hati-hati cari teman ya ... sudah yah, ditungguin mamamu tuh"
Amel hanya bisa tersenyum renyah dan mengangguk sungguh-sungguh, akupun membalas senyumnya dan kami berpisah di depan area parkiran. Aku hanya bisa melambaikan tangan saat mobil jemputan mereka menjemput, sedang aku bergegas menuju stop area bus damri.
Wednesday, December 9, 2009
Mengenang Senyummu
Merebahkan punggungku di kasur berpegas, memandangi langit-langit kamar dan sekali lagi senyum manis Sarah terlintas di benakku. Dengan imajinasiku, ku lukis wajahnya di langit-langit kamarku, membelai rambutnya yang indah, meraba pipinya yang merah merona, memandangi wajahnya yang selalu menyejukkan pandanganku. Sarah, aku begitu merindukanmu.
Di rumah ini lah masa kecilku dibangun, dibangun dengan penuh kasih belaian ibu, dengan jadwal padat ala militer dari bapak, dengan pola bandel bentukan aku dan adik-adikku yang terkadang jenuh dengan cara ayah membentuk kami, hi ... hi ... hi ... Bapakku kalau sudah marah, melihat diamnya saja kami semua langsung ketakutan, apalagi kalau sampai keluar sabuknya untuk menakut-nakuti kami yang telat pergi ke masjid setelah adzan subuh ...
Jadi teringat saat Sarah bercerita tentang masa kecilnya, kehidupan yang ceria tanpa pernah tahu bahwa dirinya mengidap penyakit kanker darah.
... ... ... ... ...
Sarah: "waktu kecil, aku suka sekali kalau diajak papa pergi ke taman kota, main kejar-kejaran, main ayunan, beli permen lolipop, seneng banget rasanya ..”
John: "Dave nggak ikutan...?"
Sarah: "kadang-kadang ikut, Dave nggak begitu suka jalan-jalan, sukanya sibuk sendiri di rumah, main musik bareng gank punk nya, brantakin seisi rumah”
John: "Ha.. ha.. ha.. keren dong, nanti kalau kita punya anak lelaki, kira-kira bandel seperti Dave nggak yah"
Sarah: "Aduuuhhhh, amit-amit ... Dave kecil badelnya nggak ketulungan, pernah suatu hari aku pulang belanja sama Ibu bawa kura-kura kecil, lalu aku masukin ke aquarium. Besok paginya aku hanya bisa menangis sedih karena kura-kuraku sudah mati dengan keadaan tubuhnya keluar dari cangkangnya”
John: "Koq bisa begitu?"
Sarah: "Dave bereksperimen dengan kura-kuraku, tubuh kura-kura kecilku dikeluarkan dari cangkangnya pakai obeng, lalu disiram air dingin, katanya Dave biar seger sebab kasihan lihat kura-kuranya dalam jaket batu, sepertinya kepanasan”
John: "Ha.. ha.. ha.. Dave, ada-ada saja, bandel koq sejak lahir ... sampai sekarang Dave kan masih bandel juga"
Sarah memandangku, sepertinya ingin bertanya tentang jenis kenakalan seperti apa yang dilakukan Dave sekarang ...
Sarah: "Dave nakal? Memangnya nakalnya seperti apa? Paling juga usilin kamu doang”
John: "Iya, kalau usilin aku itu sudah menu wajib, tapi kadang pak Robert diusilin juga, misalnya lagi presentasi ada lembaran slide yang menyisipkan gambar Pak Robert bertelanjang dada sedang diapit oleh Luna Maya dan Julie Estle, pokoknya usil yang bikin orang lain ketawa terpingkal-pingkal deh ..."
Sarah: "Memangnya bisa foto Pak Robert diapit oleh artis-artis gitu”
John: "Bisa banget, hari gini ada PhotoShop gitu lho ... aku juga bisa buat foto kita berdua jadi berlima, aku di tengah lalu kamu ada di samping kiri, kanan, dan depan jejer dua, jadi seperti raja minyak yang diapit oleh istri-istrinya"
Sarah: "Oh, gitu yah ... keren dong”
John: "atau begini, dalam frame ada kita berdua, lalu Lindsay Louhan, Jessica Alba, Putri Patricia, Rianti Catwright, dan Carissa Putri, semua dalam satu frame, gimana ... keren abiiiis kan"
Sarah melotot, sepertinya tidak terima kalau dirinya harus dijejer dengan gadis-gadis cantik lainnya, walau hanya dalam bingkai foto ...
Sarah: "John, kamu nggak boleh melakukannya, walau hanya foto, aku pasti akan cemburu jika kamu melakukannya”
John: "Aduh, istrinya Batman belum apa-apa sudah cemburu ... sini, aku kasih peluk ala raja minyak aja deh"
Sarahpun tersenyum dan menyandarkan kepalanya di dadaku, lalu melanjutkan cerita tentang masa kecilnya bersama keluarga di Jerman
Sarah: "Saat aku kecil, cita-citaku ingin menjadi guru”
John: "hi.. hi.. cita-cita yang mulia, koq bisa kepikiran jadi guru"
Sarah: "Abisnya sebel liat Dave, sekolah dasar kelas 4 masih juga belum lancar membaca, dan parahnya lagi kalau untuk urusan hitung menghitung selalu nggak mau kerjain PR, dibantuin terus sama Ibu, dan kadang tanya ke kakak perempuanku ... parah kan”
John: "Dave dulu lelet bin dudul gitu ya ..."
Sarah: "Hmmm, banget deh pokoknya”
John: "Hi... hi... hi..."
Sarah: "Sebenarnya bukan hanya itu, suatu hari aku pulang membawa buku tugas sekolah dengan nilai matematika hanya 20 saja, aduh ... Papa marah banget, tapi setelah diperiksa Papa ternyata yang salah bukan aku tapi Bu Guru di sekolah salah menilai, hanya karena beda cara mengerjakan lalu disalahkan semua”
John: "Nggak komplain ke Bu Guru mu?"
Sarah: "Sudah, Ibu yang menanyakan prihal nilaiku pada Ibu Kepala Sekolah dan jawabnya sungguh bikin aku sebal, kepala sekolahnya bilang, ‘maklumlah Bu, guru-guru kita yang sudah usia lanjut sulit mengerti dengan cara berfikir anak-anak sekarang yang selalu bisa mendapatkan cara dan metode baru dalam berhitung, mohon dimaklumi’, aku tambah sebel saja karena jawaban Ibu Kepala Sekolah, koq gitu sih???”
John: "Ha.. ha.. ada-ada saja, sampai kelas berapa punya cita-cita jadi guru?"
Sarah: "Sampai saat melihat kakakku terbaring berbulan-bulan di rumah sakit, lalu aku ganti cita-citaku, aku ingin menjadi dokter supaya tidak ada lagi orang yang sakit dan menderita seperti kakakku”
John: "cita-cita yang sungguh mulia, seorang musafir telahpun kelelahan lalu beristirahat di bawah rerindang pohon kurma sambil memandangi hamparan padang pasir dihadapannya. Musafir tadi berkata, ‘seandainya padang pasir ini adalah gandum, semuanya akan aku sedekahkan agar tidak ada lagi yang kelaparan’, dan saat dia tertidur dalam istirahatnya terdengar bisikan yang berbunyi, ‘diterima, niatmu telah diterima oleh ALLAH dan kamu mendapatkan pahala seperti orang yang bersedekah gandum sebanyak padang pasir’. Begitulah pahala niat yang diterima ALLAH"
Sarah: "Padahal si musafir kan hanya niat doang, koq bisa yah???”
John: "karena niat diberi pahala satu sedangkan niat yang diamalkan mendapatkan pahala minimal sepuluh kali lipat, atau sekehendak ALLAH"
Sarah: "Sekehendak ALLAH, maksudnya???”
John: "misalnya sholat di masjid mendapatkan pahala 27 derajat daripada sholat di rumah, sholat di masjidil Haram Mekkah akan mendapat pahala 100.000 kali, sholat saat fii sabilillah mendapat pahala 700.000 kali dan seterusnya sekehendak ALLAH"
Sarah: "subhanallah, besarnya karunia ALLAH ... sebagaimana Dia telah mengkaruniakan aku untuk mendapatkan kamu John ... ahlamdulillah”
Sarah merapatkan tubuhnya, kembali merebahkan kepalanya di dadaku dan mulai memelukku penuh mesra. Sesekali dia meraba dadaku, bermain dengan kancing bajuku, dan terakhir selalu ditutup dengan mencubit pipiku ... aduhhhh, sakit banget kalau sudah dicubit sama Sarah
Sarah: "John, kamu tahu nggak kalau Dave nggak bisa renang?”
John: "Denger-denger dari temen sekantor sih begitu, memang beneran Dave nggak bisa renang?"
Sarah: "Iya, pokoknya parah banget deh, anak laki-laki koq nggak bisa renang”
John: "Koq bisa begitu? Memangnya nggak pernah diajakin renang sama Papamu?"
Sarah: "Sering, tapi Dave nggak begitu suka main di kolam renang, lebih suka main gitar listriknya, main video game, dan kumpul sama gank-gank nya”
John: "Waaahhhh, anak-anak kita nanti harus bisa renang semua, ini sunah rasulullah supaya anak-anak diajari untuk bisa berenang"
Sarah: "John, kamu suka punya anak lelaki atau perempuan”
John: "Aku suka anak lelaki dan juga perempuan, aku suka semua"
Sarah: "Kalau punya anak, pengen punya anak berapa”
John: "Hmmm, berapa yah? Emmmm, selusin deh"
Sarah: "Whaaaa, banyak banget ... memangnya aku kucing apa beranak sampe dua belas”
John: "Kan nggak harus dari satu istri"
Sarah: "maksud loe, ughhhhhh .... John, kamu koq bikin sebel aku yahhh”
John: "aduh... aduh... ampun nona manis, ampun ratuku, sakit banget cubitanmu"
Sarah mulai mencubit apa saja bagian tubuhku yang bisa digapainya, aduuuhh sakit banget deh, lalu aku balas dengan menggelitik perutnya yang seksi hingga dia kegelian dan minta ampun. Hi.. hi.. lucu sekali ekspresi wajahnya kalau sudah lemas karena kegelian aku gelitik perutnya, dan selalu aku tutup dengan memeluk dan mencium keningnya ...
... ... ... ... ...
Hmmmm, hanya dengan mengingati kenangan indah bersama Sarah sudah cukup untuk membahagiakan hatiku. Ya ALLAH, bimbinglah aku, kuatkanlah aku karena hari ini aku sedang bimbang dan juga rapuh.
Mataku tertuju pada jam dinding di kamarku, sudah mendekati pukul 12 siang, sebentar lagi masuk waktu dzuhur di Jakarta. Akupun berbenah, membersihkan diri, pergi ke musholah komplek untuk sholat dzuhur dan bergegas ke kantor LSM tempat aku akan interview. Ya ALLAH, kuatkan aku, bimbing aku wahai Tuhan penguasa seluruh semesta alam. Sesekali aku mencium cincin perak pernikahanku, layaknya pemain Manchester United yang girang setelah membobol gawang lawan, tapi aku mencium cincin ini hanya untuk mengobati kerinduanku yang begitu besar pada Sarah. Selepas sholat dzuhur, aku memilih sepeda motor untuk bisa segera sampai di kantor LSM Penanggulangan Bencana. Wawancara dijadwal pukul 15.00 tapi aku ingin segera berada di sana sebelum waktu wawancaraku, syukurlah di rumah masih ada kendaraan yang tersisa, kalau sedang tidak ingin buru-buru mungkin aku akan memilih Baby Benz tua milik bapakku, walau tua tapi mesinnya enak dan juga terawat dengan baik.
Aku pacu sepeda motorku dengan kecepatan sedang, sambil kembali mengingat-ingat ruas jalan di kota super sibuk seperti Jakarta. Memang hidup di Jakarta begitu melelahkan, dengan rutinitas harian seperti macet, kendaraan padat, polusi, dan banyak lagi masalah sosial penyertanya, membuat aku tidak terlalu suka untuk tinggal di Jakarta.
Ruas jalan tempat kantor LSM Penanggulangan Bencana sudah ada di depan trafict light, hanya tinggal belok kiri dan sampailah aku. Hmmm, semoga saja wawancara hari ini berjalan dengan baik, semua sudah aku serahkan padaNya, semoga selalu diberi jalan yang terbaik.
Saturday, November 28, 2009
Jiah, parah amat dah...
Tiba pukul 22.00 lebih sedikit, disambut makan malam (alamak, tadi kan sudah makan), lalu dapet kamar VIP di pojokan. Mulai rehat 23.00 hingga 02.00 dini hari dan seperti biasa, berdo'a dan meminta padaNya. Sedih, sendu, minta lagi, minta lagi, dan lagi, dengan kalimat yang sama, "selesaikan masalah ini dengan caraMu".
Menjelang subuh, aku mau perbarui wudhuku, karena perbarui wudhu adalah nur diatas nur (hi3x.. sebenernya ragu sih, perasaan tadi keluar deh anginnya... jiah ha3x... full AJ cuiy, jendela kamar dibuka supaya angin sepoi-sepoi leluasa masuk, lah... malah jadi masuk angin), saat perbarui wudhu masuk kamar mandi yang pintunya nggak ada hendle nya dan cklek.. huaaaaa, aku terkunci di kamar mandi, ampun2x dah... hadooooowwww, siapakah gerangan yang akan lewat depan kamar mandi dan menolong orang kusilitan. OMG.. Beberapa saat kemudian, ada juga yang liwat, "mas, tulung, ahak... gak bisa buka pintunya, bukain dong". Ternyata di sini terkunci di kamar mandi sudah biasa, dengan sedikit ketrampilan McGyver mereka lalu tadaaa, kamar mandipun terbuka dan aku keluar. Setelah di luar aku memandang pintu kamar mandi itu sekali lagi dan berkata, "aku haramkan diri ini masuk ke kamar mandi tanpa handle seperti kamu" (ahak, lebay...).
Tuh foto di atas lagi narsis bareng Nobel di depan TKP, dan kamar mandi itu tepat berada di belakang kami. Hemmmm... lain kali liat dulu, bisa buka kamar mandinya nggak... fuiiiihhh, alhamdulillah... tapi lumayan, jadi obat nyengir setelah dirundung sedih seraya bermanja-manja denganNya 2 jam belakang. Udahan dulu yak...
Diabaikan
Tapi kini, satu hurufpun dia tidak pernah membalas sapaku! Kalian bertanya, "apakah aku sedih?", jawabnya, "tentu saja, aku sedih, aku sangat sedih karenanya". Ingin memangis, air mata sudah mengering, isi dada ini rasanya selalu bergemuruh, ahh... apakah aku mengacaukannya? Begitu payahnya aku ini? Ya Rabb, tunjukkan QurdatMu, aku ingin masalah ini segera selesai, dengan QudratMu, dengan Maha Dahsyatnya ketentuan-ketentuanMu
Beberapa saat lalu, aku memang pernah bermimpi, telah dibariskan para bidadari dari timur hingga barat dan diperintahkan padaku untuk memilih salah satu dari mereka lalu diberi nama sebagaimana namanya. seruan itu berbunyi seperti ini, "hai kamu, ALLAH saja pemilik khazanah kebaikan, pilih salah satu dari mereka dan beri nama sebagaimana namanya, karena Dia tidak menginginkan kesusahan atas dirimu".
Kesusahan? Kesusahan apakah? Ah, tidak... akan aku hadapi kesusahan itu, aku mengembalikan semua yang ditawarkan padaku, aku masih inginkan dia, aku tidak peduli dengan kesusahan dan kesulitan yang akan aku hadapi jika aku memilikinya karena aku hanya menginginkannya, bukan pengganti dirinya.
Tapi hari ini, saat pesan tidak dijawab saja aku sudah sedih... aku terabaikan! ALLAH, Kau selalu saja Maha Tahu, apa yang terjadi sekarang dan akan datang, maka Engkau telah mengetahui sebarang kebaikan atau keburukan yang ada di dalamnya. Aku memang tercipta dengan watak yang keras kepala, bahkan dengan isyarat-isyarat dariMu sekalipun aku kadang masih saja keras kepala. Hmmmm, Ya ALLAH... aku serahkan masalah ini padaMu, aku tidak akan menanyakan perihalnya lagi padaMu, habis sudah, jika di dalamnya terdapat kesusahan dan Engkau tahu bahwa aku tidak sanggup menghadapinya, sudah sepatutnya aku menghindari kesusahan ini. Ya Rabb, pertemukan aku dengan kekasihku dalam keadaan baik, kesukaanku hanya dalam menyebut namaMu, penantianku hanya pada hari dimana aku berjumpa dengan kekasihku, jumpa dengan rasulullah saw, kesukaanku hanya dalam menanti hari dimana Engkau membuka hijabMu di hadapan kami, nanti di dalam surga.
Hati ini sering tersayat, tapi kali ini... dia telah terkoyak
Thursday, November 26, 2009
Sesal selalu di akhir...
Sesudah hari ini, aku tidak akan berpikir tentangnya lagi, ah... siapalah aku, mereka punya penilaian sendiri terhadap diriku yang hina ini. Jika syarat untuk mendatangkan pertolonganMu terputus, akupun akan memutuskannya, jika syarat perjuangan tidak lengkap karenanya, aku akan tetap tawajuh dengan aturanMu saja. Kurbankan diri atasMu memang suatu kesenangan, tetapi bila di dalamnya tidak dilengkapi dengan syarat yang semestinya kau kehendaki, maka akupun akan berpaling darinya.
Dahulu, aku tidak begitu paham mengapa ahli ibadah hanya kau beri 10 hak untuk mensyafaati keluarganya di hari yang sulit, huru hara padang mahsyar, sedangkan para pendakwah agamaMu mendapatkan hak atas 2.5 juta manusia untuk mendapatkan syafaat darinya. Aku sedikit demi sedikit melihatnya walau masih di dunia, bagaimana sulitnya para ahli ibadah berkurban, dan betapa mudahnya para pendakwah agama dikurbankan.
Hari ini merupakan hari dimana seluruh umat Islam merayakan hari Idul Qurban, lihatlah Ibrahim as, bisa kurbankan anak yang dicintainya, bahkan untuk disembelih. Tapi disaat yang sama pula datang pertolongan ALLAH, bukan satu, bukan dua, tetapi pertolongan yang tidak bisa dipikir oleh akal manusia. Mata pedang tidak bisa memotong bahkan menggores kulit ari Ismail as, lalu diganti dengan kambing yang besar lagi gemuk, bahkan amalan ini menjadi trend setter dunia, bahkan setiap bulu hewan kurban yang terkurban untuk meniru-niru kurban Ibrahim as adalah pahala atasnya. Karenanya, itulah iman, yakin dengan yang ghaib, yakin dengan perkara dibalik sebarang hiruk pikik dunia yang menyebalkan ini.
Seandainya kemarin mereka katakan YA, maka aku selesaikan urusan mereka, dan akan aku kembalikan pula anak mereka tanpa tersentuh kulit arinya. Ah, aku hanya ingin menilik hati mereka, tidak lebih. Semua telah terjadi, jika mereka berpaling, aku pun demikian, asalkan aku masih dalam jalan yang dengannya aku masih bisa menyebut nama Dzat yang paling kusuka, ALLAH, ALLAH, ALLAH... di jalan yang dengannya aku menjadi senang bila terkurban, semuanya karena ALLAH, semua fii sabilillah, semua hanya sebagai syarat untuk berjumpa dengan kekasihku, rasulullah saw, semua hanya sebagai syarat untuk melihat wajahMu, nanti di hari jum'at, nanti di dalam surgaMu
Tuesday, November 24, 2009
Aku dan Ibuku
Suatu hari Ibu memarahi ku karena saat liburan kuliah aku tidak pulang ke rumah, aku malah pergi untuk urusan agama ke Indonesia bagian timur. Liburan sisa satu minggu, aku pun pulang dan bertemu Ibuku. Mulailah beliau bercerita dengan nada sedikit marah tentang ini, itu, dan sebagainya. Lalu aku pun menjawab, “Bu, apakah selama aku pergi untuk urusan agama, Ibu selalu menangis dan menangis sambil berdo’a dan bermunajat untuk kebaikanku?”, lalu dijawab dengan singkat, “iya, memang seperti itu setiap hari”. Aku pun melanjutkan kalimatku, “demikianlah janji ALLAH, sesiapa saja yang keluar di jalan ALLAH, semata mencari keredhoan ALLAH, maka ALLAH akan mendidik ahli rumah sebagaimana ALLAH mendidik keluarga Ibrahim as, hati, diri dan jiwa akan dicondongkan selalu pada ALLAH, sehingga sedikit demi sedikit iman Ibu pun meningkat sampai kepada tingkat iman yang dikehendaki olehNya”.
Ibu ku terdiam sesaat, mungkin ingin menimpali kalimatku, tetapi tidak dilakukannya. Aku pun kembali berkata-kata, “Bu, tahukah Ibu apa itu wanita mandul?”, Ibuku terlihat ingin menjawab, tetapi suaranya tercekat dan terhenti dengan isak tangisnya. Aku memang sudah pernah menyampaikan perkara ini sebelumnya pada Ibuku melalui surat. Karena diam saja, akupun menjelaskan,”wanita mandul adalah wanita yang dari rahimnya tidak lahir para pejuang agama, tidak lahir para syuhada, yang dengan kurban mereka maka tegaklah agama ini”.
Kami berduapun diam sambil menahan tangis kami masing-masing, Ibuku sudah hilang marahnya dan akupun sedikit lega karenanya.
*Seraya mengenang Ibu (alm)
Thursday, November 19, 2009
Andai Saja ...
Siang itu aku masih berkutat dengan berkas beasiswa yang deadline-nya adalah tanggal 1 Desember besok (ughhhhh, selalu mendadak begini ya!) lalu teringat bahwa pukul 14.30 aku harus bertemu dengan Bapak itu di terminal kota.
14.12 WIB, A Yani menuju terminal
Akupun menelponnya
"sudah sampai?" tanyaku
"alhamdulillah sudah", begitu jawabnya diseberang sana
"sebentar Pak, 10 menit lagi, saya masih di Jalan A Yani"
14.22 WIB, Terminal Kota
Aku melihatnya ada diujung gang menuju musholah dalam gedung ruang tunggu penumpang, aku tersenyum padanya dan mengambil punggung tangannya untuk kucium. Lalu, mulailah aku berbasa-basi bertanya tentang keadaannya
"bagaimana hari ini Pak, baik..?" begitu tanyaku
"alhamdulillah..." jawabnya singkat
Hmmm, aku merasa ada beban berat sedang menghimpit pundaknya, beban yang ingin segera dilepaskannya. Ya ALLAH, bisakah aku membantunya? Hanya dengan qudratMu saja aku bisa!
"sholat ashar dulu ya Pak!" tawarku
"boleh, tapi jangan jauh-jauh, dekat-dekat sini saja" pintanya
"lho, kita nggak jadi ke Gresik nih?" tanyaku sedikit keheranan
"nggak, ahad nanti orangnya mau ke rumah" jelasnya padaku
Aku hanya mantuk-mantuk tanda mengerti, emm... lalu apa agendanya hari ini kalau tidak jadi ke Gresik? begitu pikir di dalam benakku
14.35 WIB, Masjid Al Akbar
Mobilku masuk ke dalam komplek masjid terbesar di Asia Tenggara, hemmm... walau sudah berkali-kali ke masjid ini, masih saja bingung dengan pintu masuknya. Setelah turun dari mobil lalu aku menunjukkan tempat wudhu padanya
"wudhunya di bawah sana..." sambil telunjukku menunjuk arah basement masjid
"emm, saya sudah sholat tadi di terminal" jawabnya
"oh, sudah ya... sudah dijamak tadi ya, ok deh.. tunggu sebentar di sini ya Pak, saya segera kembali" jelasku padanya
14.55 WIB, Ruang Tunggu, Basement Masjid
Aku memberinya dua gantungan kunci bergambar masjid Al Akbar sebagai cindera mata khas masjid ini, lalu diterima dengan wajah sedikit tersenyum. Lalu selang beberapa saat mulailah dia bercerita tentang beban yang aku rasakan saat menjumpainya di terminal.
...(cerita ini, itu dan panjang lebar, tentang hutangnya dan beban bunga pokok yang kian hari kian menumpuk, hmmff OMG)...
Setelah selesai, akupun membuka kata
"andai saja saya mendengar cerita ini tahun lalu" kalimatku tertunda
"lho, memangnya kenapa?" tanyanya seraya bingung mendengar kalimatku
"hari ini, saya hanya seorang staf pengajar di perguruan tinggi saja, tidak lebih. Dalam sebulan penghasilan saya 3 juta sedangkan pengeluaran saya 6 juta, tapi setelah mendengar cerita Bapak barusan, ingin rasanya berbuat lebih, tapi bagaimana bisa!" jelasku sederhana
Sebelum dia menanggapi kalimatku, aku menambahkannya lagi dengan kalimat senada
"saya sudah bosan dengan konsultan, rasanya iman saya tercabut jika tetap berkutat di dunia konsultan, padahal mensekutukan ALLAH adalah dosa yang tidak terampunkan. Saat masih sibuk di konsultan, mana pernah aku merasa kekurangan, karenanya aku merasa tidak patut, ada perasaan bahwa yang memberi rizki adalah kantor dan sungguh aku termasuk pemilik iman yang lemah, karenanya aku merasa malu untuk mensekutukanNya" jelasku lagi
"jadi, bagaimana? ada solusi lain?" tanyanya
Aku sempat melirik mobilku, karena dia saja 'fresh money'-ku saat ini, aku seakan melihat Nobel (sebutan untuk mobil kelabu, si imut lucuku) sedang memandangku begitu melas, aku hanya tersenyum pada pandangan matanya (ahak, imajinatif banget yah aku). Kemudian aku coba menjawab tanyanya lagi...
"hmmm, coba nanti saya pikirkan dulu, nanti akan saya coba mengkomunikasikan dengan teman-teman saya yang mungkin mau membantu" kataku singkat
"terima kasih, mudah-mudahan diberi jalan!"
"iya, mudah-mudahan diberi jalan"
Kamipun diam.. diam yang lama, aku mau bicara apa? Aku sungguh kehabisan bahan bicara, mulut diam terkunci. Ah, andai saja aku mendengar cerita ini tahun lalu. Kemudia dia mulai berkemas, akupun bertanya padanya
"Kita kembali ke terminal?" tanyaku
"Iya, karena memang agenda saya hari ini adalah menemui anda saja" begitu jawabnya yang membuat hati ini rasanya tersayat-sayat kembali
15.05 WIB, Perjalanan menuju terminal
Aku telah habis kata, aduuuhh... bingung tau, bagaimana caranya aku bisa menolongnya. Dalam perjalanan menuju terminal, kalimat itu saja yang selalu aku ucapkan, hanya kalimat itu, "andai aku mendengar cerita ini tahun lalu"
15.25 WIB, Terminal Kota
Si Nobel sudah masuk areal parkir dan kamipun berpisah
"mari, saya pulang dulu" katanya
"Iya Pak, hati-hati di jalan" ujarku singkat
Aku mengambil punggung tangannya dan menciumnya, lalu hanya bisa melihat sekilas punggungnya di samping si Nobel yang masih cemberut (Ahak, Nobel...! Mau nangis ya cayang, cup cup... sudah ya, jangan nangis)...
Terlintas beberapa deret kata yang berbeda, "andai saja dia ayahku"... Ah, andai saja dia ayahku, aku bahkan sanggup memberi separuh nyawaku untuknya. Andai saja dia ayahku, apa saja layak aku korbankan untuknya, bukan hanya 'Nobel', nyawa sekalipun akan aku berikan. Tapi bagaimana mungkin? Aku baru mengenalnya 2 hari, walaupun dia adalah ayah dari 'seseorang', tetapi sebagai mantan pengusaha, aku sudah terlalu sering jatuh bangun karena ditipu oleh rekan bisnis. Aku bukan menuduhnya hendak menipuku, tidak sama sekali... tapi yang aku baca adalah, dia ditipu oleh seseorang dengan kedok perjuangan agama. Hmmmm, aku menghela nafasku... tanpa terasa mataku mengeluarkan air dari ujungnya, seraya berkata, "Ya ALLAH, beri aku jalan, aku bisa apa hari ini? tapi mau meminta padaMu, aku juga tidak bisa...".
Ah, andai saja dia ayahku... akupun memacu kencang si Nobel menuju pintu tol, segera pulang ke rumah, untuk kembali bermain dengan Umair, si jagoan tampanku yang sedang dalam masa pemulihan dari demam tingginya 2 hari lalu.
Ah, andai saja dia ayahku...
Tuesday, November 17, 2009
Komik Tsunami
Ingin download contohnya, klik SOP Tsunami
Wednesday, November 11, 2009
Insert Ayat Qur'an pada dokumen MsWord
Untuk memilih nama surat dan ayat yang dikehendaki, tampak seperti pada gambar di samping. Setelah itu pilih jenis translasi (terjemah) yang diinginkan. Pada contoh di samping hanya ada pilihan (check box) terjemah bahasa Indonesia saja, sedangkan layanan yang ditawarkan juga termasuk terjemah bahasa Inggris dan Melayu, tergantung plug in yang di install ke dalam komputer.
Sedangkan gambar di bawah ini merupakan tampilan sisipan (insert) ayat qur'an dan terjemahnya dalam bahasa Indonesia pada dokumen MsWord. Mudah, cepat dan bermanfaat, silahkan download zip file plug in, materinya ada pada link di bawah ini...
Plug In Qur'an (Indonesia)
Plug In Qur'an (English)
Monday, November 2, 2009
Unknow
Friday, October 30, 2009
Wednesday, October 28, 2009
Rindu Ibu
Bila lapar, yang menyuapi aku....ibu
Bila sendirian, yang selalu di sampingku.. ..ibu
Kata ibu, perkataan pertama yang aku sebut....Ibu
Bila bangun tidur, aku cari.....ibu
Bila menangis, orang pertama yang datang ....ibu
Bila ingin bermanja, aku dekati....ibu
Bila ingin bersandar, aku duduk sebelah....ibu
Bila sedih, yang dapat menghiburku hanya....ibu
Bila nakal, yang memarahi aku....ibu
Bila merajuk, yang membujukku cuma.....ibu
Bila melakukan kesalahan, yang paling cepat marah....ibu
Bila takut, yang menenangkan aku....ibu
Bila ingin peluk, yang aku suka peluk....ibu
Aku selalu teringatkan ....ibu
Bila sedih, aku mesti telepon....ibu
Bila senang, orang pertama aku ingin beritahu.... .ibu
Bila marah.. aku suka tumpahkannya pada..ibu
Bila takut, aku selalu panggil... "ibuuuuu! "
Bila sakit, orang paling risau adalah....ibu
Bila aku ingin bepergian, orang paling sibuk juga.....ibu
Bila buat masalah, yang lebih dulu memarahi aku....ibu
Bila aku ada masalah, yang paling risau.... ibu
Yang masih peluk dan cium aku sampai hari ni.. ibu
Yang selalu masak makanan kegemaranku. ...ibu
Kalau pulang ke kampung, yang selalu member bekal.....ibu
Yang selalu menyimpan dan merapihkan barang-barang aku....ibu
Yang selalu berkirim surat dengan aku...ibu
Yang selalu memuji aku....ibu
Yang selalu menasihati aku....ibu
Bila ingin menikah..Orang pertama aku datangi dan minta
persetujuan.....ibu
Namun setelah aku punya pasangan
Bila senang, aku cari....pasanganku
Tapi bila sedih, aku cari.....ibu
Bila mendapat keberhasilan, aku ceritakan pada....pasanganku
Tapi bila gagal, aku ceritakan pada....ibu
Bila bahagia, aku peluk erat....pasanganku
Tapi bila berduka, aku peluk erat....ibuku
Bila ingin berlibur, aku bawa.....pasanganku
Tapi bila sibuk, aku antar anak ke rumah....ibu
Selalu... aku ingat pasanganku
Selalu... ibu ingat aku
Setiap saat... aku akan telepon pasanganku
Entah kapan... aku ingin telepon ibu
Selalu...aku belikan hadiah untuk pasanganku
Entah kapan... aku ingin belikan hadiah untuk ibu
Renungkan:
"Kalau kau sudah selesai belajar dan berkerja... masih ingatkah kau pada ibu? Tidak banyak yang ibu inginkan... hanya dengan menyapa ibupun cukuplah".
Berderai air mata jika kita mendengarnya........
Tapi kalau ibu sudah tiada..........
IBU... RINDU IBU.... RINDU SEKALI....
Berapa banyak yang sanggup menyuapi ibunya....
Berapa banyak yang sanggup mencuci muntah ibunya.....
Berapa banyak yang sanggup menggantikan alas tidur ibunya......
Berapa banyak yang sanggup membersihkan najis ibunya...... .
Berapa banyak yang sanggup membuang belatung dan membersihkan luka kudis ibunya....
Berapa banyak yang sanggup berhenti kerja untuk menjaga ibunya.....
Berapa banyak yang sanggup meluangkan waktu untuk menjaga ibunya yang telah renta…..
Seorang anak menemui ibunya yang sedang sibuk menyediakan makan malam di dapur lalu menghulurkan selembar kertas yang bertuliskan sesuatu. Si ibu segera melap tangannya dan menyambut kertas yang dihulurkan oleh si anak lalu membacanya. Upah membantu ibu:
- Membantu pergi belanja : Rp 10.000,-
- Membantu jaga adik : Rp 10.000,-
- Membantu buang sampah : Rp 10.000,-
- Membantu membereskan tempat tidur : Rp 10.000,-
- Membantu siram bunga : Rp 5.000,-
- Membantu sapu sampah : Rp 5.000,-
Selesai membaca, si ibu tersenyum memandang si anak , kemudian si ibu mengambil pensil dan menulis sesuatu di belakang kertas yang sama.
- Biaya mengandung selama 9 bulan - GRATIS
- Biaya tidak tidur karena menjagamu - GRATIS
- Biaya air mata yang menitik karenamu - GRATIS
- Biaya gelisah karena mengkhawatirkanmu - GRATIS
- Biaya menyediakan makan, minum, pakaian, dan keperluanmu -GRATIS
Air mata si anak berlinang setelah membaca apa yang dituliskan oleh si ibu. Si anak menatap wajah ibu,memeluknya dan berkata, "Saya Sayang Ibu". Kemudian si anak mengambil pensil dan menulis "Telah dibayar Lunas Oleh Ibu" ditulisnya pada muka surat yang sama.
Thursday, October 8, 2009
Menjawab tanyamu
Jika yang bertanya seorang teman, maka aku akan menjawabnya begini ...
"iya, itu maksudnya Bapak dari anakku, A itu singkatan dari Abi dan Umair Al-Amr itu nama anak bungsu pangeran tampan pemilik dinasti Fadly penerus tahta kerajaan kami" *halah*
Jika yang bertanya seorang yang baru dikenal, maka aku akan menjawabnya begini ...
"maksudnya Bapak dari anakku, A itu singkatan dari Abi dan Umair Al-Amr itu nama anak bungsuku, Umair sendiri adalah Umar kecil karena dulu aku sering dipanggil Umar Al Faruq karena kalau nggak suka sama kemaksiatan di hadapan, misalnya ada yang mabok-mabokan depan komplek maka langsung samperin trus marahin semua pemabok itu" *gubraaakkk*
Jika yang bertanya seorang tante-tante, ibu-ibu paruh baya, mama-mama menjelang menopause pokoknya stok lawas deh, maka aku akan menjawabnya begini ...
"maksudnya Bapak dari anakku, A itu singkatan dari Abi dan Umair Al-Amr itu nama anak bungsuku, kami memiliki keluarga yang bahagia dan tidak menerima anggota keluarga tambahan apalagi makhluk dari jenis species seperti tante-tante sekalian, maaf banget" *ngeles dan mau kabur nih*
Jika yang bertanya seorang gadis cantik berwajah Riyanti Catwright, maka aku akan menjawabnya begitu sopan, lembut dan penuh kasih, kira-kira seperti ini ...
"kalau untuk adek manis, jangan A Umair tapi cukup Aa' saja, ini Aa' beri tanda tangan di halaman depan novel karangan Aa', Aa' sertai nomer handphone juga ya, siapa tau mau tanya-tanya atau butuh bantuan, untuk adek mah Aa' siap 24 jam" *sudah eneg dan mau muntah blom???*
Intinya, suka-suka kamu deh ... kondisional banget kan ...
Wednesday, October 7, 2009
Sebaran penonton blog
Tolong, jangan buat aku cemburu
Aku begitu mencintai pacarku, sampai akhirnya aku tahu kalau dia dirayu oleh mantan pacarnya dan akhirnya kembali pada pacarnya itu lalu melupakan aku...
Ok, baiklah ... bagiku tidak masalah. Aku segera pulang ke tempat kostku, mengambil samurai kembar pemberian temanku yang sudah sejak dua tahun ini kuliah di Kyoto, Jepang. Lalu aku mendatangi rumah cowok kekasih mantan cewekku.
Setelah berhadap-hadapan, dia coba mengelak dan mengatakan kalau dia tidak menggoda pacarku...
"tidak, aku tidak menggodanya ... aku hanya menyapanya saja", jawabnya mengelak
Hmmm .. aku tak biasa berbasa-basi. Samurai kembar itu aku cabut dari sarungnya, samurai panjang aku hujamkan ke jantungnya, sedangkan samurai pendek ke hatinya. Aku lihat tangannya mengapai-gapai diriku dan dia coba untuk menahan sakit karena aku tusuk dengan samurai kembarku ... Semua ku lakukan agar dia bisa merasakan begitu sakit jantung dan hatiku saat ini karena dia berani menggoda pacarku dan merebutnya dariku.
Belum puas, aku cabut samurai pendek yang masih tertancap di hatinya lalu aku ayunkan samurai pendek yang biasanya digunakan untuk harakiri dalam budaya bunuh diri pasukan jepang pada perang dunia ke 2. Aku tebas tepat pada saluran pernapasan dan urat nadi utamanya, aku tebas lehernya. Darah mengucur dari semua lukanya, sedangkan aku tidak begitu berekspresi melihat lelaki ini sekarat, aku hanya menunggu cowok ini benar-benar mati dan setelah aku yakin dia mati, aku cabut samurai panjang yang masih melekat di jantungnya dengan menendang tubuhnya menggunakan telapak kakiku kemudian membersihkan kedua samuraiku dengan pakaian dan celana si brengsek ini lalu pergi meninggalkan mayatnya tanpa harus menengok ke belakang lagi.
Aku lega, karena orang yang telah menyakiti hatiku telah aku musnahkan, sambil berkata lancang pada seisi langit dan bumi aku berkata
"siapa saja berani melakukannya padaku maka nasibnya akan serupa seperti bangkai yang ada di belakangku"
Sedangkan untuk mantan cewekku, cuiihhh ... aku tidak akan pernah perduli lagi padanya, karena aku sudah tahu tentang dia dan bagaimana dia. Hanya digoda sedikit saja dia bisa terlena, urus saja dirimu sendiri karena aku akan mengurus urusanku sendiri, tanpamu
Monday, October 5, 2009
Aishiteru hanya untuk Sarah
Aku sedang sibuk menyelesaikan sholat malamku, tapi malam ini aku mengerjakan sholat malam masih terlalu malam, belum lagi mendekati waktu sholat subuh. Akhirnya aku putuskan sholat malam sambil membaca mushaf di tangan kanan sambil bersedekap.
Rakaat demi rakaat telah aku lalui dan qur’an yang aku bacapun sudah lebih dari dua juz, tidak terasa sudah memakan waktu lebih dari dua jam untuk sholat malam dan sesekali diselingi dengan do’a dan bermunajat padaNya.
Setelah mengerjakan tiga rakaat witir sebagai penutup, akupun tertidur masih lengkap dengan pakaian sholatku. Dalam tidurku aku bermimpi berjumpa dengan Sarah, dia berlari bergitu riang ke arahku, sambil melambaikan tangannya ... sedangkan aku menemuinya dengan performa biasa dan sedikit acuh padanya ...
Sarah: "Assalamu’alaykum, John apa kabarmu?”
John: "Wa’alauykum salam, alhamdulillah aku baik-baik saja"
Sarah: "John, aku rindu sekali padamu ...”
Lalu Sarah mengambil punggung tanganku dan menciumnya, kemudian Sarah menubrukku serta memelukku dengan erat seakan enggan untuk dilepaskan, sampai sesak nafasku karenanya. Sarah mulai membelai pipiku dan bermain-main dengan ujung rambutku, tetapi aku tetap dengan performa diam dan sedikit mengacuhkannya
Sarah: "John, kamu kenapa John? kenapa kamu terlihat bersedih? Apa yang menyebabkan kamu bersedih? Apa indahnya taman-taman surga jika harus melihatmu bersedih”
Aku hanya diam dengan berondong tanyanya padaku, aku hanya menghiasi wajahku dengan senyum kecil untuknya …
Sarah: "John, kamu kenapa John? kenapa hanya diam saja, kamu tidak suka bertemu denganku?”
John: "Sarah, kamu ingat kalimat terakhir yang kamu ucapkan sebelum kita berpisah yang dengannya hatiku menjadi sakit"
Sarah: "Kalimat yang mana John?”
John: "Sepertinya kamu memang telah lupa dengan kalimatmu sendiri, baiklah aku segarkan kembali ingatanmu, kalimatnya seperti ini ‘jika nanti di dalam surga aku tidak bisa menjadi istrimu, jadikanlah aku budakmu. Tiada suatu apapun yang lebih aku cintai kecuali kamu’ … bagaimana, sudah ingatkah kamu?"
Sarah: "Iya, sudah ingat... lalu kenapa?”
John: "Sarah, mulai saat ini jadilah kamu sebagai budakku …"
Sarah kaget bukan kepalang lalu mundur beberapa langkah dariku, sepertinya masih belum percaya dengan ucapanku padanya …
Sarah: "John … kamu …”
John: "Pelankan suaramu, aku adalah tuanmu dan kamu adalah budakku"
Sarah: "ta .. tapi …”
Kali ini wajah Sarah menjadi pucat pasi, sepertinya begitu ketakutan dengan bentak suaraku. Tiba-tiba tubuhnya menjadi lemas dan hampir ambruk … segera aku ulurkan tanganku untuk menangkapnya, saat aku menolongnya tanpa sengaja mata kamipun bertemu, aku dapati matanya yang biru kehijauan berkaca-kaca, lalu kemudian dia palingkan wajahnya dari pandangan mataku …
Sarah: "Maafkan aku tuanku, aku hanyalah budakmu yang tidak pantas mendongakkan wajahku, apalagi menatap matamu”
John: "pelankan suaramu …"
Kali ini pecahlah tangisnya, tapi coba ditahan dengan kedua genggamannya untuk menutupi mata indahnya yang sedang menangis. Sarah, aku begitu sayang padamu … akupun berjalan menuju ke arahnya, berjalan membelakanginya lalu mengalungkan pelukku di lingkar pinggangnya yang ramping. Aku hirup setiap inchi wangi rambutnya, kucium jenjang lehernya, lalu membisikkan kalimat kesukaanku untuknya …
John: "Sarah, bacakan qur’an untukku karena aku sedang membutuhkannya. Tahukah kamu kalau saat ini hatiku sedang terluka, bagian itu sedang berdarah sepertinya telah bernanah dan hanya kamu saja yang bisa menyembuhkannya … Sarah, aishiteru … kamu saja yang pantas untuk mendapatkan kata cinta ini dariku dan bukan untuk orang lain, bukan untuk orang selain kamu …"
Sarah: "Ayat apa yang kamu suka untuk ku bacakan tuanku?”
John: "Sarah, bacakan surat apa saja yang kau ingin baca, karena aku ingin mendengar kalamNya dibaca dengan suaramu yang merdu, teruslah membaca hingga aku terbangun dari tidurku, Sarah … aishiteru"
Mulailah Sarah membacakan Surat Al Isra’ dari ayat pertama hingga beberapa ayat dan aku masih memeluknya erat sambil sesekali menyeka air mata yang keluar dari kedua ujung matanya yang indah, aku tetap memeluknya hingga akhirnya aku terbangun dari tidurku.
Aku masih bisa merasakan wangi tubuhnya yang melekat pada pakaian sholatku dan aku masih bisa merasakan linang air matanya di genggamanku. Mimpiku kali ini rasanya begitu nyata, ah ... semakin rindu aku pada panyejuk mataku, Sarah Al Bisri ...
di penghujung raka'at (lebay dot com)
Berapa banyak orang yang menawarkan dirinya untuk menyembuhkan lukaku, tapi sungguh aku enggan untuk kecewa, aku tidak ingin terluka lagi ... aku melihat dunia, melihat ke depan, dan terdapat kehidupan luas membentang, tanpa dia ... karena aku tidak ingin aku luka untuk kesekian kalinya, karena bilamana aku luka, semakin dekat jarak antara aku denganMu, aku khawatir salah berucap do'a, salah meminta yang dengannya akan memberi mudhorat pada sebagian orang ... laa ilaha ilallah, laa quwata ila billah
Kemarin saat bedah buku, ada yang datang menghampiri ku dan kami pun berbicara ringan
gadis: "Pak, nggak main-main ke Kudus!"
aku: "Ada agenda apa ya?"
Saat aku menjawab tanya darinya aku tidak melihat wajahnya, lalu saat aku melihat wajahnya... zaapppp, aku sepertinya kenal, aku sepertinya paham dengan cahaya yang memancar dari wajahnya, jantungku berhenti berdetak karena aku tahu bahwa gadis ini menyimpan Al Qur'an di hatinya. Subhanallah, ALLAH Maha Kuasa ... tapi aku coba untuk bersikap biasa-biasa saja ...
gadis: "ya main saja ke Kudus"
aku: "maaf, kalau tidak ada agenda yang jelas, saya nggak biasa pergi ke luar kota apalagi kalau tanpa agenda"
Gadis itu pun pergi walau tetap tersenyum tapi aku melihat raut yang lain, kemudian akupun melanjutkan sesi tanda tangan peserta bedah buku yang membeli novelku yang katanya penerbit novelnya mau diangkat jadi cerita film, ah .. whatever deh. Sedangkan untuk gadis itu, hmmmm ... aku sudah hilang rasa untuk bisa mencintai makhluk, kalau pun harus ada maka bukan dari sini, bukan dari orang yang pernah tahu tantang aku. Orang itu harus orang yang khusus dan bisa berjuang bersama, bahkan nyawa menjadi murah jika untuk senangkan ALLAH...
Saturday, October 3, 2009
Tahajud & Bermunajat padaNya
Lalu kenapa kamu Tahajud dan bermunajat pada sepertiga malam???
Ini pertanyaan menyangkut iman. Seorang perokok yang sudah mendapatkan manisnya menghisap rokok maka mereka tidak bisa serta merta berhenti dari merokok. Begitulah dalam amalan, bila sudah merasakan manisnya beramal, maka akan sedih bila kehilangannya, akan bahagia bila mampu mengamalkannya.
Dengan sholat malam, keuntungan penyertanya adalah disehatkan badan, dimudahkan urusan, dan janji ALLAH adalah mendapatkan maqoma mahmuda (tempat yang khusus). Tapi kembali lagi, ini tentang iman ... yakin dengan yang ghaib, bagaimana bisa merasakan manisnya sholat malam bila tidak pernah memulainya.
Sholat juga mi'rajul mukminin, pada sepertiga malam maka tidak ada jarak lagi antara seorang hamba dan ALLAH, apa saja yang dimau akan diberikan, baik disegerakan maupun ditunda. Dan sebagaimana mi'raj, maka kita bisa bermanja-manja pada ALLAH, mau ngomong apa saja bisa, ngobrol pada Dzat yang memiliki segala urusan.
Suatu hari aku menangis tersedu dalam do'a, "ya ALLAH, benarkah di surga tidak ada sholat? Apa nikmatnya surga bila tampa sholat, apa bahagianya kehidupan surga bila tidak menyenangkanmu dengan berlama-lama berdiri dalam sholat, ya ALLAH ... izinkan aku untuk mendirikan sholat dalam kubur, izinkan aku untuk tetap mendirikan sholat di dalam surga, karena surga untuk kesenangan nafsuku sedangkan sholat untuk kesenanganMu".
Ah, do'a yang aneh dan konyol ... tetapi bila sepertiga malam telah tiba, do'a sekonyol apapun boleh kita sampaikan, dan biasanya ALLAH akan langsung menjawab do'a kita saat itu. Apakah dengan hati yang semakin tawajuh pada ALLAH, dada bergemuruh seperti ada rasa cinta yang maha dahsyat, bulu kuduk berdiri, dan mata akan menangis karena takut pada keagunganNya...
ALLAH saja yang Maha Mengetahui, laa quwata ila billah
Wednesday, September 16, 2009
Kultumku bikin mereka nyengir kuda
Assalamu'alaikum, segala kemuliaan hanya milik ALLAH, sholawat dan salam selalu kita sampaikan pada panutan kita Rasulullah SAW...
Syukur pada ALLAH, kita masih duduk i'tikaf di salah satu dari rumah ALLAH. Tahukah kamu pahala i'tikaf di masjid? Siapa yang duduk diantara maghrib dan isya' dan melanjutkan i'tikafnya, maka akan mendapat pahala sebuah istana yang indah di surga. Begitu sejenak jarak antara maghrib dan isya tetapi pahalanya berupa sebuah istana yang indah di surga.
Beberapa ulama mengatakan bahwa istananya terbuat dari permata utuh (wooowww) dan terdapat 70 kamar dimana setiap kamar terdapat sebuah ranjang dengan seorang bidadari di atasnya... hmmmmmm (menghela nafas sejenak)
Seorang sahabat ra bertanya pada rasulullah, "ya rasulullah, apakah di surga ada persetubuhan", dijawab Nabi SAW, "bah, bah, bah ...". Ulama mengatakan, maksudnya adalah; ada dan luaaarrrrr biaaaaassaaaaaaaa. Bukan 15 menit, bukan 1 jam, bukan sehari, bukan sebulan, tetapi tahunan bahkan ratusan tahun
Suatu hari dalam khutbah selepas peperangan, Umar bin Khatab ra naik ke atas mimbar dan berkhutbah, "Wahai si mati syahid, berbahagialah kalian, karena ALLAH swt telah menyiapkan sebuah istana yang indah di dalam surga untukmu dimana istana itu memiliki 500 pintu dan setiap pintu akan dijaga oleh 5000 bidadari"
Ahli majelis cekikikan dengan kultum ustadz gadungan, lalu aku aku melanjutkannya...
Seorang ahli surga memiliki surga yang terkecil adalah seluas 10 kali dunia, dan kegemaran penduduk surga adalah berjalan-jalan mengelilingi surga mereka dengan diiringi pelayan-pelayan yang menyenangkan pandangan. Kendaraannya beraneka rupa bentuknya, ada yang seperti permadani terbang, kendaraan angin seperti kendaraan Nabi Sulaiman as, atau kuda bersayap seperti kendaraan Nabi Muhammad saw saat mi'raj.
Dalam pelesirnya, terkadang mereka melewati danau, bukit, sungai, kebun-kebun yang indah dan para penjaga semuanya adalah bidadari-bidadari yang cantik rupawan. Kalian mau? Kalaupun penduduk surga mau dan ingin 'melakukan' dengan para penjaga itu, boleh, bisa dan syah-syah saja, karena memang itulah surga...
Itulah kehidupan akherat, semua dapat kamu lakukan, semua bisa dan memang akheratlah tempat kita mengumbar hawa nafsu, bukan di dunia...
Jika dalam penyampaian, ada banyak kata yang kurang berkenan, maafkan saya dan pada ALLAH swt saya memohon ampunan. Agar menjadi majelis yang diberkahi dan tidak dianggap majelis lalai, kita bersholawat pada Nabi saw dan akhiri majelis ini dengan kifarah majelis, wassalamu'alaikum warohmatullah...
Sambil menunggu detik-detik berbuka puasa, seorang ahli majelis mendekati saya dan berkata, "akherat sedahsyat itu ya?", saya tersenyum dan berkata, "tidak, tidak seperti itu, tapi lebih dahsyat, keagungan, kemewahan, dan kemuliaan yang tidak bisa digambarkan oleh akal fikiran manusia". Orang tadi hanya diam dan melanjutkan dzikirnya ... la ilaha ilallah
Friday, September 4, 2009
Bubar lesehan 'peduli umat'
Tidaklah perlu untuk mencarimu
Dia: kenapa kamu tidak pernah mencariku?
Aku: (keep smile)
Dia: bukankah kamu tidak pernah berubah, bukankah masih ada rasa untukku
Aku: (keep smile)
Dia: kenapa kamu diam saja, kenapa kau enggan menjawab semua tanyaku..
Aku: haruskah aku mencarimu?
Dia: harus, walau hanya sekedar mengetahui bagaimana kabarku! Karena aku butuh itu
Aku: Aku tidak, aku tidak butuh itu. Kenapa harus lelah mencarimu? Biarlah waktu tetap berjalan apa adanya, dan aku tidah perlu habiskan umurku untuk mencarimu...
Dia: (menangis kecil seperti biasa)
Aku: Aku tidak perlu mencarimu, karena kau selalu ada di dalam hatiku. Jadi, kenapa aku harus berusaha tahu tentang kabarmu. Kau ada dalam dada ini, ada dalam sudut ruang di hatiku, walau ruang itu sudah lama tidak ku rawat, tapi kau tetap ada di sana...
Dialog kami selesai, akupun terjaga karena alarm sahur dan sholat malam telah berdering sejak 15mt lalu. Hmmmmffff, hidupku.. semua tentang ALLAH dan mencintaiNya saja
Saturday, August 15, 2009
Sunday, August 9, 2009
Detik-detik sakratul maut Rasulullah SAW
"Wahai umatku,kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian, Al Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, berarti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku."
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya.Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," keluh hati semua sahabat didunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang didalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut, "kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas.Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku"
(Peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu)"
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii,ummatiii" - "Umatku, umatku, umatku"
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi... Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.