Monday, June 9, 2008

Sarah boleh pulang

Andai Istriku Bekas … (Sarah boleh pulang - Bagian 27)

Setelah dua rakaat yang berat, dimana tiap ayat yang aku baca selalu disertai dengan cucuran air mataku. Aku mengangkat tanganku, dengan terbata-bata aku merayuNya, meminta dengan sangat padaNya.

Ya ALLAH, aku mencintaiMu, sungguh sangat mencintaiMu. Aku tidak pernah membantah apasaja yang Engkau timpakan kepadaku, tapi aku mohon kembalikan Sarah padaku. Aku baru sekejab memilikinya, dan Engkau kini mau merenggutnya dariku. Dulu Engkau pernah melakukannya padaku, sakit itu masih berbekas Ya ALLAH, aku masih kecewa, aku masih terluka, aku masih berdarah. Tiap jengkal hatiku masih merasakan perih saat Engkau merebutnya dariku. Lalu Engkau kirimkan gadis terbaikMu untukku, luka itu hampir sembuh, aku hampir pulih, tapi kini Engkau ingin merebutnya kembali. Ya ALLAH kurang apa baktiku padaMu, wahai Dzat pemilik segala nyawa, aku bisa terkurban untuk menyenangkanMu, tapi tolong, aku memohon padaMu, jangan Kau ambil Sarahku.

Aku menangis terisak-isak, tak bermalu. Aku tidak peduli dengan orang-orang yang keheranan melihatku menangis terisak-isak sembari melantunkan permohonan memaksaku padaNya, apa artinya malu jika dengannya Sarahku bisa kembali. Aku berdo’a semalaman hingga hampir masuk waktu sholat subuh, aku mengakhiri sholatku do’aku dengan sholat witir dan berjalan menuju musholah rumah sakit.

Setelah Sholat subuh, aku memeriksa dompetku, semua uang yang ada dalam dompetku termasuk beberapa lembar dollar Singapura aku sedekahkan ke dalam kotak amal musholah, lalu aku memohon lagi padanya. Ya ALLAH, dengan keberkahan amalku yang secuil ini, aku ingin hari ini Sarahku pulang ke rumah, amiiin.

Aku berjalan lunglai menuju kamar rawat inap tempat Sarahku beristirahat. Kemudian, aku mendengarkan suara bell yang berbunyi dan lampu indikator di dalam kamar Sarah menyala. Sarah ... ada apa lagi! Aku berlari kencang, dan bergegas masuk ke dalam. Aku dapati Sarah sedang duduk, bersandarkan bantal.

John: Sarah, kamu sudah duduk?
Sarah: (mengangguk manja) berkat do’amu John, sini sayang ... bari aku pelukmu

Aku senang sekali melihat wajahnya yang berseri kembali. Sarahku telah kembali, alhamdulillah. Terima kasih ya ALLAH, terima kasih ... dengan apa aku bisa membalasnya! Setelah berdiskusi dengan dokter yang bertanggung jawab atas perkembangan kesehatan Sarah, akhirnya Sarah diizinkan pulang. Senangnya aku, aku akan selalu menjagamu Sarahku, aku akan selalu menjagamu.

Aku menghubungi Dave, dan menyampaikan kabar kalau Sarah boleh dirawat di rumah sesuai dengan permintaanku dan juga Sarah. Dave segera menjemput kami, setelah urusan administrasi kami selesaikan, kamipun bergegas pulang.

Akhirnya pulang juga, aku masih membantu Sarah berjalan menuju ranjangnya. Sarah berjalan dengan perlahan, dan aku menuntunnya dengan sangat hati-hati.

John: Sarah, mau minum apa?
Sarah: Air mineral saja cukup
John: Tunggu sebentar sayang, aku segera kembali ...
Sarah: John, I love you ...
John: I love you too darling ...

Setelah mendapatkan air mineral, aku bergegas menuju Sarah … aku dapati Sarah sedang tertidur, Sarah … ternyata kau sangat rapuh dan lemah. Aku meletakkan gelas berisi air mineral di atas meja samping tempat tidurnya, aku duduk di bibir ranjang dan sesekali membelai wajah cantiknya. Sarah, jangan sakit lagi … berjanjilah padaku

Aku begitu lelah, mataku berat … sebelum aku jatuh terjerembab karena ngantuk, aku pergi ke kamar mandi dan membersihkan diriku, kemudian berwudhu. Kali ini aku sholat dhuha dan sekali lagi aku meminta agar Dia tidak merenggut Sarah dari ‘genggamanku’. Setelah beberapa rakaan, aku lihat Sarah sudah tejaga … aku bergegas menghampirinya, lalu menawarkan air mineral yang tadi dimintanya. Sarah hanya tersenyum, lalu dia bercerita bahwa tadi dia bermimpi indah …

Sarah: John ...
John: Ada apa sayang?
Sarah: Aku bermimpi melihat surga, aku menari-nari di dalam tamannya dan aku sangat menikmatinya. Apakah waktuku sudah dekat?
John: Sarah, jangan bicara seperti itu, kamu segera akan pulih dan menjadi Sarahku. Sarah, kamu tahu nggak … semalam, yang paling kencang tangisnya bila kamu tak kunjung sembuh adalah si Otong …
Sarah: (tertawa kecil) Si Otong bagaimana kabarnya, masih cemberut ya!
John: Sepertinya masih ...
Sarah: Tunggu besok ya, mudah-mudahan Sarah sudah sembuh ...
Senang rasanya mendengarkan tawa canda dari bibir tipisnya. Aku tersenyum pada Sarahku, dan Sarah selalu bisa memberikan senyum terbaiknya padaku ...

John: Sarah, ini minumanmu ...
Sarah: Terima kasih John ...

Hari ini, aku bolos kerja ... aku menelpon Pak Robert dan minta ijin padanya, syukurlah beliau memahami keadaanku. Akhirnya aku seharian menjaga Sarah, dan selalu memenuhi kebutuhannya.

Saat maghrib tiba, aku segera menuju musholah untuk sholat berjama’ah. Setelah itu aku segera kembali untuk menjaga Sarah. Lalu, Sarah meminta aku untuk memapahnya menuju kamar mandi ...

Sarah: John, aku mau mandi ... aku mau sholat, aku sudah bersih ...
John: Oh iya .... mau mandi ya, di bathtub saja ya, sambil berendam?
Sarah: Jangan, di shower saja ... tapi tolong pegangi aku

Aku memandikan Sarah dengan salah tingkah, bagaimana tidak ... si Otong bersorak gembira karena Sarah sudah sholat, berarti sudah nggak M dong, aduh plis deh jangan piktor. Selesai mandi, aku kembali memapah Sarah, membungkusnya dengan pakaian tidur dan juga pakaian sholatnya. Sarah aku dudukkan di atas sajadah, dan aku membiarkannya sholat sambil duduk, sedangkan aku masih berjaga-jaga jangan sampai Sarah kembali pingsan.

Selepas sholat maghrib, aku menuntun Sarah berbaring di atas ranjang. Aku menawarkan sesuatu untuk Sarah, tapi tetap saja dijawab dengan gelengan kepala.

Sarah: Lidahku pahit John, aku tidak ingin makan apapun ...
John: Sarah, kamu harus makan biar cepat sembuh. Obat dari dokter harus diminum setelah makan, jadi kamu harus makan. Makan bubur saja ya sayang!
Sarah: Iya deh, tapi disuapin ya ...
John: Tentu, apa sih yang nggak mungkin kalau untuk cantikku ...
Sarah: Iya Ust Jabal Nur ...
John: Sarah, kamu sudah tahu sejak lama ya kalau rekaman suara dengan nama file Ust Jabal Nur adalah suaraku …
Sarah: Iya lah sayang, karenanya saat kamu melamarku, aku merasa tersanjung, aku mencintaimu sebelum berjumpa denganmu ...
John: Sarah, kamu puitis juga ya ...
Sarah: Ha ... ha ... sebenarnya aku belajar darimu, aku mempelajari bait-bait kalimat yang kamu pakai untuk menyemangati para mahasiswa supaya mau meluangkan waktunya bagi kegiatan sosial dan keagamaan, aku suka gayamu John ...
John: Jangan bikin aku besar kepala ...
Sarah: Beneran, sumpah ... aku belajar dari rekaman suaramu, apa kamu tidak perhatikan rangkaian kalimat yang aku susun? Mirip sekali dengan caramu merangkai kata ...
John: Ya sudah, aku buatin bubur dulu ya sayang ...
Sarah: (mengangguk kecil)

Setelah makan bubur secukupnya lalu makan obat dari dokter, aku memilih sholat Isya bersama Sarah di dalam kamar. Aku mengajak Sarah untuk sholat berjama’ah ...

John: Sarah, sholat Isya bersama yuk ...
Sarah: Yuk, aku perbarui wudhuku dulu ya ...
John: Iya, mari aku bantu ...

Setelah semua siap, kami akhirnya menjalankan sholat isya berjama’ah. Aku berdiri di hadapan dan Sarah duduk di belakangku pada shaf makmum. Aku mempersingkat sholatku, dan selesai sholat, Sarah meraih tanganku dan menciumnya dengan lembut, menempelkan punggung tanganku di pipinya, lalu merebahkan dirinya di pangkuanku ...

Sarah: John, apa si Otong sudah siap?
John: Sarah ... kamu sehat dulu, baru boleh main dengan si Otong ...
Sarah: Ok deh, aku nurut saja ...
John: mari aku bantu berdiri, kamu harus banyak beristirahat ...
Sarah: John, kamu tidur di sampingku ya ...
John: (aku mengangguk tanda bersetuju)
Sarah: Aku ingin mendekapmu malam ini ...

Setelah menuntun Sarah di tempat pembaringan, aku menyusul untuk berbaring di samping Sarah, tapi kali ini aku harus tegas pada si Otong supaya tidak macam-macam, karena Sarah masih sakit. Otong, jangan cemberut ya ... Sarah masih sakit, jadi jangan menambah sakitnya.

No comments:

Post a Comment

Ingin berkomentar? cerita yang baik-baik saja, karena DIA suka dengan hal yang baik-baik. Siapa yang membuka aib, maka di akherat ALLAH akan membuka aibnya ...