Monday, June 9, 2008

Pulang

Andai Istriku Bekas … (Pulang - Bagian 26)

Tugas kantor selesai, seperti biasa ... Mr. Frank puas dengan presentasi kami, tapi kali ini tidak ada surat kecil untukku supaya aku menjadi Asia bagi Rebecca, karena dia sudah menjadi muslimah, katanya sih mau jadi muslimah yang baik dan benar ...

John: Dave, kita pulang langsung ke Surabaya kan?
Dave: Koq buru-buru sih, besok lusa saja ... aku mau ke Sentosa Island dulu ...
John: Aku pulang duluan ya, aku kangen Sarah, hatiku tidak enak ...
Dave: Oh begitu ya, ya sudah ... kita pulang sore ini juga …
John: Ya boleh, setuju banget ...

Hatiku berdebar-debar sejak tadi pagi. Aku heran, ada apa gerangan. Aku coba menghubungi telepon seluler Sarah tapi selalu nada tidak diangkat. Akhirnya kami dapatkan pesawat terakhir menuju Surabaya. Perkiraan tiba di Surabaya pukul 22.30 … aduh malam sekali …

Hatiku masih tidak karuan, susah hati karena tidak sekalipun Sarah mengangkat teleponku. Ada apa gerangan? Sarah, ayo hubungi aku, aku khawatir padamu, aku sangat khawatir padamu. Pesawat, cepatlah terbang … hantar aku untuk berjumpa dengan Sarahku

Sesampai di Juanda, aku mecoba menghubungi Sarah sekali lagi, dan jawabanya tetap sama. Kali ini aku coba menghubungi Ibu mertua, dan alhamdulillah diangkat juga …

Ibu: Assalamu’alaikum, John ... kamu di mana? Masih di Singapura?
John: Wa’alaikum salam, iya Bu ... ini saya, saya baru tiba di Juanda, ini segera pulang
Ibu: Jangan pulang, langsung ke rumah sakit ya ...
John: Siapa yang sakit Bu?
Ibu: Sarah tadi jatuh, ini Ibu sedang menunggunya di ruang tunggu rumah sakit, khawatir kalau ada apa-apa, cepat ke sini ya ...
John: I .. iya Bu, saya segera ke sana

Aku hanya bisa terdiam, Sarah di rumah sakit. Oh Tuhan, lindungi dia. Dave menghampiriku dengan keheranan, lalu bertanya ...

Dave: Siapa John, Ibu ya?
John: Iya, tadi aku telepon Ibu. Dave, aku naik taksi saja ya, aku mau ke rumah sakit, Sarah ada di rumah sakit sekarang ... titip barang-barangku ya ...
Dave: Sarah di rumah sakit? Iya, nanti setelah sampai apartement aku langsung menyusul ke rumah sakit ...
John: Sudah ya, aku pergi dulu ...

Di perjalanan, hatiku semakin tidak karuan. Sarah, apa yang terjadi padamu ... Ya Tuhan, Sarah belahan jiwaku, aku baru saja memilikinya, apakah Engkau ingin merebutnya dariku? Ya Tuhan, bukankah Engkau ada? Kenapa Engkau seperti Dave yang selalu ’usil’ dan ’menggangguku’. Sungguh aku selalu ikhlas dan redho dengan apa saja yang Kau timpakan padaku, tapi jangan pada Sarah, tolong Tuhan, jangan pada Sarahku.

Sesampai di rumah sakit aku bergegas menuju kamar dimana Sarah di rawat, di ruang tunggu depan kamar Sarah, aku melihat Ibu yang matanya sembab. Mungkin karena terlalu banyak menangis ...

John: Ibu, Sarah di mana?
Ibu: Ada di dalam sedang istirahat …
John: Apa boleh aku masuk, aku ingin melihatnya ...
Ibu: Semoga boleh, bilang saja pada dokter jaga kalau kau suaminya
John: Iya Bu ...

Aku masih kalut, aku melihat ke kanan dan ke kiri mencari-cari di manakah dokter jaga berada. Akhirnya, dokter jaga sedang melintas di depan kamar Sarah ...

John: Dokter, saya suaminya Sarah, apa boleh saya melihatnya …
Dr: Boleh, tapi sebentar saja, pasien sedang istirahat …
John: Iya dokter ...

Aku membuka pintu kamar rawat inap dengan perlahan, aku lihat wajah Sarahku pucat seputih kapas. Oh, Sarah ... kamu kenapa? Ini aku Sarah, John suamimu. Hiburlah aku dengan suaramu. Aku memandang Ibu dengan khawatir, dan sekali lagi aku memalingkan wajahku dan memperhatikan wajah istriku, aku merapikan kerudungnya dan membelai pipinya yang masih menyisahkan rona merahnya. Aku menarik kursi yang ada di bawah tempat tidur dan duduk di samping Sarah sembari menggenggam tangannya. Sarah, bangunlah sayang, aku ingin mendengar Suaramu walau hanya sedikit.

Beberapa saat kemudian, dalam kesedihanku yang memuncak, aku mendengarkan suara Sarah, walau pelan bahkan sangat pelan, hatiku gembira karenanya. Sarah, kamu sadar juga, aku menyeka air mataku dan menatap bening matanya yang biru kehijauan ...
Sarah: John, apakah itu kamu? Apakah hari ini sudah hari Rabu?
John: Benar Sarah, ini aku suamimu. Aku John, ini masih hari senin ... aku gelisah, aku ingin cepat pulang, aku khawatir padamu ...
Sarah: John, maafkan aku ... tadi aku bandel, aku ingin mengambil sesuatu dari atas lemari lalu aku terjatuh ...
John: Jangan begitu lagi ya sayang, sekarang kamu istirahat saja biar cepat sembuh dan cepat pulang ...
Sarah: (mengangguk kecil dan melanjutkan tidurnya)
John: Sarah, aku mencintaimu ...
Sarah: Aku juga John, aku juga mencintaimu ... (masih dengan mata terpejam)

Ku cium kening istriku, dan aku meninggalkan Sarah beristirahat. Aku menggandeng tangan Ibu untuk segera meninggalkan kamar, Ibu masing enggan meninggalkan Sarah, tapi akhirnya Ibu melangkah juga ke luar kamar dengan langkah berat.

Dave datang tergopoh dengan membawa beberapa keperluan seperti air mineral, wafer, roti, sajadah dan juga bantal. Setelah berbincang beberapa saat, kami memutuskan kalau malam ini aku yang menjaga Sarah, Dave menjemput paksa Ibu untuk segera pulang.

Dave: John, tetap contact ya ...
John: Iya, handphoneku dua-duanya nyala koq ...
Dave: Sudah ya, kami pulang dulu ...
Ibu: John, titip Sarah ya ...
John: (mengangguk dengan sungguh-sungguh)

Aku tidak bisa tidur, susah khawatir memikirkan Sarahku. Oh Tuhan, mau kau apakan aku ... bukankah aku masih hambaMu, apa aku kurang berbakti padaMu. Bakti apa lagi yang Kau inginkan dariMu. Mataku panas, airnya keluar dengan deras dan membasahi pakaianku. Akhirnya aku putuskan untuk mengambil wudhu dan menggelar sajadah ke arah kiblat. Aku ingin sholat, merayuNya, meminta Sarah dikembalikan padaku. Sarahku yang ceria, Sarahku yang suka cemberut, dan juga pencemburu ...

No comments:

Post a Comment

Ingin berkomentar? cerita yang baik-baik saja, karena DIA suka dengan hal yang baik-baik. Siapa yang membuka aib, maka di akherat ALLAH akan membuka aibnya ...