Friday, April 4, 2008

Beda Tipis

Cinta, mendengar kata itu saja rasanya bikin hati ini berdebar, jantung berdegup kencang, dan banyak lagi keanehan terjadi karena satu alasan, yaitu cinta. Hari itu terjadi diskusi aneh di kelas yang aneh juga. Mendiskusikan perkara yang tidak rasional di kelas yang sangat rasional, mendiskusikan perkara cinta di kelas matematika.

Sesi debat di kelas dirancang sangat unik, sayap kanan untuk rasa mencintai, dan sayap kiri untuk rasa dicintai. “Wuuuuu, Agus mah jomblo sejati, mana mungkin dicintai, kecuali sama Miss Jubel doang”, Romdhon cerita fakta tentang Agus, tapi dijawab santai oleh Agus, “hey men, mungkin hari ini aku memang belum dincintai dengan tulus, tapi aku sudah sering banget ngerasain yang namanya mencintai, cinta itu indah, bikin hangat di dada, kalian semua nggak akan paham deh, aku sampe lumutan karena terlalu sering mencintai”. Hua ha ha ha ha ... gelak tawa di kelas pasti bikin bingung Pak Cecep, pelajaran matematika koq bisa ketawa-ketiwi, “class ... class ..., coba deh, di sini kita bebas saling berpendapat, tapi jangan saling menjelek-jelekkan pendapat temen kita, sesama orang jelek itu harusnya rukun, jangan saling hina, nggak saling menghina aja sudah tampak terhina, jadi saya mohon kita diskusinya yang sehat wal afiat, dan gak boleh saling menjatuhkan”, kelas kembali ramai setelah dimoderatori oleh Pak Doel.

“OK, sayap kanan silahkan cerita tentang mencintai, konsep tentang rasa mencintai gak bisa keluar dengan sendirinya, tapi biasanya pengalaman pribadi orang per orang, siapa yang mau mulai duluan”, Pak Doel coba menjadi moderator yang baik dan benar, kemudian Fahmi mengacungkan tangannya, “mencintai itu lebih berharga dari dicintai, semua bisa kita lakukan untuk mencintai, tetapi kalau dicintai, posisinya hanya sebagai ’korban’, kadang kita sama sekali nggak tau kalau sedeng ada yang suka sama kita, tapi kalau mencintai, kita tau banget siapa yang kita cintai, kenapa kita bisa mencintai, dan sebagainya, jadi mencintai itu lebih keren, cool men, cool banget ...”. Waaaw, menusuk kalbu deh, “lalu ada tanggapan dari sayap kiri?”, Mustain sebagai wakil sayap kiri mulai panas, “sebenernya saya suka dengen penjelasan Fahmi, tapi in this case posisi saya ada di sayap kiri, jadi saya akan mengeluarkan ilmu kanuragan saya yang berkenaan dengan rasa dicintai, em .. menurut saya sih, dicintai itu asyik juga, apa lagi kalau sampai gayung bersambut, sama-sama mencintai dan sama-sama dicintai, jadi nggak bertepuk sebelah tangan, tapi kalau kebetulan terpaksa harus dicintai saja dan kita tidak bisa membalas dengan mencintai, wah ... saya yang tampan ini sering banget ngerasain yang seperti itu”, Hua .. ha .. ha ... kelas tidak terima kalau ada yang mengaku tampan, “hoey, yang paling tampan se jubel raya ini hanya Pak Nuruddin doang, jangan berani-berani ambil jabatan orang lain dong”, komentar Saychu memecah konsentrasi Mustain yang sedang jadi orang tampan, lalu Mustain melanjutkan penjelasannya, “ehem, aku lanjutin yah ... jadi sebagai orang yang dicintai, mungkin kita bisa jadi salah tingkah juga karenanya, apalagi jika yang suka sama kita itu nilainya di atas 7, tapi hati ini gak bisa dipaksa untuk membalas cinta, ini perkara yang sulit, nggak rasional, jadi kenapa harus paksakan diri untuk mencintai”, kemudian Agus membantah argumentasi Mustain, “eh, tega ya kamu mengabaikan cintanya orang lain, cinta itu anugrah, kalau kebetulan kamu dicintai orang trus kamu gak punya rasa, kasih ke aku aja, aku kan masih kosong, siapa saja layak jadi permaisuriku, asalkan dia mau mencintai aku setulus hatinya, maka pasti cintanya akan kubalas 70x lebih banyak, pokonya lebih-lebih deh ... bumi bisa ku gali, lautan api akan ku sebrangi, bahkan jika dia inginkan urat di jantungku, langsung akan aku belah dada ini di hadapannya, dan akan aku serahkan langsung padanya”, yeeeeek, anak-anak melontarkan sumpah serapah pada Agus karena jijik dengan penjelasannya yang begitu tulus.

Argumentasi dan penjelasan dari sayap kiri maupun sayap kanan begitu menarik, tetapi bagaimana pandangan Pak Doel tentang mencintai dan dicintai, “em, karena posisi saya di tengah jadi saya akan menjelaskan yang ditengah-tengah juga, tidak memegang rasa mencintai ataupun rasa untuk dicintai, begini ... hati itu punya satu ruang, kalau sudah terisi maka ruang itu menjadi penuh dan tidak bisa diisi dengan cinta lain”, seisi kelas konsentrasi penuh memperhatikan, kemudian Pak Doel melanjutkan penjelasannya, “kalau kita sudah mencintai dunia, maka kita akan sulit untuk mencintai akherat ... yang terjadi adalah opsi, kita harus bisa mengambil keputusan yang terbaik, apa yang akan kita pilih, mencintai akherat atau mencintai perkara yang sebentar lagi akan kita tinggalkan”.

Anak-anak merasa kurang puas dengan penjelasan Pak Doel, “Pak, koq cerita tentang cintanya jadi begitu sih, memangnya gak pernah punya rasa itu? Ini tentang cintai makhluk yang paling nggak rasional, ini tentang gadis-gadis yang suka bikin kita sebel itu ... bagaimana Pak”. Pak Doel menghardik pendapat muridnya, “jangan pernah menyalahkan wanita, mereka itu bukan makhluk yang menyebalkan tapi … sering bikin BT”, kirain mau ngomong apaan, tapi pendapat pak Doel langsung di-iya-kan oleh hampir seluruh kelas, kecuali oleh mereka yang belum bisa merasakan rasa cinta, atau memang belum akil baligh. “maksudnya bagaimana, Pak?”, lalu Pak Doel melanjutkan penjelasannya, “begini, mereka itu memang tercipta untuk melengkapi kekurangan kita, kalau nanti sebagai laki-laki sejati lalu kalian mencari uang, mencari nafkah untuk keluarga, maka merekalah yang bertugas untuk menghabiskan uang kita”, Ha ... ha ... ha ... anak-anak tertawa lepas, “itu bahasa kita para lelaki, tapi bahasa halusnya begini, mereka bertugas untuk mengatur keuangan di rumah tangga kita ... begitu”. Yusuf kurang puas dengan istilah BT pada para gadis pujaan hatinya, “trus, tentang cewek-cewek yang bikin BT itu maksudnya apa Pak? Emang bikin BT beneran?”, “Nah, gitu … gak ngerti sesuatu, tanya dong … BT itu artinya Bikin Terenyuh, mereka itu lemah jadi kita yang tercipta lebih kuat harus melindungi, mereka itu manja, kita yang gagah berani, kasar dan rada-rada brutal bisa dinetralisir prilakunya oleh kelembutan mereka, mereka itu detail dan teliti, sedangkan kita itu nggak teratur urusin perkara kecil yang sering bikin kita gampang marah, jadi kesimpulannya mereka itu betul-betul melengkapi hidup ... itu bagi yang mau hidup normal”, semua mata langsung memandang ke arah Ahmad, Ahmad merasa sedang diamati oleh penduduk kelas, “apa pada liatin aku, gini-gini aku juga normal ... Fuad, mari sini sayangku”, semua kelas tertawa dengan tingkah kocak Ahmad, sedangkan Fuad langsung melarikan diri ke luar kelas.

Seusai diskusi itu, pembicaraan masih dilanjutkan, tetapi pada kelompok-kelompok kecil, ada yang di pinggir kolam, depan teras musholah, di dalam kamar asrama, di bawah rerindang pohon, dan banyak lagi.

Majelis Pak Doel menjadi tumpuan kelompok santri yang masih penasaran, “menurut Bapak, enak dicintai atau mencintai?”, Pak Doel coba menjawab, “emmm, keduanya beda tipis, bisa saja kita mati-matian mencintai, tapi ternyata orang yang kita cintai nggak punya rasa sama sekali, itu namanya cinta kelapa, kita ada rasa cinta, orang yang kita cinta nggak kenapa-kenapa, gak punya rasa”, santri dalam majelis saling pandang dan terkekeh sampai memegangi perutnya. “iya Pak, males banget deh kalau cinta nggak terbalas, bikin sebel … trus solusinya bagaimana Pak”.

Pak Doel menghela nafasnya, “saya punya track record sebagai playboy kampus, dan sebagai playboy saya gak boleh ada rasa”, semua merapatkan barisan, semua pengen dapet cerita langsung tentang si playboy kampus, “beneran Pak, koq bisa terjerumus jadi playboy begitu, wah ... harus belajar dari maha guru nih”, Agus berkomentar dengan semangat, Mustain menimpali, “Gus, sadar kenapa, walaupun kamu berlagak jadi playboy, siapa juga yang mau sama kamu Gus, ketahuilah wahai Agus yang bertampang standar, kalaupun seluruh stock lelaki di muka bumi telah habis dan hanya tinggal kamu sendirian, maka wanita yang ada di muka bumi ini tidak akan langsung pasrah menerima kamu Gus, mereka semua langsung bunuh diri secara berjama’ah, gak mau jadi istrimu ...”. Tawa mereka meledak, tetapi segera berubah khusyu karena menanti kelanjutan cerita dari Pak Doel, sedangkan Agus hanya bisa memendam dongkol yang belum tuntas, “awalnya sih teman kampus mak comblangin dengen cewek se-angkatan, trus ternyata ada yang nggak rela, lalu temen kelompok belajar ada yang nembakin saya, akhirnya saya gak mungkin banget memilih salah satu dari mereka, hanya sekedar teman sih gak apa, tapi kalau harus memilih ... sulit banget, saya pengen banget mereka semua tetap akur sebagai teman, khawatirnya gara-gara memilih salah satu dari mereka, lalu terjadi pertumpahan darah, terjadi permusuhan diantara mereka, kan jadi berabe”.
Lalu Saychu bertanya, “koq mereka nekat kejar-kejar Bapak, bagaimana bisa begitu, dan yang paling penting, bagaimana caranya, saya juga mau Pak”. Pak Doel tersenyum garing, “semua itu tentu ada alasannya, ya tentu saja karena wajah dong, tapi jika alasan mereka adalah uang, maka mereka akan kecewa, setiap mereka ajakin jalan, sengaja saya nggak mau keluarin duit walaupun satu rupiah, biar mereka jera ngajakin saya jalan, eh ternyata nggak jera juga, kadang saya sengaja diundang ke rumah mereka hanya untuk makan malem, sarapan pagi, dan tentu saja saya harus sebisanya mengatur schedule supaya selalu dapet makan gratis, pernah juga makan malem sampe 3 kali, di tempat yang berbeda ... ya, begini resiko jadi orang keren”.

“trus lanjutannya begimana Pak?”, Mustain merasa kisah playboy kampus belum tuntas, kemudian Pak Doel melanjutkan ceritanya, “kelanjutannya sebenernya nggak ada, mungkin salah saya juga karena gak ajakin mereka rembukan bareng tentang krisis cinta ini, semua juga ada batasnya, termasuk kesabaran mereka untuk tetap selalu berharap lebih dari saya, dan kondisi ini berlanjut hingga saat rata-rata temen se-angkatan sibuk dengan skripsi mereka masing-masing”, Mustain tidak faham apa itu kemudian bertanya, “maksudnya apa pak?”, lalu, “itu berarti mereka mengharapkan cinta yang gak mungkin saya berikan sampai 4 tahun, saya gak pernah merasa menggantung cinta yang mereka harapkan, dan disaat itu juga ada yang banting setir ngobral cinta ke siapa saja yang nembakin, lalu ada juga yang jadi sensi, gampang marah bahkan hanya karena urusan kecil seperti pensil ujungnya patah, bisa ngamuk layaknya banteng matador, dan gadis terakhir yang membuat saya terenyuh, dia jadi pemurung, sedih, dan ... saya jadi ikutan sedih, kala itu saat pertama saya ngajakin si wajah murung ngomong, bukan sebagai teman biasa, tetapi bener-bener dari hati ke hati”.

“waaaaah, seru tuh ... ini endingnya ya Pak”, Agus mulai bersemangat dengan cerita cinta playboy kampus di penghujung, “emmm, nggak juga, saya ajakin dia untuk saling curhat, saya cerita semua tentang saya dan dia juga, ughh cerita-ceritanya betul-betul bikin terenyuh, dia cerita tentang keluarganya yang berantakan, dia sering dipukuli oleh kakaknya, sering diomelin orang-orang serumah, dan memang anaknya lembut banget, sehingga dia selalu jadi korban dan gak berani melawan, itu juga alasan dia suka saya, karena sedikitpun saya gak pernah keluarin kata-kata kasar, walaupun dia punya kebiasaan rada aneh yaitu suka cubitin saya sampe ini tangan merah-merah semua, tapi saya gak pernah marah, selalu saya bales dengan senyum ke dia, dia butuh sosok orang yang perhatian dan peduli, tapi obrolan kami saat itu memang menjadi penghujung perjalanan playboy kampus, dengan terus terang saya bilang kalau saya hanya bisa beri perhatian ke dia sebagai teman, juga sebagai saudara dan tidak bisa lebih”. Anak-anak mulai menuju puncak, “koq gitu sih Pak, dia kan sudah pengen banget dengen Bapak, koq gak diterima aja cintanya...”, Agus sewot banget karena Pak Doel mengabaikan cinta si gadis pemurung, lalu Pak Doel menjawab, “karena saat itu saya juga butuh cinta sejati, cinta yang sempurna, saat itu saya baru kenal dengan Islam, kenal dengan begitu hebat pengorbanan para Nabi a.s. ajmain dan para sahabat r.hum ajmain untuk meraih cinta dariNya, saat itu saya baru mulai belajar tentang Islam, belajar tentang sholat, tentang sedekah, bahkan berfikir sebagaimana Nabi SAW berfikir, yaitu untuk selamatkan seluruh ummat manusia agar sama-sama masuk ke dalam surgaNya, tempat yang mulia, yang disediakan hanya untuk mereka yang berserah diri, dan saya ingin banget menjadi bagian daripadanya, mari-mari ikut Nabi SAW, taat padaNya, dan mari-mari masuk surga bersama secara berjama’ah”.

Akhirnya majelis pencari cinta sejati Pak Doel bubar, Pak Slamet sudah hidupkan mobil anter jemput guru untuk anterin guru-guru balik ke Surabaya, pedal gas bolak-balik diinjak bikin APV meraung-raung, “sudah dulu yah, sudah dijemput nih, ntar lain kali disambung, OK”.

Wahai Dzat pemilik khazanah tentang cinta, sebanyak apapun rasa cinta yang aku curahkan untukMu, semua tidak bisa membalas cintaMu padaku. Aku mencintaiMu melebihi cintaku pada diriku sendiri, kesukaanku hanya dalam menyebut namaMu, kecintaanku hanya dalam menjalankan perintahMu, dan dalam ketaatanku, aku hanya mengharapkan keredhoan dariMu saja.

Tidak ada yang pernah tau kalau Pak Doel punya segaris cerita tentang mencintai makhluk terindah, karena memang kisah ini ditutupnya dengan sangat rapat, hanya untuk dirinya saja. Di dalam diary digitalnya dapat dijumpai bait-bait kerinduan tentang cinta sejati, cinta yang juga diizinkan olehNya, cinta yang dapat membawa diri kedalam kesukaanNya, juga untuk menggapai keredhoanNya.

Senyum manis itu, segera akan hilang dari benakku dan matamu yang selalu bersinar, tidak akan pernah terlintas lagi, suara merdu yang selalu menggetarkan hatiku, sungguh ... getar itu akan segera dilupakan

No comments:

Post a Comment

Ingin berkomentar? cerita yang baik-baik saja, karena DIA suka dengan hal yang baik-baik. Siapa yang membuka aib, maka di akherat ALLAH akan membuka aibnya ...