Selesai sholat ashar berjama’ah di musholah, sebagian santri putra kembali ke ‘kandang’ mereka masing-masing, sebagian lainnya masih bertahan di musholah selesaikan wirid petang mereka, tapi hari itu Pak Doel belum pulang ke Surabaya. Sekelompok santri badung menyusun rencana untuk ‘menjebak’ Pak Doel sehingga ‘terperosok’ dalam bujuk rayu mereka. “eh, Pak Doel belum pulang, kita kerjain yuuuk, kita ajak ke warung bawah trus traktir kita semua … bagaimana?”, Romdhon melontarkan ide cemerlangnya, Ahmad langsung sambung dengan ide tersebut dan menganggukkan kepala, “ya, betul banget, ini penting buat tingkatkan gizi kita, khususnya asupan nutrisi yang sifatnya gratisan, waaaah … penting banget”. Skenariopun disusun, Ahmad cs sudah nongkrong di warung bawah, sedangkan petugas pemburu orang ganteng sedang menyiapkan jaring-jaring ‘cinta’ mereka untuk menangkap Pak Doel.
Dari arah kantor, Pak Doel sudah melihat gelagat murid-muridnya yang mencurigakan, “pada mau ngapain, aneh banget, gak biasanya mereka tebar pesona dengan sangat ‘mempesona’, semua anak-anak cowok pada senyam-senyum di musholah nih ada apa ya, harus hati-hati nih”.
Romdhon datang menghampiri Pak Doel, tapi sebelum bicara Pak Doel langsung mendahului, “sepertinya kita gak saling kenal ya, ada apa senyam-senyum”, Romdhon kaget, waduh apa sudah tau kalo mau dikerjain, kemudian Romdhon menjawab canda Pak Doel, “gitu ya, sombong sama muridnya sendiri, emm … Pak, jalan-jalan ke bawah yuuuk”. Aneh banget, ajakin jalan-jalan koq ke bawah, tempat warung mi rebus, wah … dasar anak-anak badung, awas yah, ntar nilainya saya diskon seperti diskon supermarket kalo sambut lebaran. Tapi, setelah terdiam beberapa saat, serta mengingat ‘penderitaan’ mereka yang ‘bertahan’ hidup dengan menu seadanya, jadi kasihan juga nih. Akhirnya Pak Doel menerima ‘tawaran’ Romdhon ‘jalan-jalan’.
Di warung bawah, sesuai skenario mereka … Ahmad langsung mempersilahkan Pak Doel masuk ke dalam warung 3 x 3 meter persegi tersebut, sedang yang lain dengan membabi buta ambil makanan, pesen mie rebus, gorengan, coklat panas, dan sebagainya, kemudian Ahmad pura-pura bertanya, “Pak, gak ikutan makan …?”. Melihat tingkah mereka yang begitu ‘ganas’, Pak Doel hanya tersenyum, duh nih anak-anak seperti gak pernah makan setahun aja, ajakan Ahmad hanya dibalas dengan anggukan kepala dan duduk di tempat yang kosong sembari ambil satu pisang gorang.
Kemudian Fahmi keluar dari kandangnya dan ikut nimbrung pesen mie rebus, “Pak Doel ulang tahun gak bilang-bilang, yeee, ni dibayarin semua kan …”, padahal belum ada akad perjanjian mau di bayari, eh main ambil aja, tapi biarin aja deh, asal gak tiap hari aja, malu padaNya kalau selalu minta pada selain ALLAH.
Sambil makan, Fahmi berlagak akrab, “Pak, koq mau sih ngajar di sini, Bapak kan arsitek, memangnya di luar gak ada kerjaan, atau mbolos dari kantornya ya …?”, pertanyaan Fahmi yang bertubi-tubi hanya di jawab dengan senyum kecil, Pak Doel tersenyum sembari menghitung perkiraan pengeluaran setelah ‘dirampok’ oleh murid-muridnya, “em, ada sih, di kantor banyak kerjaan, tapi kalo sedang ada urusan dengen pondok, temen-temen di kantor saya beri tahu, saya kan sudah terlanjur jadi tukang insinyur, jadi mau beramal pakai apa lagi kalau enggak bantuin keperluan pondok, lagian PR saya di pondok masih banyak, gedung kelas yang 10 lokal buat adek-adek kelas kalian saja belum rampung di bangun, padahal sudah mau tahun ajaran baru”. “lho, berarti Pak Doel ngajar kami gak digaji, trus ngapain ngajar, kan cape … kalau saya sih mana mau”. Kembali Pak Doel tersenyum, “bukan gak dibayar, ada sih bayarannya, cukup lah buat traktir kalian makan-makan di warung mie rebus seperti ini”. Anak-anak saling pandang, Romdhon ikutan bicara, “eh, siapa yang minta dibayarin, kita bayar sendiri-sendiri koq, ya gak?”. Ahmad langsung tersedak, ingin rasanya memuntahkan 7 gorengan yang sudah pindah tempat ke dalam perutnya, terbayang olehnya kalau harus bayar sendiri-sendiri, 7 x 500 ditambah mie rebus 2000, trus coklat panas 1500, lho koq banyak … demikian fikiran Ahmad. Tetapi kekhawatiran Ahmad ternyata segera lenyap, Pak Doel langsung ‘menolongnya’ dengan menjawab, “nggak koq, semua yang kalian makan sekarang, biar saya yang bayar, nggak apa-apa koq”.
Fahmi kembali bertanya, “memang di luar gajinya arsitek berapa sih Pak”, Pak Doel melotot, “ya gak boleh tau, rahasia perusahaan”, Romdhon menimpali, “halah, tanya gitu doang gak dijawab, iya Pak, berapa gajinya di luar sana …”. “jangan fikir tentang gaji lah, semua itu sudah ditetapkan ALLAH sebelum kita lahir ke dunia, kerja sungguh-sungguh boleh banget, kalau takut miskin juga masih manusiawi, tapi kehidupan setelah mati jangan di lupakan, itu rumah kita yang sebenarnya”. Ahmad ikut penasaran, “trus gajinya arsitek berapa?”. Hemmm badung banget sih, dibilangin rahasia perusahaan, “emm, kira-kira 10x gaji guru, tidak termasuk bonus dan intensive tertentu kalau berprestasi dalam proyek yang saya pegang”. Anak-anak saling pandang, “waaa, gede banget … koq Pak Doel performanya biasa aja sih, beli baju yang bagusan sedikit kenapa, biar macho seperti artis gitu lho”, “kenapa yah, karena dilarang olehNya, kan ada ayatnya kalau bermegah-megah itu bisa membuat lalai, hingga masuk dalam kubur juga masih lalai, jadi saya takut banget kalau sampai jadi hambaNya yang lalai”.
“Dunia ini hanya tempat persinggaan, tempat tinggal kita yang sebenarnya kan di dalam Syurga, tempat yang telah Dia sediakan untuk kita, jadi sangat tidak pantas kalau mau hidup bermewah-mewah di dunia, kan bukan rumahnya, karena rumahnya sesungguhnya nanti di dalam syurga”.
Setelah melihat anak-anak sudah selesai dengan makanan dan minuman masing-masing, Pak Doel berdiri dan mengeluarkan dompetnya lalu membayar sesuai tagihan yang tertera. Kemudian Pak Doel kembali ke kantor madrasah untuk menyelesaikan urusannya, sedangkan anak-anak putra masih belum bisa berdiri karena perutnya masih kekenyangan, penuh dengan makanan gratis hasil ‘negosiasi’ …
Friday, April 4, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Ingin berkomentar? cerita yang baik-baik saja, karena DIA suka dengan hal yang baik-baik. Siapa yang membuka aib, maka di akherat ALLAH akan membuka aibnya ...