Friday, April 4, 2008

Lunch with Rara (AMG)

Akhir Oktober 2006, Lunch
Pak Doel ngajakin Rara Lunch, sebenernya ide itu muncul karena Rara sedang dirundung ‘suka’, hi… hi… Rara lagi suka sama cowok. Lho, apa hubungannya dengan Pak Doel, si arsitek yang mendadak guru … Rara mau curhat tapi masih malu, ntar diketawain …

“Ya enggak la, nggak mungkin saya tega ngetawain Rara … ok, kita makan di mana, tapi ajakin temen ya, jangan sendirian, ntar dikira nge-date lagi, waaa gawat, apa lagi kalau ada wartawan infotainment, bisa disebar luaskan ke seantero pondok, gawat”, Pak Doel mengajak Rara Lunch, itupun supaya Rara nggak canggung kalau mau curhat.

Rara sudah stand by di supermarket jalan Pemuda, janjiannya adalah makan masakan Italia, tapi yang biasa aja, pizza dan pasta, itupun Pak Doel yang menentukan tempatnya.

“Pak, sudah di mana, saya sudah nyampe nih …”, Rara menelfon, padahal saat itu Pak Doel baru selesai sholat ashar di masjid dekat kantornya, “Iya, ini juga lagi on the way, 15 menit deh tungguin”, setelah sampai di lokasi, kini Pak Doel yang bingung cariin restoran yang di maksud, lalu telpon balik ke Rara, “hi… hi… eh, restorannya di sebelah mana?”, “deket pintu barat, atau kita ketemuan dulu aja di pintu barat”, sambil berlari kecil menuju pintu barat, dari kejauhan terlihat dua sosok kucel berjilbab norak, wah pasti ini dia … mereka yang jalannya zig zag nih pasti Rara, tapi sama siapa, katanya sama Merry … lalu Pak Doel datang menghampiri, “lho, koq sudah di sini, kirain masih jauh, makanya kita jalannya pelan-pelan”, Rara membuka pembicaraan, eh rupanya bareng Kiki, “emm, restorannya sebelah mana?”, Pak Doel bertanya pada dua makhluk kucel di depannya, kemudian Kiki memimpin di depan, mungkin sudah terbiasa keliling di supermarket ini, halah paling sekedar jalan, mau belanja pake daun pisang, nyadar … SPP tuh dilunasin dulu.

Setelah memilih tempat duduk, pelayan datang menawarkan menu utama, kemudian … “Eh, pilihnya terserah, tenang ada boss yang bayarin”, Pak Doel menawarkan ‘jasa’ tumbennya sambil memandangi mereka bergantian, duh koq pilih menu aja pake lama, “lama banget sih, pilih yang paket aja biar cepet …”, “iya, setuju … kalo begitu paket yang untuk berempat, pizzanya empat, trus Pak Doel mau yang pake spaghetti …?”, Kiki sebagai ‘petugas’ pilih menu bertanya pada Pak Doel, “Iya, saya suka banget spaghetti di restoran seperti ini, enak dan biasanya pake potongan daging” … Rara dan Kiki saling pandang, dan menyamakan fikiran, “makanya jadi gendut …”, “eh, ngomong apa barusan, kurang ajar …, murid durhaka gak bisa pinter matematika, itu judul film sinetron hidayah minggu depan”, Pak Doel mendengar bisik-bisik kecil kedua murid-muridnya, “alah, gitu aja diambil hati, kitakan bicara fakta dan tidak direkayasa”, …

“Rara, katanya mau curhat, ayo cerita di sini aja …”, Pak Doel mulai bertanya pada Rara, “em, malu Pak, ada Kiki sih …”, “lho mana Kiki, anggap aja gak kelihatan …”, “ya nggak bisa lah Pak, walaupun dianggap gak keliatan, tapi masih tercium baunya …”, Kiki melotot sambil melayangkan tinjunya ke arah lengan kanan Rara.

“Ya sudah, kalau gak jadi curhat, kita sekarang acaranya makan-makan saja, curhatnya lain kali saja kalau sudah siap hatinya, dan juga kalau sudah siap aku ketawain…”, “lho, koq gitu sih, katanya nggak diketawain …”, Rara sewot, tapi tetep aja pake cengar cengir dan haha hihi, “becanda, kalo gak bisa curhat sekarang, nanti aja via telpon saja, OK Rara … Rara apa Rois?”, “lho, koq tau sih, tau dari mana Pak?”, trus Pak Doel jawab enteng, “ada deh, pokoknya tau aja …”.

Malemnya, Pak Doel telpon Rara …, “Rara, di mana? Di rumah ya?”, “iya, lagi di rumah nih, begini Pak, langsung aja yah, saya tuh lagi bingung, dia itu sering banget telpon saya, trus kemarin dia tanya … sudah punya soul mate belom, dan saya jawab … sudah, eh telponnya langsung dimatiin, sayakan jadi bingung banget, kira-kira dia tersinggung gak ya”, lalu Pak Doel coba menjawab dengan bijak, “suka sama cowok itu normal, tapi sebenarnya untuk kasus seperti kamu sekarang ini, belum saatnya, kamu itu sedang sekolah … tapi by the way, saya sebut dia dengan nama asli atau Rois saja”, “waaaa, jangan buat saya malu dong Pak, nama samaran aja .. iya, sebut aja Rois …”. Lalu Rara kembali berkicau, “sebenernya sewaktu saya bilang sudah itu mau bilang kalau sudah ada calon kuatnya, yaitu dia … eh, telponnya keburu ditutup, ugh sebel campur sedih deh … saya telpon balik gak bisa …”. “Begini aja, pake strategy lempar bola”, “maksudnya bagaimana?”, lalu Pak Doel menjelaskan strategy yang dimaksud, “coba bertanya dengan kalimat-kalimat yang menjebak, misalnya, eh kamu suka cewek yang seperti apa sih … nanti dia akan jawab, ini itu dan sebagainya, apapun jawabannya kalau masih mirip-mirip dengan kamu, ntar kamu bisa bilang aja, lho cewek idealmu koq saya banget ya, kalau dia tertawa, pura-pura nggak suka atau bilang gak mungkin, maka berarti iya, tapi kalau dia diam saja, maka bersiaplah untuk menjadi teman saja, atau kalau dia berkata tidak sampai lebih dari tiga kali, berarti tidak beneran, dia sungguh-sungguh gak suka …, tapi bagi saya … hanya orang bodoh dan goblok yang nggak suka sama cewek sebaik dan semanis Rara”, dari seberang sana Rara tertawa kencang, “hua… ha… ha… Pak Doel bisa aja, saya sampe terbang dibuatnya, wah wah … bisa kepentok langit-langit rumah nih kalau begini, sudah ya Pak, makasih banget jawaban dan pencerahannya …”.

Begini kalau punya ‘pekerjaan’ rangkap banyak, bisa jadi arsitek, guru, paranormal, dan psikolog remaja. Semoga sukses aja deh kalian semua, dan yang harus digaris bawahi adalah, pacaran tuh gak penting banget, yang diajarkan dalam agama Islam sudah lengkap, maka jangan pernah memilih jalan alternatif, kalau mau perkenalan ada jalan dan caranya yaitu ta’aruf, ada muhrim yang menemani, ada orang tuanya, dan sebagainya. Tapi harus diinget baik-baik, sudah siap nikah belum … kalau belum, tau diri dong

No comments:

Post a Comment

Ingin berkomentar? cerita yang baik-baik saja, karena DIA suka dengan hal yang baik-baik. Siapa yang membuka aib, maka di akherat ALLAH akan membuka aibnya ...