November 2006, Pengumuman Penting
Pak Doel membuka kelas dengan memberi pengumuman pada anak-anak di kelas matematika, “Perhatian semua, saya mau beri tau, bahwa saya hanya mampu mengajar kalian hingga akhir semester ini saja, kantor tempat saya bekerja akan mengirim saya ke Jepang untuk melanjutkan studi”. “lho, koq gitu sih pak”, Rara merasa kurang puas dengan pengumuman sepenggal dari Pak Doel, sedangkan Sari akhirnya juga ikut bicara, “katanya sampai kelas dua, koq hanya sampai semester dua sih …?”
Kabar tentang rencana keberangkatan Pak Doel untuk melanjutkan studi ke luar negeri tersebar sangat cepat ke seluruh pondok pesantren, termasuk pondok pesantren yang berlokasi di Surabaya. Saat berpapasan jalan dengan Ni Iroh anak Pak Kyai, sambil senyam senyum dia menyapa, “waa, yang mau ke Jepang koq masih di Surabaya … kehabisan tiket ya, atau ketangkep di imigrasi karena berwajah teroris … makanya wajahnya jangan jelek-jelek amat akhirnya dicurigai kan”, “enak aja, saya itu sedang melarikan diri untuk sementara, di bandara tuh sedeng ada razia orang ganteng, makanya saya tunda keberangkatan dari pada ketangkep”, Pak Doel dan Ni Iroh ketawa bareng, selain karena sudah kenal lama, Pak Doel juga pernah ‘dijerumuskan’ oleh Pak Kyai untuk mengajar di pondok Surabaya dan ternyata di kelas Ni Iroh, jadi memang Ni Iroh statusnya adalah sebagai murid Pak Doel juga. Kalau sedang singgah ke ruma Pak Kyai, Ni Iroh langsung ready siapin minum, dan ada makanannya lagi, kalau yang nyiapain minum orang lain, boro-boro deh.
Pernah suatu hari, yang beri suguhan untuk tamu tidak faham kalau Pak Doel tidak suka kopi, akhirnya kopi yang dihidangkan tidak disentuh sama sekali … adzan berkumandang, Pak Doel pamit untuk sholat berjama’ah di masjid, dan prang … gelas berisi kopi tumpah ke lantai, “aduh koq begini … bisa telat ke masjid nih”, fikirnya dalam hati, tetapi ternyata Pak Kyai sedang berbaik hati, Pak Doel yang sudah mau ambil kain pel di dapur dicegah Pak Kyai untuk melanjutkan aksi ‘superheronya’, “sudah mas Doel, biar orang rumah saja yang bersihkan”, senyum gembira tergambar di wajahnya, yes … yes … dan no, ternyata Pak Kyai panggil Bu Dillah untuk ngepel bersihkan lantai, wah gawat … Pak Doel bergegas menuju masjid. Pulang dari masjid mau ambil tas di ruang tamu, ternyata Bu Dillah masih sibuk dengan kain pel bersihkan lantai, Pak Doel pura-pura nggak liat, tetapi sudut matanya melihat Bu Dillah sedang bersihkan lantai sambil melotot ke arahnya, hiiii … tatut, sudah keluar taringnya belom yah. Setelah ‘aman’, Pak Doel berinisiatif ambil tas lalu pamit ke Pak Kyai untuk segera pulang, he … he … kalau pamit ke Bu Nyai nanti aja, di jamak qoshor … besok deh kalau sedang mampir ke sini lagi.
Kembali ke Pondok Jubel, kelas matematik hari itu menjadi garing dan tidak bersemangat, mungkin karena pengumuman diawal pembukaan kelas. “Ah, biarin aja … kalo gak diumumkan sekarang, besok-besok juga pasti mereka tau, jadi lebih baik diumumkan sekarang saja”, begitu pendapat Pak Doel.
Sebagai arsitek yang mendadak guru, setiap datang ke pondok untuk mengajar, juga disempatkan untuk melihat progress pembangunan di lokasi proyek. Gedung kantor, gedung sekolah, dan sebagainya. Mau beramal pakai apa lagi, sudah terlanjut jadi tukang insinyur, kalau harus ceramah agama, gak bisa … bukan keahliannya, ntar salah begaimana, jadinya begini … ada rencana pembangunan pondok, pembuatan master plan pesantren, dan sebagainya, Pak Doel selalu siap untuk hadir, kapanpun …
Friday, April 4, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Ingin berkomentar? cerita yang baik-baik saja, karena DIA suka dengan hal yang baik-baik. Siapa yang membuka aib, maka di akherat ALLAH akan membuka aibnya ...