Friday, April 4, 2008

Bye-bye TT

“Ugh, sebeeeel, bosen, menu makanan kita koq gini doang, gimana mau jadi cerdas”, Saychu nyerocos karena tidak puas dengan menu makanan yang disodorkan padanya, tahu tempe (TT) … tapi kalau difikir-fikir dan direnungkan kembali, bagaimana team dapur gak harus irit dan puter kepala, SPP murah, tidur di asrama, pakaian dicucikan, dan makan 3x, jadi … semua ada konsekuensinya, mau peningkatan menu boleh-boleh saja, asalkan duit SPP juga ditambah, bagaimana … bisa nggak begitu? SPP aja kadang masih ada yang nunggak, sekarang mau ditambah, ya gak mungkin lah.

Setelah sekian lama hilang dari peredaran, hari sabtu itu Pak Doel kembali ke kelas untuk ajarkan matematika, waktu hanya sisa 1,5 bulan sebelum jadwal ujian akhir semester padahal masih ada 3 BAB yang belum dipelajari. Yusuf membuka pertemuan dengan pertanyaan, “Pak Doel, gak jadi ke Jepang, katanya lanjutin sekolah ke Jepang?”. Pak Doel tersenyum hambar, “iya, seharusnya memang tahun ini, tapi saya harus mengalah dengan karyawan kantor yang sudah terlanjur tua, karena saya dianggap masih muda maka saya akhirnya mengalah, kalau yang sudah bates umur lalu gak juga berangkat … kasihan juga, sedangkan saya masih jauh dari peraturan umur, lagian saya pertengahan tahun ini mau ke Amrik untuk ikutan short course, pendidikan tanpa gelar … gak apa deh, semua maunya Dia, jadi kita sebagai hambaNya ya ikut aja schedule dariNya … susah juga kalau jadi orang tampan dan masih muda seperti saya”. He … he …, kemudian Yusuf menyambung pertanyaan, “trus gak jadi ke Jepang, lalu ajarin kami matematika sampe kelas tiga?”, “ya nggak lah, kalau nggak ada halangan tahun depan saya berangkat juga ke Jepang, gitu deh … lagian siapa mau ajarin kalian sampe kelas tiga, bisa ketularan siput saya …”, waaaa, kelas menjadi ramai, penuh canda tawa, suasana khas kelas matematika.

Siang itu di meja teras kantor telah disediakan makan siang untuk para guru, Pak Cecep ajakin Pak Doel untuk makan bareng, dijawab dengan anggukan dan ikut nimbrung di majelis makan siang, menu standar TT, tapi kali ini 3T, tahu, tempe dan telor, ditemani sambel tomat dan sayur bayam. Pak Doel makan seadanya, setelah selesai makan lalu beristirahat sejenak sambil menunggu kendaraan yang akan balik ke Surabaya.

Kemudian Fahmi datang menghampiri, konsentrasinya buyar setelah melihat ada telur teronggok di atas meja kantor, “Pak Doel, telurnya buat saya ya Pak”, pernyataan yang mengharukan, “emang sudah berapa lama nggak makan telur?”, Fahmi menjawab sedih, “ya nggak lama-lama banget sih Pak, hanya satu semester, kalau mau makan rada enak harus makan di warung depan, tapi duit kami kan terbatas …”. Cerita yang sungguh mengharukan. “bagaimana kalau kita nanti malam beli kambing trus kita buat acara satay party, seru nggak?”, “mau Pak, waaah, keren banget, peningkatan gizi namanya …”.

Karena nggak jadi pulang ke Surabaya, siang itu Pak Doel ajakin Pak Cecep dan Pak Rozi untuk cari kambing, di tempat penjualan kambing, celingak-celinguk cari kambing buat menu ntar malem, Pak Rozi mengomentari tampang para kambing, “eh, tuh yang item aja, dagingnya banyakan tuh …”, Pak Rozi dan Pak Doel saling pandang dan ketawa bareng, “hayo, Pak Doel lagi inget siapa, inget Kamal ya …”, “hi … hi … Pak Rozi tau aja, ntar sebelum kita potong, kita harus izin dengen Kamal dulu nih, nggak enak lah sama Kamal”, Hua … ha … ha … semua tertawa bareng, hanya para kambing saja yang bengong perhatikan tingkah kami.

Setelah transaksi, kami semua balik ke pondok dan kambingpun diantar dan segera dipotong. Siang itu, anak-anak putra berpuasa, mereka kosongkan perut agar nanti malam bisa makan sepuasnya. “ini kejadian langka saudara-saudara sekalian, terjadi hanya seabad sekali, jadi kita harus bersungguh-sungguh untuk menghadapi hari kemenangan sesaat ini”, Kamal berpidato singkat di hadapan teman-teman di kamar asrama putra, ha … ha … Kamal pasti nggak tau kalau yang dipotong itu masih ‘kerabat’ dekatnya, yaitu kambing dengan warna bulu yang hitam semua, semoga dagingnya gak ikutan hitam.

Acara potong-memotong sudah selesai dilakukan, kini acara tusukin daging sate, kalau ini tugasnya Mak Yati and friends, semua santri putri dikerahkan. Alien membantu dengan pandangan matanya, Hablana membantu dengan kesungguhan hati, dia mengangkat dirinya sendiri sebagai mandor, sedangkan yang lain mulai tusukin potongan daging ke bambu ramping yang telah disediakan.

Petang berganti malam, selepas sholat maghrib dan isya’, acara puncak telah menanti mereka, bukan acara makan, tapi acara bakar-bakar, padahal santri putra yang sudah sejak tadi siang puasa mulai hilang kesabarannya, sesekali mereka saling gigit untuk menghilangkan rasa lapar, “hoey, maksud elo … ? kalo laper jangan gigitin aku dong, tuh gigitin Mak Yati aja”, Saychu menghardik Agus yang hendak menggigit tangannya, tapi setelah mendengar kata Mak Yati, Agus langsung hilang pengennya … kembali tenang.

Kamal bertugas sebagai Pak Sate, kipasin sate di atas arang yang sedang membara, Ahmad bantuin semangati Kamal sebagai cheerleader, berjoget ke sana kemari … Saychu mengomentari kejadian ‘aneh’ tersebut, “haaa, Kamal yang kipasin satenya? Luar biasa tuh … 3A namanya?”, Fahmi bingung dan balik bertanya, “apaan 3A?”, “3A itu adalah areng, areng, dan areng … Kamal hitam seperti areng, tadi kambingnya juga hitam, trus bakar satenya pake areng, jadi 3A dong, areng, areng dan areng …”. Anak-anak putra yang kelaparan tertawa-tawa, mereka hanya menjadi komentator aksi luar biasa Kamal yang sedang jadi Pak Sate, ya tentunya Pak Sate ‘Hitam’.

Mereka gak bisa bantuin Kamal, karena sebelum acara makan-makan di mulai, Pak Lazim berinisiatif untuk membuat acara dzikir dan berdo’a bersama, wah bisa ditebak deh, dzikir dan do’anya gak pake khusyu’, tercium bau sate yang … sepertinya enak banget deh.

Pak Doel datang untuk menolong Kamal, “Kamal, what can I do for you … saya bawain areng lagi ya, sepertinya hampir abis tuh arengnya … jangan tersinggung Kamal, saya tau kamu fikir saya pengen ledekin kamu yang sedikit gelap seperti areng itu kan?”, Kamal yang sedari tadi sabar, semakin kencang mengipasi sate, “ughhhh awas yah kalian semua, sebentar lagi program putihkan badanku pasti berhasil, nanti kalau aku sudah agak putih, kalian yang aku panggil item, … awas yah”. Kamal berguman dalam hatinya, rupanya Kamal dongkol juga malam itu, sabar ya Kamal, semoga program putihkan badanmu berhasil, dan tidak terjadi malpraktek ataupun kesalahan produk kecantikan, hari gini kosmetik banyak yang palsu, jangan-jangan yang kamu pake itu kosmetik untuk putihkan bulu dan percantik doggy … berabe tuh, bisa jadi guk guk …

“Kamal, kalau kerja itu yang serius, dahulu Nabi SAW telah dilapori oleh seorang sahabat yang baru pulang dari perjalanan fii sabilillah … “Ya Rasulullah, si fulan bin fulan itu luar biasa, siang hari iya berdzikir sepanjang jalan dan malam hari dia sholat, baca qur’an dan semua amalan dia kerjakan”, kemudian Nabi SAW bertanya, “siapa yang menyediakan makannya? Siapa yang menyiapkan kudanya? Siapa yang memberi rumput untuk kudanya?”, lalu sahabat tadi berkata, “tentu saja kami ya Rasulullah, dia sedang sibuk beribadah, jadi kamilah yang menyiapkan keperluan untuknya”, mendengar jawaban dari sahabat tadi, Rasulullah bersabda, “kalau begitu kalianlah yang lebih utama, semua pahala amalan dia selama di perjalanan, maka kalian juga mendapat bagiannya, begitulah keutamaan dan pahala bagi orang yang melayani” … jadi Kamal, kalau kamu sedang bekerja siapkan sate untuk temen-temenmu yang sedang berdzikir, kamu jangan khawatir karena semua pahala mereka yang sedang berdzikir, kamu akan mendapat bagiannya juga”. Mata Kamal berbinar mendengarkan kalimat penyemangat untuk dirinya, Kamal yang sudah mengendurkan kipasannya, kini mengencangkan kipasan demi kipasan sambil terbayang tumpukan pahala yang akan mengalir dalam pundi-pundi bekalan amalannya di akherat.

Aksi bakar sate telah selesai, kini acara paling puncak, makan sate … tapi diluar dugaan, dikirain prasmanan, eh ternyata pake cara lama, cara Mc Y, dibagiin satu-satu trus dengan porsi sate seadanya. Saychu tidak dapat menahan amarahnya lalu ngomel-ngomel, “koq satenya hanya segini sih, kita kan tau kalau tadi kambingnya itu seekor utuh, jadi nggak mungkin banget hasilnya hanya sedikit”, sewot Saycho diikuti melotot mata seluruh santri putra ke arah Kamal, Kamalpun salah tingkat dan membela diri, “eh, apa liatin aku, saya itu tugasnya hanya kipas-kipas doang, tanyain Pak Doel, masih ada saksi matanya nih”. Suasana lapar kali ini ditambah dengan susah hati di hati peserta lomba gigit jari, harapan untuk makan sate dengan aman dan tentram terusik dengan jumlah sate yang ala kadarnya.

“percuma Pak buat acara satay party, namanya bukan pesta kalau jumlah satenya hanya sedikit”, anak-anak putra melapor kejadian pahit itu pada Pak Doel, kemudian, “saya curiga dengen orang-orang dapur, jangan-jangan sate kita dikurangi jumlahnya, emangnya diskon supermarket apa, pake big sale segala …”. Pak Doel coba berkata bijak, “semua kejadian itu sudah digariskan olehNya, tinta sudah kering, buku catatan takdir sudah ditutup, jadi apapun yang terjadi kita terima saja, semua untuk sempurnakan iman kita”, “saya itu sudah sabar banget Pak, tapi kalau begini caranya, mau sabar bagaimana lagi”, kepala Fahmi mulai mengeluarkan asap karena menahan amarah.

Pak Doel bercerita tentang petugas baitul maal di jaman Nabi SAW, “dahulu ada seorang petugas yang ditunjuk untuk menjadi penjaga gudang baitul mall, suatu ketika dia diutus untuk pergi ke medan juang, setelah oerang usai, sebagian sahabat bercerita tentang aksi kepahlawanan si petugas baitul mall, Nabi SAW hanya tersenyum mendengar cerita mereka, kemudian sahabat tadi bertanya, “ya Rasulullah, apakah sekarang dia berada di Surga”, Nabi SAW menjawab, “tidak, dia sedang digulung dalam gelombang api neraka”, para sahabat terperanjar, “kenapa bisa begitu ya Rasulullah, bukankah dia telah mati syahid”, lalu Nabi SAW bersabda, “karena dia pernah mencuri selembar kain surban dari gudang baitul mall dan sekarang dia sedang dibakar di dalam neraka bersama dengan surban yang ia curi”, … jadi, kalau kebetulan kita dapet tugas sebagai bendahara, tukang masak, dan sebagainya, jangan sekali-sekali mengambil sesuatu yang bukan hak kita, karena urusannya bukan dengan ALLAH (hablum minallah), tapi dengan manusia (hablum minannas), kalau untuk urusan amalan pribadi, maka Dia maha pemaaf, cacat dalam amal bisa dimaafkan, tapi kalau kita berhutang pada manusia, gak boleh masuk surga, karena ada hak orang lain yang belum tuntas. Jadi, semua kejadian … semoga menjadi I’tibar bagi kita semua, sabar ya … lain kali kita buat acara sate lagi deh, dan gak pake petugas dapur. Yeeee

No comments:

Post a Comment

Ingin berkomentar? cerita yang baik-baik saja, karena DIA suka dengan hal yang baik-baik. Siapa yang membuka aib, maka di akherat ALLAH akan membuka aibnya ...