September 2006, Katakan Cinta
Cinta memang buta, dia bisa datang dan pergi tanpa kompromi, juga tanpa permisi. Pak Doel yang katanya gak punya hati, akhirnya punya hati juga tahun ini … mulanya ragu untuk menyatakkan, karena track record sebagai playboy kampus tetap menghantui. Pak Doel takut menyakiti hatinya, sehingga skenario disusun sedemikian rupa sejak awal bulan september.
Alien dijadikan sebagai pemain di belakang panggung, sebagai mata-mata, sebagai mak comblang dan sebagai penagih hutang juga (he… he… yang terakhir nggak ikutan). “Alien, titip salam ya buat hafidzah”, begitu bunyi sms untuk Alien, “oc boss, tapi nyawa dibayar nyawa, titip salam dibalas pulsa, hi3, becanda koq, tapi kalo serius, seneng banget”, jawaban standar dari Alien.
“Alien, tanyain ke dia, boleh nggak sholat sunnah sambil bawa mushaf, tanyain ya … pliiiis”, beberapa saat kemudian sms balasan terpampang di layar dopod, Alien menjawab, “katanya gak apa, tetapi tinggal mengatur gerakan yang sesuai, karena kan sedang memegang mushaf, pandangan ke arah mushaf, dan bersedekap dengan tangan kiri”.
Minggu ke 2 bulan September utusan untuk mengikuti jambore nasional telah disusun, termasuk di dalamnya tertulis nama Syifa, oh Tuhan … lindungi dia, khawatir banget kalau terjadi sesuatu yang buruk dan ternyata benar, saat latihan bersama Syifa pingsan … kedinginan katanya, mulailah Pak Doel berdo’a dengan suara lirih, lembut dan pelan, … “Ya Rabb, Engkau sebaik-baik penjaga, Demi KemuliaanMu, bukankah aku ini hambaMu, apa saja yang Engkau perintahkan akan aku kerjakan, Ya Rabb yang ditanganMu tergenggam segala urusan, aku tidak pernah meminta padaMu perkara yang kecil-kecil, tapi Ya Rabb untuk kali ini, jagalah dia … jaga dia untuk menenangkan hatiku, maafkan aku dan ampunkan aku … Ya Rabb, aku khawatir terjadi sesuatu yang buruk padanya, karena itu jagalah dia untukku …”
Akhirnya rombongan jambore pulang juga ke Pondok, ah lega … semua baik-baik saja. Tapi di akhir bulan september ini juga, Pak Doel menceritakan gundah gulana yang menyelimuti hatinya … Pak Doel berkirim surat, surat untuk Syifa … kali ini tanpa perantara, diserahkan langsung dan tanpa perantara … (waaw, gentle … men)
Assalamu’alaikum wr wb
Kalau bukan karena kecintaan ALLAH pada Agama yang ada di hatiku, maka apalah diri ini. Tulisan ini hanya sekedar tulisan biasa, semoga hatiku lapang karenanya dan karena rasa itu telah merasuk begitu dalam, maka rasa ini harus dicabut dari akarnya dengan paksa sekarang juga (secepatnya akan aku lakukan).
Terima kasih atas beberapa nasihat yang pernah saya terima, semoga ada keberkahan di dalamnya. Semoga setelah itu Syifa juga mendapat bagian dari keberkahan amalanku yang sedikit dan tanpa ilmu ini.
Mau mulai dari mana yah. Emm, suatu hari saya setor gambar rencana gedung baru buat pondok ke P Kyai Asep, lalu beliau cerita tentang ini dan itu dan sebagainya, seperti biasa walaupun bosenin aku harus tetap tawajuh dengerin cerita beliau sampai habis. Tapi hari itu, beliau cerita tentang program MBI (Madrasah Bertaraf Internasional), dengan semangat cerita tentang anak-anak pilihan yang ada di kelas khusus tadi. Lalu P Kyai cerita tentang anak yang (menurut beliau sih) terbaik dan lebih baik dari anak-anaknya, hatinya ada Qur’an, dan lain sebagainya. Aku langsung suka dan jatuh cinta pada sosok yang baru aku dengar ceritanya walau belum pernah lihat wujudnya.
Aku pernah titip salam ke mamanya Syifa, mau aku tambahin kalimatnya tapi sepertinya gak pantes, saya tulis di sini ya, “Salam buat mama, bilang dari orang yang suka banget dengen anaknya, bahkan namanya sudah terpatri di dalam hati sebelum dia jumpa anaknya”. Hi2 …, geli banget rasanya.
Tapi beberapa hari lalu, seperti biasa laporan ke ALLAH tentang aku, ummat ini, dan sebagainya, lalu aku do’a dengan kalimat yang tidak biasanya, “Ya ALLAH, apalah aku, kalau bukan karena Agama yang ada di dalam hatiku, maka apalah aku. Sungguh aku mencintaiMu, jika aku punya seribu nyawa semua akan aku korbankan untukMu. Tapi apalah aku, tak pantas aku menyebut namaMu, lidah ini penuh dosa, tak pantas aku mengingatMu, hati ini penuh maksiat. Ya ALLAH sungguh aku tak pantas untuk suka pada orang yang Engkau cintai, apalah aku, karenanya maafkan aku”.
Di kelas, pandanganku tidak pernah lepas memperhatikan Syifa, setiap gerakan, setiap hembusan nafas, bahkan setiap ucapan yang keluar dari bibirmu dan kalo sudah begitu biasanya langsung sebut namaNya, Istighfar yang banyak.
Terima Kasih karena telah membaca tulisan ini hingga kalimat terakhir, dan sejumlah maaf disampaikan sebagai bingkisan terbaik dan semoga diterima dengan ikhlas. Sebelum aku akhiri sekali lagi, maaf jika aku pernah suka pada Syifa, akan aku cabut rasa ini dengan paksa dari hatiku. Tulisan ini tidak untuk dijawab, tapi jika dijawab juga gak apa, pasti seneng banget terima tulisan dari Syifa. Hati ini telah tercipta untuk selalu condong padaNya dan apa-apa yang dicintaiNya, maaf jika aku pernah ada rasa yang seharusnya untuk ALLAH saja.
Wassalamu’alaikum wr wb
Abdullah
Syifa menjadi ragu, apa yang sebenarnya sedang terjadi, dia menghela nafas … secarik kertas yang menggugah, dan menyentuh hati, tapi apa yang harus dia lakukan, haruskah membalas tulisan Pak Doel, guru dan murid …
Hari berlalu, belum ada tanda-tanda akan dijawab. Pak Doel coba berfikir, dengan jernih … “siapa aku, siapa dia, kenapa aku, kenapa dia … apakah karena, ah sudalah … anggap saja ini tidak pernah terjadi, lagi pula aku ini seharusnya tetap sebagai makhluk yang nggak punya hati, nggak bisa jatuh cinta, tolok ukur selalu rasionalitas, jadi kalau tidak rasional, so what getho …”, Pak Doel menyimpan hasrat itu dalam-dalam, tapi bukan di dalam hatinya, tetapi dalam lembar masa lalunya … masa lalu yang sempat diisi dengan cinta, cintai makhluk terindah …
Friday, April 4, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Ingin berkomentar? cerita yang baik-baik saja, karena DIA suka dengan hal yang baik-baik. Siapa yang membuka aib, maka di akherat ALLAH akan membuka aibnya ...