Agus tampak lesu, hari ini dia tidak bersemangat dan tidak bergairah, entah mengapa … “Agus, kamu kerjakan nomer 5 di papan tulis”, Pak Doel memerintahkan Agus untuk seselaikan soal nomer 5, dan benar sekali, tidak seperti biasanya, kali ini Agus tampak kebingungan dan tanpa arah, padahal biasanya kalau diperintah untuk mengerjakan soal di papan tulis, selalu dilakoni dengan semangat juang tinggi, walaupun lebih sering salah dari pada benernya.
Bell tanda waktu istirahat telah berbunyi, biasanya kelas dilanjutkan dengan tidak menggubris jam istirahat, istirahat jadi gak penting dibandingin dengan matematika yang bingungin, tetapi kali ini tidak demikian, Pak Doel keluar kelas untuk menghilangkan kejenuhan kelas, khususnya untuk Agus yang sedari tadi 5L (lemas, lesu, letih, lelah dan lola-lolo).
Selepas sholat dzuhur berjama’ah, terjadi pembicaraan ringan antar santri putra di teras musholah, debat standar diantara mereka, tentang apa? fashion, teknologi, handphone 3G, atau tentang lainnya …? Ya nggak mungkin banget, santri juga manusia, lelaki normal, butuh ‘kasih sayang’, jadi pembicaraannya tentu saja seputar cewek … tentang santri putri, nggak banget lah yaw, siapa juga yang mau dengen cewek-cewek standar seperti mereka …
Romdohon memulai pembicaraan, “dunia pasti sepi tanpa wanita”, disambut ledekan oleh Mustain, “halah, kamu tau apa? tampang seperti kamu … kambing betina aja nggak mau deket, sekarang mau cerita dunia sepi tanpa wanita, buruk rupa kaca di belah, kalau terlalu buruk, mending gak usah beli kaca deh, ntar bolah-balik pecah …”, canda Mustain membuat sebagian santri yang sedang berdzikir mempercepat amalannya dan bergabung dengan ‘amalan’ lain yang, … emmm sepertinya koq penting banget yah. “Mustain, kita itu wajahnya sama-sama ancur, jadi jangan gaya, by the way … cari kambing betina yuk …”. Majelis teras depan musholah pun akhirnya ramai dengan gelak tawa santri putra.
Dalam cengkrama siang itu, mereka melihat Agus yang hanya bisa tersenyum kecil bila mendengarkan argumentasi mereka tentang para gadis, kemudian Mustain coba memecah lamunan Agus, “Gus, kalo kamu suka cewek yang seperti apa sih … seperti Mak Yati yah …”, repot deh yang namanya anak cowok, benar-benar nggak punya perasaan, sudah liat temennya lagi jutek, wajah terjelek sudah terpasang di tengkorak Agus, masih juga diledekin. Agus coba tersenyum dan membalas pertanyaan Mustain, “em, kalau saya, yang penting cewek itu suka sama saya apa adanya”, ha … ha … ha … jawaban standar para jomblo sejati, pasti yang dibawa-bawa masalah hati, saling pengertian, apa adanya, basi … pokoknya basi banget. Raki yang sedari tadi hanya diam spontan mengajukan usul unik, “eh, bagaimana kalau kita saling cerita tentang pengalaman masing-masing, khususnya pengalaman tentang para gadis yang gak rasional itu … misalnya cerita tentang ditolak cewek, dicuekin cewek, pokoknya sembarang, tapi dengan satu syarat … yang paling berkesan saja …”.
Diskusi siang itu menjadi sangat mendebarkan, Ahmad di daulat untuk memulai, “he … he … kalau saya nggak pernah punya pengalaman unik dengen cewek, tapi kalau dengen cowok pernah, mau dengerin ceritanya?”, huuuuu, semua tidak bersetuju untuk mendengarkan pengalaman Ahmad tentang cowok, kemudian Raki menyahut, “hey, men … kita nih normal banget, masak jeruk makan jeruk … cowok cerita tentang cowok, garing banget, sekarang siapa lagi nih”, lalu Romdhon cerita tentang pengalaman hatinya terhadap wanita, “saya suka banget dengan wanita yang dewasa, keibuan, dan santun dalam bertutur kata, idola banget deh pokoknya, seperti emak aku, pokoknya emak number one, yang lain bisa nomer 2015, atau bahkan nomer 3 juta enam ratus ribu …”, semua santri saling pandang, sebagian lain hanya tertawa cekikikan, kemudian Fahmi coba cerita tentang pengalamannya dalam cinta, “wah, kalau saya, yang penting dari hati yang paling dalem, cewek itu sukanya diperhatiin, kalo kita sudah dapet hatinya, maka dia sudah jadi milik kita seutuhnya …”, ciyeee, dalem banget tuh. Kini giliran Raki, “kalau saya, dulu pernah suka banget sama adik kelas, trus saya samperin, terus terang ke dia kalau saya suka banget dengen dia, eh hanya dibales dengan senyum manisnya, ugh rasanya sudah sampe ke bintang, seneng banget, tapi ternyata saya yang ke-GR-an, bagaimana nggak ke-GR-an, anak itu dewasa banget, walaupun adek kelas, tapi tingkah saya yang mendadak baik dijawab dengen surat pendek, tau isinya … dunia ini adalah perhiasan, perhiasan terbaik adalah wanita sholehah, adik ingin sekali jadi wanita itu, wanita yang sholehah, dan jika kita berjodoh maka pasti akan dipertemukan juga, aku akan menunggu waktu dimana kita akan dipertemukan olehNya, atau dipisahkan selama-lamanya karena mungkin kita belum berjodoh, sukses selalu kakanda, dari adikmu yang takut pada Tuhannya … langsung aku tobat, gile bener nih cewek, masih kecil tapi kefahaman dia tentang takdir perjodohan, luar biasa … kalo inget-inget cerita tentang dia, bawaannya pengen haru, ah semoga dia beneran jadi jodohku … amin dong”, Amiiiiin, anak-anak putra pada amin bareng sambil cengar cengir, lalu tibalah giliran Agus. “em, kalau saya sih yang seperti tadi itu, yang penting si cewek suka saya, dan mau terima saya apa adanya …”.
Agus coba sandarkan punggungnya di tiang musholah, kemudian melanjutkan penjelasannya tentang cewek ideal versi Agus, “kalau hari ini ada Miss Universe, si putri sejagad, maka saya pengen banget putri yang suka sama saya itu menjadi miss gue saja, putri yang bisa terima saya, dan hanya mencintai satu lelaki saja, yaitu saya”. Duh serius banget ceritanya si Agus, “abisnya saya pernah ngerasain bagaimana sakitnya dikerjain cewek, bilangnya suka eh tenyata penipu, pembohong besar, dan diam-diam suka pada cowok lain selain aku, emangnya kurang sempurna apa saya (ya kurang semua Gus, koq pake tanya sih … ngaca dong), kalau merasa gak suka, bilang dong, jangan main belakang …”, Agus koq jadi curhat begitu …
Pak Doel yang sedari tadi diam mulai berceloteh, “Agus, saya ajarkan do’a biar cewek klepek-klepek, mau?”, eh yang jawab mau malahan anak-anak lainnya, “begini do’anya, Ya Tuhan, jika dia jodohku maka mudahkan urusan kami, segera pertemukan kami, tapi jika bukan jodohku, maka jauhkan saja jodohnya, supaya dia menjadi milikku seorang …”, waaaa, anak-anak tertawa, “kirain beneran Pak, ternyata … emmm, keren juga yah do’anya”.
Romdhon menjadi penengah, “Agus, ada salam dari Miss Jubel”, Agus pura-pura tidak peduli tetapi penasaran lebih besar pengaruhi akalnya, “emangnya siapa Miss Jubel?”, “lho, nggak tau sama miss Jubel, itu lho yang biasa masakin makanan buat kita, Mak Yati, sepertinya dia mau terima kamu apa adanya … kamu mau nggak?”. Agus melotot, “oh, gitu yah, kita di-mak comblangin dengan yang sudah stock lama, trus dia dapet stock edisi terbaru, enakan kamu gak enak di aku dong …”. Akhirnya, ‘diskusi’ siang itu cukup mampu mencairkan rasa jutek di dalam sanubari Agus, korban perasaan wanita yang menduakannya.
Diskusi tentang gadis impian ternyata sampai juga di kelas matematika, Agus mengangkat tangannya, “Pak, mau tanya?”, Pak Doel melihat Agus dengan serius, “Ya, tanya nomer berapa, halaman berapa”, “ini bukan matematika, tapi tentang cewek, kemarin kan belom selesai”. Pak Doel melihat jam dinding, emm sudah mendekati waktu istirahat, “ntar yah, waktu istirahat aja, OK?”, “beneran lho Pak”, anak-anak putra menegaskan permintaan mereka.
Jam istirahat akhirnya tiba, semua duduk manis karena diskusi tentang gadis impian akan dilanjutkan di kelas setelah sempat terputus kemarin. Agus mulai bertanya, “kalau Pak Doel, sukanya cewek yang seperti apa?”. Sebelum menjawab, pandangan di arahkan ke seluruh isi ruang, terlihatlah wajah-wajah penuh harap, haus informasi sempurna tentang gadis impian. “kalau saya, suka wanita yang siap berkorban”. Romdhon kurang faham, “apa Pak, panitia idul qurban?”. He … he … anak-anak terkekeh dengan kalimat panitia idul qurban, mereka teringat dengan para panitia Idul Qurban tahun lalu di pondok pesantren, semua yang jadi petugas adalah anak-anak putri yang tusukin daging ke bambu dengan semangat, semua untuk dijadiin sate party malem harinya, terbayang wajah-wajah beringas dari para wanita yang sudah berjuta-juta tahun gak pernah menyentuh daging karena menu di pondok adalah seputar ‘Indonesia’ saja, yaitu tahu dan tempe …
Pak Doel melanjutkan ceritanya, “bukan panitia Idul Qurban, tapi wanita yang siap berkurban, korban untuk agama, korban perasaan, dan siap untuk syahid fii sabilillah”. Wah, sepertinya seru nih, “detailnya seperti apa Pak, apa di kelas sebelah ada yang seperti itu?”. Anak-anak begitu antusian dengan cerita tentang wanita yang gak seperti panitia idul qurban, kemudian Pak Doel menyambung ceritanya, “em, bagaimana kalau kita ambil contoh dari orang terdahulu saja, Siti Khadijah r.ha, Istri dari Baginda Rasulullah SAW, di akhir hayatnya, Nabi SAW memangku kepala istri tercinta, dipandangi wajah Siti Khadijah r.ha, tulang pipinya menonjol sehingga tampak lebih kurus, kemudian Rasulullah menangis … tiap tetes air mata segera diseka dengan tangannya yang mulia agar tidak mengenai wajah istrinya, tetapi dengan idzin ALLAH, satu tetes air mata telah jatuh mengenai pipi istri tercinta sehingga Siti Khadijah r.ha tersadar dan bertanya, “kenapa engkau menangis ya Rasulullah, apakah aku ada berbuat salah padamu”, kemudian Rasulullah bersabda, “dahulu, engkau adalah Siti Khadijah, saudagar kaya yang terkenal hingga seluruh jazirah, tetapi setelah aku menjadi Nabi, utusan ALLAH, maka seluruh hartamu telah habis untuk perjuangkan agama”, kemudian Siti Khadijah r.ha memaksa untuk duduk dan berkata, “Ya Rasulullah, apakah masih kurang? Jika nanti aku sudah berpulang dan orang-orang yang sedang berjuang fii sabilillah untuk tegakkan agama akan melintas dan membutuhkan jembatan, maka rakitlah tulang belulangku dan biarlah mereka semua melintas di atasnya, di atas tulang belulangku yang telah dirakit sebagai jembatan”, begitulah kisah tentang wanita yang rela berkorban untuk ALLAH dan untuk tinggikan agama, tidak berkeluh kesah dalam jalankan perintah ALLAH, jasadpun siap dikorbankan untuk agama”.
“em, apa orang seperti Khadijah r.ha masih ada di dunia yang seperti ini?”, Agus bertanya penuh harap, lalu “saya yakin masih ada, akan aku kelilingi dunia ini untuk temukan wanita seperti itu, dan jika aku temui jumlahnya lebih dari satu, akan aku nikahi semua …”, waaaaa, anak-anak putra tertawa dengan joke garing Pak Doel, “Pak, kalau dapet dua, kasih saya satu ya Pak”, begitu pinta Agus, lalu Pak Doel tersenyum dan berkata, “tentu Gus, pasti saya akan ‘serahkan’ ke kamu, tapi menurut mata batin saya … yang satunya itu umurnya sudah 75 tahun, kamu masih mau Gus?”. Hua … ha … ha … anak-anak kembali tertawa ramai, Agus, jangan lupakan Miss Jubel, belum lulus sekolah koq sudah mau selingkuh dengen miss yang lain … setia Gus
“Dunia ini betul-betul perhiasan, dan perhiasan terbaiknya adalah wanita sholehah, beruntunglah lelaki yang mendapatkannya sebagai teman hidup, karena untuk sempurnakan agama, dia hanya melengkapi ½ dari padanya, yaitu dengan hidup taat dapa ALLAH, karena yang sebagian lagi akan dia temui pada istrinya, penyejuk pandangan, penenang qalbu …”.
Setelah usai jam sekolah, sebagian anak masih penasaran dengan penjelasan di kelas, mereka memburu Pak Doel hingga bergerombol di jendela mobil antar jemput guru, “Pak, tadi belum selesai …”, “apanya yang belum selesai?”, “itu lho, cerita wanita penyejuk pandangan”. Pak Doel kebingungan, “apanya yang belum, bagian yang mana?”, “wanita impiannya Bapak itu yang seperti apa?”, “tadi di kelas kan sudah, trus mau yang seperti apa lagi?”, Akbar bertanya dengan semangat, “kalau di kelas sebelah kira-kira ada nggak Pak?”, kelas mereka memang bersebelahan dengan kelas putri, jadi kalau ingin sebut kelas putri sering disebut juga dengan kelas sebelah. “wah, pertanyaan sulit, lagian siapa bisa jamin … hati itu tersembunyi, sedangkan yang tampak dengan mata, semua menipu, yang haq hanya Dia saja yang tau”. Akbar kurang faham, “maksudnya apa Pak?”. “maksudnya, kalau ada masalah langsung tanya padaNya, apa lagi untuk urusan seperti itu …, sering kita liat gadis-gadis cantik di luar sana, tapi apakah mereka secantik parasnya? Maka penting banget cari yang taat padaNya, gak ada manusia yang sempurna, tapi paling tidak gadis impianmu itu bukan tipe pembuat onar yang gak kenal agama, atau gak bisa taat pada suami, wah … kalau yang begituan bukan mau ngajakin ke sorga, ngajakin nyemplung ke neraka tuh …”. “trus harus bagaimana Pak?”, senyum kecil diawali untuk menjawab pertanyaan, “cari yang bisa menjadi penyejuk pandangan, hanya dengan melihatnya kamu menjadi tentram, yang bisa menjadi ustadzah di dalam rumahmu, menjadi penguat cita-cita, teman untuk mencapai keredhoanNya, dan untuk mendapatkannya … minta pada ALLAH, seluruh makhluk ada dalam genggamanNya, tidak terkecuali, karenanya untuk masalah itu, kita sudah diberi jalannya, yaitu dengan beristikhara … ok, sudah yah, Pak Slamet kelamaan tungguin saya, jadi sekarang kamu sekolah dulu yang bener, kalau sudah tiba waktunya baru prepare ke sana, jangan burur-buru”.
Hari gini mau cari yang seperti Siti Khadijah r.ha, bisa nemu di mana? Yang kerudungan aja sering nyebelin, kata-kata pedes bikin goresan dalam di hati, wajah bisa saja terlihat cantik, tapi akhlak siapa yang bisa duga … terlihat berakhlak santun, apakah memang demikian? Manusia memang penuh dengan pura-pura, hanya kehidupan di akherat saja kehidupan tanpa pura-pura, tanpa rasa curiga, tanpa prasangka. “kalau sampai salah pilih, celaka 12, kamu seakan-akan telah memindah neraka dalam kehidupan kamu, enaknya mungkin hanya beberapa menit atau beberapa jam, tapi siksaan batinnya 24 jam kurang sedikit yang beberapa menit tadi, baru bangun tidur dapet omelan, pulang kantor dapet semprotan kata-kata pedes, lelaki juga manusia, gak pantes banget kalau diomenlin wanita yang terbuat dari tulang rusuk mereka, tulang rusuk yang bengkok dan sulit diluruskan, tulang rusuk yang berada dalam dekapan lengan suami, tapi ternyata bertingkah menyebalkan, dan sesekali menyayat hati, membuat goresan yang sangat dalam, hingga berbekas”.
Agus sudah bisa hadapi hidup tanpa ‘khawatir’, karena dia merasa yakin bahwa akan tiba suatu saat gadis pujaan hatinya akan menambatkan cinta sejati hanya untuk dirinya, walaupun masih sering dijumpai dia bertampang double L (lola-lolo), tapi tidak separah kemarin, tidak begitu kronis dan akut, masih dalam batas kewajaran.
Untuk sementara, Miss Jubel is the best, makan sudah disiapin, 3x sehari pula … penting banget untuk urusan yang satu ini, kalau gadis lain belum tentu bisa masak seenak ini. Repot deh si Agus, standar rasanya itu lho, masakan Mc Y koq dibilang enak? (Mc Y = Mak Yati, di baca: mec wai) Masakan enak dari Hongkong? tapi biarin aja deh, semua orang bebas berpendapat, termasuk si Agus …
OK, kita akhiri kisah perindu cinta-nya Agus, tenang Gus, kerinduanmu akan segera terbayar, kamu juga gak perlu pake operasi pelastik segala, walaupun semua kantong pelastik se Jawa Timur dikumpulkan untuk tambelin wajah standarmu, wajahmu itu gak bisa ditutupi lagi, itu sudah ciptaan terbaik dariNya untukmu, disyukuri aja Gus … Agus, syukuriiiiiin
Friday, April 4, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Ingin berkomentar? cerita yang baik-baik saja, karena DIA suka dengan hal yang baik-baik. Siapa yang membuka aib, maka di akherat ALLAH akan membuka aibnya ...