Friday, April 4, 2008

Duit '20 ribu' untukmu

Pak Nurkholis sedang kebingungan, setelah sholat subuh dia tertidur di musholah dengan posisi masih memegang tasbih. “aduh, koq bisa ketiduran sih, padahal janjian sama ibunya anak-anak mau anterin ke pasar pagi ini …”, Pak Kholis bergegas ambil kunci kontak sepeda motornya dan langsung tanjep gas menuju rumahnya.

Di perempatan alun-alun Sidoarjo, Pak Kholis tidak begitu menghiraukan trafict light, dan priiiit … polantas menghentikan kendaraan Pak Kholis. Pak Kholis merasa tidak bersalah, tetapi karena Pak Polisi memandang ‘mesra’ ke arahnya, akhirnya Pak Kholis berhenti juga. “selamat pagi Pak, bisa lihat surat-suratnya”, begitu Pak Polisi memulai pembicaraan akrab antar dua abdi negeri, satu polisi sang penegak hukum dan satunya seorang pendidik yang mencerdaskan anak bangsa.

Pak Polisi berjalan menuju kendaraan kebanggaan para polantas, yaitu Harley Poltabes (bukan Harley Davidson yang mahal itu lho), mengeluarkan buku ‘diarynya’, ternyata Pak Polisi tidak ingin mencatat apapun di atasnya, hanya memutar-mutar surat izin mengemudi milik Pak Kholis, “kenapa lampu merah diterabas”, begitu Pak Polisi menyampaikan alasannya untuk menghentikan Pak Kholis, tapi Pak Kholis berkelit, “tidak, saya nggak terabas lampu merah, itu kan merah jambu”. Pak Polisi bingung sambil geleng-geleng kepala, abisnya Pak Kholis menyebut lampu kuning dengan sebutan lampu merah jambu.

“Begini saja Pak, biar sama-sama enak … bagaimana kalau kita selesaikan di sini saja”, Pak Kholis bingung dengan tawaran Pak Polisi, lalu mengeluarkan dompetnya, hanya tersisa satu lembar uang Rp 20.000, dan tanpa fikir panjang langsung diserahkan ke Pak Polisi, Pak Polisi kaget dan berteriak kencang, “jangan di sini, koq terang-terangan sih, banyak orang tau, kita itu sedang di pinggir jalan protokol kota, citra kami bisa hancur kalau ketahuan masyarakat luas”.

Pak Kholis bingung, tadi katanya mau diselesaikan di sini, diberi duit gak mau, lalu Pak Kholish melihat aksi pantomin Pak Polisi yang memasukkan lengannya ke dalam saku, “begini …”, Pak Polisi mengajarkan aksi teatrikalnya ke Pak Kholish, lalu ditirukan dengan ‘sangat sempurna’ oleh Pak Kholis, dia memasukkan tangannya ke saku celananya sendiri. Pak Polisi melotot, “bukan ke saku kamu, tapi ke saku saya … heeeeh”, begitu hardik Pak Polisi. Hi … hi … Pak Kholis tertawa kecil di hatinya, lalu teringat dengan uang kembalian beli jajan tadi malam, satu lembar duit lima ratus perak, langsung muncul ide cemerlangnya, uang dua puluh ribu yang berada di tangannya di-switch dengan uang lima ratus yang warnanya serupa yaitu rada-rada hijau lumut. Uang lima ratus rupiah tersebut di genggam erat dan dengan segera dimasukkan ke dalam saku celana Pak Polisi, setelah bersalaman, Pak Kholish berpamitan ke Pak Polisi, dan Pak Polisi membalas dengan senyum ‘bahagia’.

“Andai kau tahu”, begitu kalimat yang ada di dalam benak Pak Kholis, Pak Polisi belum sadar kalau uang yang ada di sakunya bukan uang Rp. 20.000 yang ‘dijanjikan’ Pak Kholis tetapi duit kucel dengan nominal Rp. 500 saja. Sebelum Pak Polisi sadar, Pak Kholis sudah melarikan diri dengan menarik penuh gas sepeda motornya … bruuuum dan menghilang di tikungan jalan.

No comments:

Post a Comment

Ingin berkomentar? cerita yang baik-baik saja, karena DIA suka dengan hal yang baik-baik. Siapa yang membuka aib, maka di akherat ALLAH akan membuka aibnya ...