Friday, April 4, 2008

Lantai kelasku yang empuk

Kelas sangat sibuk, begitu sibuknya hingga menjadi hening, semua sedang konsentrasi mengerjakan latihan soal. Kecuali, … ternyata ada juga yang sedang ‘konsentrasi’ untuk mengerjakan ‘soal’ yang lain, Ahmad sedang tertidur pulas di barisan belakang. Coba tebak bagaimana posisi tidur Ahmad, sambil duduk? Jawaban anda meleset, Ahmad tidur diantara bangku sekolah, ya … diantara bangku sekolah yang tidak berpenghuni, tidur dengan posisi rata tanah, sejajar dengan lantai, Ahmad tidur di lantai kelasnya yang ‘empuk’. (Ahmad, hati-hati … ada filmnya lho, bangku kosong).

Pak Doel memang sedang kehilangan muridnya, matanya mencari-cari dimanakah Ahmad berada, kursinya kosong, sebagian temannya yang lain sudah duduk di lantai sedekat mungkin dengan papan tulis, gak kelihatan kalau dari belakang, lagian kalau duduk di belakang, bawaannya ngantuk jadi mereka pindah ke depan, ‘paling’ depan, begitu alasan mereka.

Mulanya Pak Doel selalu keheranan bila melihat anak-anak maju serentak dan duduk silo di lantai, duduk sedekat mungkin dengan papan tulis, spontan Pak Doel mengeluarkan dompetnya untuk mencari duit kricik, “maaf yah, duit kriciknya hanya sedikit, terima kartu kredit nggak”, anak-anak semua bingung dan bengong sampai lama, “kalian duduk ndelosor di depan memangnya ada apa, minta duit kricik kan?”, Fahmi menaggapi, “ya enggak lah Pak, biar liat penjelasan lebih terang, kan liatnya jadi deket banget”, “Iya Pak, biar ketularan pinter seperti Bapak”, Saychu menambahkan penjelasan dan alasan Fahmi. Susah juga, walaupun madrasah bertaraf internasional, tapi karena madrasahnya pondok jadi terkadang rada-rada ndeso, sukanya ndelosor di lantai, memangnya jaman batu. Tapi saya pernah denger dari ulama Pakistan, kalau belajar di madrasah dan murid-muridnya duduk rata tanah, maka akan menimbulkan sifat tawadhu, rendah hati dan tidak sombong, dan bila hati sudah tawadhu maka akan mudah untuk faham.


Hanya saja, pasti maksud si ulama bukan tidur di kelas, wah bisa dapet sifat tawadhu yang ‘sempurna’ kalau sampe tidur rata tanah begitu. Anehnya, kalau ada yang tidur di kelas, gak pernah dibangunin sama Pak Doel, katanya kita semua sudah dewasa, jangan di paksa untuk ikuti maunya guru, “saya mungkin cape dengan perjalanan Surabaya Mojokerto trus langsung ngajar di kelas, tapi mungkin kalian lebih cape lagi samapi tertidur di kelas …”, bingung kan dengen komentarnya kalau lihat anak-anak sering ketiduran di kelas.

“Pak, bagaimana caranya supaya saya tidak ngantuk di kelas?”, Saychu coba bertanya, lalu dijawab, “tergantung kemauan kamu, tapi kalau saya langsung bayangkan sedang meniti jembatan sirat, di sebelah kanan ada malaikat pencabut nyawa Izrail, sebelah kiri kita ada malaikat penanya di dalam kubur, sedangkan di hadapan ada taman-taman syurga, jadi kita harus tawajuh dan sungguh-sungguh untuk samapi ke syurga, biar gak kepeleset saat meniti jembatan sirat, bisa nyemplung ke neraka kalau main-main dan nggak serius”.

ALLAH sudah cerita di dalam Qur’an, “belum mencapai kebaikan yang sempurna sebelum kita menginfakkan apa yang paling kita cintai, hari ini mungkin kecintaan kita tidur siang, tapi coba berkorban dulu, ‘infakkan’ tidur siangnya untuk belajar matematika, OK”.

“Hidup itu pilihan, kita bebas mau pilih yang mana saja, pilih makanan, pilih kendaraan, pilih pakaian, pilih tempat tinggal, pilih istri, semua hidup isinya adalah tentang pilihan, dan ALLAH sudah beri cara untuk memilih yang benar, yaitu dengan mengutus Rasulullah SAW, sehingga menjadi teladan buat kita semua”, Saychu menanggapi dengan garing, “jadi nanti soal ujian akhir semester ini multiple choice, pilihan berganda semua, dan gak ada essay, iya Pak?”. “kamu koq pengen enaknya saja, ya harus ada essay, sudah peraturan dari pusat …”.

Kembali ke Ahmad, dia sudah sampai ke bulan, berjalan melenggak lenggok, senang rasanya … tidak peduli badai menerpa, ataupun halilintar yang menyambar bersahut-sahutan, Ahmad sudah sampai ke negeri mimpi, semua dapat dia raih, semua keinginan akan datang menghampiri. Ah, nikmatnya hidup di dunia mimpi, mimpi indah ini milikku saja.

“ehem, Ahmad ke mana ya …? Pak Doel pura-pura bertanya pada seisi kelas, Fahmi menjawab, “biasa Pak, kalau siang begini, Ahmad sudah sampe ke Surabaya, pasti dia lagi tidur nyenyak … tuh jasadnya teronggok, tapi ruhnya sudah sampe ke bintang …”. Pak Doel hanya tersenyum melihat Ahmad tertidur pulas di kelas.

Bermujahadah itu penting banget, gak ada hasil tanpa kerja keras, semua orang yang berhasil di muka buki ini pasti karena kerja keras, gak mungkin tiba-tiba. Bisa saja semua karena takdir dariNya, tapi Dia juga menjadi saksi langsung tentang apa yang sedang terjadi di muka bumi ini, maka kita harus bekerja dan berusaha sungguh-sungguh.

Pak Doel bertanya pada seisi kelas, “apa pendapat kalian jika ada orang yang sodorkan satu piring besar makanan, makanan yang nikmat menggoda, ada ayam bakar, daging asap, pokoknya semua makanan enak yang gak ada di pondok pesantren kalian ini, apa pendapat kalian?”. Semua serentak menjawab sambil meneteskan air liur masing-masing, “waaaa, mau banget, ada ayam bakarnya, waaaa mau, ada daging asapnya, waaaa mau juga …”, Pak Doel melanjutkan ceritanya, “tapi setelah dihidangkan dan siap untuk disantap, orang yang membawa makan tadi menuangkan satu gelas penuh makanan dengan racun serangga, … sekarang apakah kalian masih tertarik dengan makanan tersebut”, semua terdiam sejenak, Saychu menjawab, “cariin yang gak kena racun, trus dibersihkan dan dimakan, waaaaa daging asap, ayam bakar, mau mau mau mau mau …”.

Dasar anak badung, diberi contoh kasus eh malah diputar balikkan seperti wartawan saja, “eh, dengerin, ceritanya itu semua makanan sudah kena racun, sudah bosen hidup, pada mau mati …”. Akhirnya kelas bersepakat, “ya, siapa juga yang mau nekat makan makanan yang sudah disiram racun, ada sih Pak yang mau, itu Saychu …”, Ha … ha … ha, kelas menjadi ramai karenanya. “jadi, yang sering terjadi di hadapan kita itu begitu, tampil menggoda saelera, tapi sebenarnya sudah mengandung racun di dalamnya, jadi jangan pernah menyentuhnya”. Zulfan keheranan dengan cerita Pak Doel dan balik bertanya, “Pak, Apa hubungannya dengan kami …?”. Setelah menghela nafas, Pak Doel melanjutkan penjelasannya, “saat ini kita mungkin ingin sekali istirahat siang, lalu tidur yang banyakan luruskan punggung, tapi sekarang itu jam pelajaran sekolah, cobalah korban sedikit, buka mata, buka teling, dan belajar dengan sungguh-sungguh, mau jadi pemimpin seperti apa kalian kalau waktunya belajar, eh … tidur pules di kelas, apa lagi kalau sudah jadi mahasiswa, misalnya mahasiswa kedokteran, trus sewaktu periksa pasien pake bilang, maaf ya … sewaktu pelajaran tentang penyakit yang bapak derita saat ini, saya lagi ketiduran di kelas, jadi saya nggak tau bagaimana diagnosanya … dokter cap kaleng rombeng, diagnosa pasien pake lupa”, anak-anak terkekeh dengan cerita dokter cap kaleng rombeng, “Pak, kalau kami cap apaan Pak, cap kuda terbang, cap celana bolong, cap cay, atau cap apaan Pak”. Pak Doel tertawa geli, “kalau itu, kalian sendiri yang tau, yang jelas, kalau sedang dihadapanNya, cap-lah diri kita sebagai pendosa, agar Dia mengampunkan dosa kita, cap diri ini sebagai orang yang lemah, supaya Dia menguatkan diri kita”.

Pak Doel memandang ke arah Agus, “tapi Agus, kalau kamu mengaku di hadapanNya dengan cap orang jelek, wah itu sulit diubah Gus, jadi ikhlas aja yah … jangan marah, hanya becanda, ntar dimasukin ke hati … maaf ya Gus”, Agus hanya tersenyum simpul dengan lelucon untuk dirinya.
Sudah sepantasnya kita untuk saling do’a, supaya Dia menguatkan kita, tidak menjadi lemah, tidak mudah tertidur dalam kelas, karena belajar kita di pondok pesantren ini betul-betul untuk belajar kita, belajar untuk hadapi kehidupan di dunia yang penuh tipu muslihat, dan juga sebagai bekalan kehidupan setelah mati.

No comments:

Post a Comment

Ingin berkomentar? cerita yang baik-baik saja, karena DIA suka dengan hal yang baik-baik. Siapa yang membuka aib, maka di akherat ALLAH akan membuka aibnya ...